"Kisah na jaemin dan huang renjun, melewati batasan sebuah persahabatan, yang naik tingkat jadi menikah."
Jaemren ft. Jisung
⚠️mpreg 🔞
Jaemrensung area, jangan salah lapak ya sayang. Kalau tidak suka, tidak usah mampir ya. Terimakasih 🙏
Start : 01...
"Jaem, bisa papa bicara sebentar?." Ucap taeyong, membuat atensi jaemin yang sejak tadi terfokus pada sang istri, kini teralihkan pada sang ayah.
"Ada apa pa?."
"Papa tunggu diluar." Jawab taeyong, kemudian dia keluar dari ruangan itu terlebih dahulu.
"Aku keluar sebentar ya sayang." Ucap jaemin, kemudian dia mengecup singkat kening renjun yang masih memejamkan mata pasca operasi tadi, lalu dia bergegas menyusul taeyong.
"Na, kamu mau kemana?." Suara ten terdengar, dia baru saja keluar dari kamar mandi, dan melihat jaemin sudah didekat pintu.
"Aku keluar sebentar ya ma, titip renjun." Ucap jaemin, dan dijawab anggukan kepala oleh ten.
Setelah itu, jaemin bergegas menyusul taeyong. Kini dua dominan keluarga na itu, sudah berada diluar ruang rawat inap renjun, mereka duduk dibangku panjang tepat didepan ruangan.
"Ada apa pa?." Tanya jaemin, yang melihat wajah sang ayah begitu serius.
"Jaem, apa ada orang yang mengganggu kalian, atau kalian memiliki musuh?." Ucap taeyong, yang dijawab kebingungan jaemin.
"Kenapa papa tanya seperti itu?."
"Jaem, papa rasa ada hal mengganjal dari kejadian ini." Ucap taeyong, sambil menatap serius wajah anak sematawayangnya.
"Saat papa sampai, pintu apartemen kalian tidak tertutup. Dan ditempat renjun tidak sadarkan diri tadi, ada pecahan guci yang berserakan. Papa hanya takut, ada orang lain yang berniat jahat pada kalian." Lanjut taeyong berucap, membuat jaemin tercengang akan informasi yang diberikan sang ayah. Karna jujur saja, jaemin belum pulang keapartemen mereka, jadi dia benar-benar tidak tau kronologi yang terjadi.
"Aku akan selidiki ini pa, kalau sampai apa yang papa curigai terjadi, aku tidak akan memaafkan pelakunya." Jawab jaemin, dan seketika ada perasaan mengganjal disana.
"Papa akan membantu, kalau kamu membutuhkan sesuatu, kamu dapat hubungi papa. Kita juga bisa bertanya pada renjun, saat dia siuman nanti." Ucap taeyong, sambil menepuk pelan pundak jaemin.
Degh...
Jaemin mematung mendengar kata siuman terlontar dari bibir taeyong, sungguh dia belum siap untuk melihat respon renjun nanti, jikala dia tau kalau dirinya keguguran.
"Jaem, kenapa?." Tanya taeyong, yang melihat jaemin terdiam.
"Tidak apa-apa pa, aku hanya belum siap dengan respon renjun saat dia siuman nanti. Bagaimana pun juga, pasti dirinya yang paling hancur akan kejadian ini."
"Jaem, papa yakin kalian bisa melewati semuanya. Saat ini, peran kamu sebagai seorang suami, harus mampu menenangkan dan menguatkan renjun. Papa yakin kalau renjun akan baik-baik saja, selama kamu dan jisung ada bersamanya. Saat tuhan mengizinkan nanti, kalian akan mendapat gantinya lagi." Ucap taeyong, memberikan masukan pada anaknya.
"Iya pa, terimakasih atas masukan positifnya." Jawab jaemin, setelah itu mereka kembali kedalam ruang rawat renjun. Jaemin tak ingin meninggalkan sang istri terlalu lama, dia ingin menjadi orang yang pertama renjun lihat saat membuka mata.
.. .. .. .. .. .. ..
Tiga jam telah berlalu sejak kuret renjun dilakukan, kini jarum jam sudah berada diangka tujuh malam. Perlahan jemari renjun bergerak, membuat jaemin menegang ditempatnya. Perasaan senang dan juga khawatir bercampur menjadi satu, senang karna sang istri membuka matanya. Dan khawatir akan respon renjun yang akan dia hadapi, jaemin hanya dapat berharap renjun akan baik-baik saja setelah ini.
"Na." Suara lirih renjun terdengar, membuat hati jaemin begitu terasa diremat.
"Ya sayang, aku disini." Jawab jaemin, sambil mengusap kepala renjun.
"Ini dimana?."
Degh...
Jantung jaemin bak terhenti saat mendengar pertanyaan renjun, sungguh lidahnya keluh untuk menjawab.
"Ini dirumah sakit sayang." Jawab jaemin hati-hati, seketika renjun langsung melebarkan pandangannya menatap jaemin. Dan tangan renjun refleks memegang perutnya, ketika dia tersadar akan situasi.
"Nna, kkenapa perutku~." Ucap renjun terjeda, dengan matanya yang mulai memerah, membuat jaemin tak mampu menjawab.
"Nana, aanak kita~." Lanjut renjun, dengan air mata yang mulai menetes, membuat jaemin semakin tak mampu berkata-kata.
"Nana, hiks." Tangis renjun mulai pecah, membuat jaemin refleks memeluk tubuh istrinya.
"Sayang, aku mohon tenang." Ucap jaemin, yang merasakan tangisan renjun begitu pilu.
"Anak kita na, hiks. Anak kita, hiks." Tangisan renjun semakin kencang, dengan tangan mungilnya yang mulai memukuli tubuh jaemin.
"Sayang, jangan seperti ini, aku mohon kamu tenang sayang." Ucap jaemin, yang merasakan kondisi renjun semakin tak baik.
"Aku benci mereka na, aku benci mereka. Hiks."
"Mereka yang membuat anak kita pergi, mereka yang menyebabkan anak kita pergi na. Hiks."
"Aku benci mereka, aku benci. Hiks." Ucap renjun terus menerus, membuat jaemin semakin yakin ada sesuatu yang terjadi pada istrinya.
"Aku benci mereka, aku benci me~." Ucapan dan tangisan renjun seketika terhenti, perlahan tubuh renjun dipelukan jaemin melemas.
"Sayang." Ucap jaemin, dan tak ada sautan dari renjun.
Jaemin melonggarkan pelukannya, dan seketika tubuh renjun nyaris limbung dari pelukannya, renjun kembali tak sadarkan diri.
"Sayang."
"Renjun, sayang."
"Sayang, aku mohon bangun, jangan seperti ini." Jaemin terus berucap, sambil mengusap lembut pipi renjun, namun sang istri tak merespon.
Jaemin menekan tombol disamping ranjang renjun, tanpa melepas pelukannya ditubuh renjun. Sungguh ini lah yang jaemin takutkan, kondisi istrinya yang menjadi tak stabil.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
🏡🏡🏡🏡🏡
.. .. ..
Tbc.
.. .. ..
🏡🏡🏡🏡🏡
Heyyaaaa... Chapter sepuluhh...
Uwaaaaa, baby nya gak selamat gais. Maafkan heyya yaa. 🙏
Sampai jumpa dichapter selanjutnya ya semua, jangan lupa untuk vote dan komennya. Terimakasih. 🙏