Chapter 7 : Reuni

32 7 0
                                    

Di sebuah ruangan istana.

"Panglima, ini laporan perkembangan beberapa komunitas," ucap seorang prajurit yang memberikan tumpukan kertas.

"Apakah ada yang aneh?" tanya Panglima yang berada di balkon ruangan.

Panglima Huja, dia sedang menikmati udara senja yang dingin.

"hmm.. untuk Komunitas Pengumpul Mayat Monster wilayah desa Banjar mengalami kenaikan yang signifikan dari hasil pengumpulan mayat monsternya tuan," jawab prajurit.

"Kirimkan orang kesana, periksa bagaimana hal tersebut bisa terjadi," perintah Panglima Huja

"Baik tuan," jawab prajurit

Prajurit lalu mundur pergi meninggalkan ruangan.

Disudut lain ruangan ada seseorang yang duduk bersantai, dia mulai berbicara.

"Apakah kau perlu untuk memastikan semua keadaan yang terjadi pada kerajaan ini hah?" tanya orang tersebut.

Dia adalah Panglima Num yang sedang berkunjung.

"Apapun yang terlihat tidak wajar, harus kita pastikan Num," jawab Panglima Huja

"Hah.." hela nafas Panglima Num

"Berhubung rencana penyerangan diundur dua bulan lagi, kira-kira apa yang akan dilakukan oleh Mentri ya," Tanya Panglima Num melanjutkan.

"Entahlah, kita hanyalah pion yang dia gunakan untuk kepentingannya," jawab Panglima Huja.

Panglima Num termenung

Mereka melanjutkan perbincangan, seiring dengan merdu suara angin menembus dinding dan sela bangunan istana kerajaan.

***

Tim Hitam Pekat menjadi lebih terkenal dibandingkan dengan tim lain karena menghadapi Ocong bertangan enam.

Perburuan semakin masuk kedalam hutan dan mendekat ke kaki gunung Hima.

Ada beberapa pemburu lain yang juga sudah sering sampai ke area ini.

Namun karena Desa Banjar adalah desa yang kecil, maka para pemburu tersebut lebih memilih meneruskan perburuan mereka di dekat Kota.

Area kaki gunung Hima cukup terbuka, tidak selebat hutan yang berada di area lain.

"Jadi kesini tujuan kita?" tanya Halip

"Iya, aku akan masuk ke gunung Hima lebih jauh," Arhan menanggapi.

"Pak Tua, kau serius ingin kesana? katanya disana tidak ada apa-apa selain ruangan kosong," Dina mengomentari

"Iya, aku akan kesana," Arhan menegaskan.

Dina berfikir sejenak

"Baiklah, aku akan ikut!" ucap Dina

Halip terkejut

"Hei Din, buat apa kita ikut?" Halip protes

"Aku ingin membantunya sampai akhir," tanggap Dina

Arhan tersenyum

"Terimakasih Dina"

"Baiklah, aku juga akan ikut kalau begitu," Halip memandang gunung Hima

"Sebelum itu, lebih baik kita mempersiapkan diri lebih matang beberapa hari," ucap Arhan.

Terlihat fisik Dina sudah berubah jauh, berbeda dengan saat pertama kali bertemu dengan Arhan.

Dewa LangitWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu