13. Earth situation

Start from the beginning
                                    

"kau manusia kan?" tanya anak itu, Jaemin mengangguk.

"ya, kau bisa melihatku."

"baiklah, silahkan masuk."

"aku akan membawa mobilku masuk." bocah laki-laki itu mengangguk, Jaemin menaiki mobilnya dan memasukan mobil itu ke dalam halaman rumah bocah itu segera menutup kembali gerbang.

"dia siapa Chenle?" tanya bocah satunya.

"dia ingin menumpang tinggal katanya." jawab bocah yabg bernama Chenle itu.

"hai, perkenalkan aku Na Jaemin." ucap Jaemin sembari tersenyum, bocah yang ada di hadapan Jaemin menatap Jaemin dengan intimidasi.

"kau manusia kan?" tanyanya.

"tentu saja aku manusia, lihat aku tidak seperti mereka aku sehat." jawab Jaemin sembari memperlihatkan tubuhnya.

"Ayo masuk." ajak Chenle.

Mereka masuk ke dalam rumah yang terkihat sedikit berantakan dan juga berdebu, Jaemin menatap interior rumah di hadapannya ini.

"kalian hanya tinggal berdua?" tanya Jaemin.

"iya, oh iya perkenalkan aku Zhong Chenle dan ini temanku Park jisung." ucap Chenle, Chenle menyengol pinggang Jisung dengan sikutnya agar Jisung tidak menatap Jaemin seperti itu.

"baiklah, aku Na Jaemin seperti yang sebutkan barusan." Chenle mengangguk.

"Kau sudah makan?" tanya Chenle berjalan menuju dapur.

"chenle, stok makanan kita menipis jangan terlalu baik pada orang bagaimana jika dia hanya mau makanan kita saja?" ucap Jisung, Chenle menghembuskan nafasnya, Jaemin tersenyum.

"tenanglah, aku punya beberapa makanan di tasku, kita bisa membuatnya disini." ucap Jaemin.

"kau jangan negative thingking dulu makanya." ucap Chenle.

"sudah-sudah, ayo kita masak untuk makan." Ajak Jaemin.

"ayo kak Jaemin."

Chenle dan Jaemin masak di dapur sementara Jisung hanya melihat mereka karena ia tidak bisa memasak, Jaemin memasak beberapa makanan dari bahan makanan yang ia bawa seperti daging instan, mie instan dan berbagai macam makanan yang siap saji tanpa perlu ribet memasak.

"berapa usia kalian?" tanya Jaemin disela memasak sembari menunggu daging instannya hangat.

"aku 16 tahun dan Jisung 15 tahun kami teman sekolah." jawab Jaemin, Jaemin mengangguk.

"lalu dimana orang tua kalian?" tiba-tiba saja wajah mereka terlihat murung.

"orang tua kami sudah meninggal karena penyakit aneh itu, kami tidak punya biaya untuk berobat." jawab Jisung.

"maaf, aku tak tau kalau hidup kalian sesulit ini."

"tak apa, yang terpenting kami masih bisa bertahan dengan makan." Jaemin baru sadar ternyata di balik kota sementara yang mewah ada anak-anak dan warga kalangan bawah yang tertinggal dan di telantarkan.

"aku akan membawa kalian agar bisa hidup lebih layak." ucap Jaemin, Chenle dan Jisung menatap Jaemin.

"kemana?" tanya Jisung.

"ke kota itu." mereka tau kota mana yang di maksud Jaemin.

"mana mungkin, itu mustahil." ucap Chenle.

"semua bisa mungkin, nah. Makanannya sudah siap ayo kita makan." Jaemin membuka bungkus makanan itu, panas juga.

"wah ini enak sekali." ucap Jisung, setelah sekian dalam hidupnya ia memakan makanan berasa biasanya sehari-hari mereka hanya makan nasi saja ataupun tanaman apapun yang bisa di masak rata-rata jamur.

"makanlah yang banyak." ucap Jaemin.

Malam tiba, Chenle menyalakan obor untuk menerangi rumah karena tidak ada listrik yang mengalir di luar kota sementara, Jaemin mengambil senternya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam tiba, Chenle menyalakan obor untuk menerangi rumah karena tidak ada listrik yang mengalir di luar kota sementara, Jaemin mengambil senternya.

"apa disini tidak ada listrik?" tanya Jaemin.

"tidak ada, aliran listrik di putus dan hanya mengandalkan api saja sebagai penerangan." ucap Chenle, Chenle dan Jaemin duduk di sofa ruang tamu sementara Jisung duduk sembari menyederkan kepalanya di paha Jaemin.

"sudah berapa lama kalian terisolasi disini?" tanya Jaemin.

"entahlah, yang pasti sudah sangat lama. Kami tidak bisa keluar karena tidak memiliki senjata dan tidak bisa melawan mereka." jawab Chenle.

"melawan para zombie itu?" Chenle menggeleng.

"bukan, tapi para orang dewasa. Kami tidak bisa mengambil makanan seperti mereka, kami selalu di tindas itulah mengapa kami tidak bisa keluar dari sini."

"kalau kita keluar, kita akan mati dan aku tidak ingin mati." ucap Jisung, Jaemin mengelus kepala Jisung.

"kami berebut makanan dan juga tempat tinggal untuk bertahan." ucap Chenle.

"jadi ini bukan rumah kalian?" Chenle mengangguk.

"entah ini rumah siapa setidaknya kita bisa tidur dan makan disini." Jaemin menghembuskan nafasnya, hidupnya sulit namun ada yang lebih sulit lagi di luar ternyata.

"lalu dimana kalian mendapatkan makana dan air?"

"beruntung kami mendapatkan tempat yang strategis namun terpencil, di belakang rumah ada kebun, disana ada jamur dan juga sayuran lain, dan untuk air di rumah ini ada sumur yang masih ada mata airnya, tapi akhir-akhir ini sumur terlihat mulai surut airnya dan tanaman juga sudah berkurang, kami berusaha menanam kembali namun selalu layu, dan hanya beberapa yang hidup." Jaemin menyadari, global warming sudah mulai merusak bumi.

"baiklah, sekarang sudah malam kalian harus tidur." Chenle dan Jisung mengangguk.

TBC

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TBC

Terimakasih sudah baca janlup Vote dan Komennya di tunggu!!!!!!!! See u in next chap!

Sunny pwark. Jan 23, 2022

The Erda [ Nomin ] || ✅Where stories live. Discover now