"iya, dia cemburu lihatlah wajahnya hahaha."

"sudahlah, jangan lihat aku! Fokus pada jalan kalian nanti menabrak batu." Ten dan Johnny terkekeh.

"baiklah-baiklah."

Mereka berhenti sejenak untuk minum dan beristirahat, sebenarnya mereka sudah hampir sampai di depan mereka sudah terlihat tembok pembatas kota sementara, Jaemin mendudukan dirinya dan meminum air di dalam botol.

"ini." ucap Jaemin menyidorkan sebotol air pada Jeno.

"tidak." ucap Jeno, Jaemin menyiritkan keningnya ada apa dengan kekasihnya itu.

"ekhem." Ten berdehem, Jaemin menoleh menatap Ten yang terkekeh.

"kenapa? Kau marah padaku?" tanya Jaemin.

"tidak." jawab Jeno, Jaemin menghembuskan nafasnya sudah pasti Jeno merajuk sekarang.

"kenapa? Aku salah apa?" tanya Jaemin.

"tidak, sudahlah." Jeno berdiri dan pergi dari hadapan Jaemin, kalau Jeno sudah merajuk Jaemin harus membujuk Jeno dan cara terakhirnya yaitu..

"Jeno~ kenapa?" Ucap Jaemin dengan suara imut, kalau sudah begini Jeno pasti akan kalah.

"Diam!" Jaemin memeluk tangan Jeno.

"jeno marah sama nana? Nana salah apa?" Jaemin mengelendoti Jeno sampai Jeno mau bicara padanya, Jeno menghembuskan nafasnya.

"aku cemburu." jawab Jeno.

"Eoh? Cemburu kenapa? Ah! Apa karena Hyunjin me berikan ini pada Jaemin?" Jaemin memperlihatkan gelangnya pada Jeno.

"iya."

"kan ini ucapan terimakasih Hyunjin pada Nana, ya Nana terima."

"Tapi tidak senyum itu!"

"jadi nana harus apa hm biar Jeno maafin nana?" Jeno menujuk bibirnya, Jaemin tau apa itu. Ten dan Johnny siap menutup mata Chenle dan Jisung, Jaemin langsung mencium bibir Jeno.

"uhuu!" Yuta yang baru saja menoleh langsung disuguhi adegan cium-ciuman, Haechan membelakan matanya dan menutup wajahnya yang merah.

"kenapa mataku di tutup?" tanya Jisung.

"adegan dewasa kau tidak boleh melihatnya." ucap Ten.

"sudah, Jeno masih marah?" tanya Jaemin setekah melepas ciumannya.

"tidak." ucap Jeno sembari tersenyum, Jaemin ikut tersenyum melihatnya.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan setelah tigapuluh menit istirahat, Mereka hampir sampai di kota sementara tiba-tiba saja Haechan jatuh karena kelelahan dan nafasnya mulai tersegal, Jaemin langsung memeriksa Haechan.

"Haechan, bernafas lalu keluarkan lewat mulut. Tolong bantu Haechan duduk." ucap Jaemin, yang lain langsung membantu Haechan agar bisa bernafas dengan lega.

Perlahan nafas Haechan mulai stabil, mereka tidak bisa menunggu lebih lama lagi Haechan harus segera mendapat penanganan Jaemin takut pneumonianya semakin parah.

"biar aku yang menggendong Haechan." ucap Johnny.

"baiklah, jika lelah bisa bergantian denganku." ucap Yuta, Yuta membntu Haechan naik ke punggung Johnny.

"sudah? Sebentar lagi kita sampai bertahanlah." ucap Jaemin.

Mereka kembali berjalan, Haechan menyender di pundak Johnny, selama ini Johnny selalu merawatnya dan selalu ada untuknya, membantunya dalam segala hal dan yang pasti menolong haechan, Haechan sudah menganggapnya seperti kakaknya sendiri.

Haechan terduduk di pojokan kamarnya yang terkunci di lantai bawah, orang tuanya sudah menjadi Zombie dan tidak ada jalan keluar dari rumahnya, ia juga tidak punya apapun untuk keluar dari rumah.

"hiks.. Tolong aku." Haechan duduk meringkuk di kasurnya.

Sesekali Haechan menoleh keluar rumah siapa tau ada yang bisa menolongnya, sejujurnya ia sangat kelaparan dan ia sudah pasrah jika ia akan mati kelaparan.

Dor!

Dor!

Haechan membelakan matanya ia melihat seorang pria menembaki para Zombie yang ada di depan rumahnya, Haechan langsung mengedor kaca jendelanya Pria itu —Johnny, menoleh melihat Haechan di kamarnya meminta tolong.

"tolong!" ucap Haechan, Johnny langsung bergegas menuju kedalam rumah dan mencari letak kamar Haechan.

"buka kuncinya." ucap Johnny, Haechan langsung membuka kunci pintu kamarnya.

"ayo kita ikut aku, kita pergi ke tempat yang aman." sejak saat itu Johnny membawanya dan melindunginya dari apapun.

"Kak John." panggil Haechan lirih.

"kenapa? Apa kau butuh sesuatu?" tanya Johnny.

"tidak, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih." ucap Haechan, Johnny menyiritkan keningnya.

"untuk apa?"

"semuanya, kau menolongku kau juga merawatku." Johnny tersenyum.

"sama-sama, kau sudah seperti adik untukku." Haechan tersenyum.

"kita sudah sampai semuanya." Ucap Jaemin, Mereka sudah sampai di perbatasan kota sementara, terlihat tembok pembatas yang cukup tinggi.

"bagaimana kita bisa naik keatas sana?" tanya Chenle.

"kemarin aku melihat sebuah tangga, mungkin masih ada disini." jaemin melihat kesekitar, ini titik dimana dirinya keluar dari perbatasan, Jaemin melihat sebuah tangga tak jauh darinya ia segera mengambil tangga itu.

"kau yakin ini aman?" tanya Jeno.

"aku yakin, ayo." Jaemin naik lebih dulu ke atas.

TBC

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TBC

Terimakasih sudah baca jangan lupa vote dan komen di tunggu!  See u in next chap.

Sunny pwark. Jan 30, 2022.

The Erda [ Nomin ] || ✅Where stories live. Discover now