44 | PERTUNANGAN

Mulai dari awal
                                    

"Pada lagi main futsal. Lo mau balik langsung atau ikut ngumpul nanti?"

Ardes bergeleng singkat. "Gue ada urusan. Titip tas, gue mau ganti baju."

Baru saja Ardes ingin pergi tetapi Zeus menahan tangannya. Zeus menatap Ardes dengan ekspresi serius sedangkan Ardes tetap datar tetapi rautnya terlihat bingung.

"Lo udah jarang ngumpul. Apa ada masalah?" tanya Zeus langsung tanpa basa-basi.

"Gak ada. Kenapa lo tanya gitu?"

"Lo akhir-akhir ini agak aneh, Des." ucap Zeus.

"Aneh gimana?"

Mereka sama-sama diam membuat Chico yang berada di antara keduanya seketika merasa merinding. Ia langsung menepuk kedua bahu teman-temannya, kalau begini terus bisa-bisa Chico terkena imbas nanti.

"Gini Des, maksud Zeus itu, dia kangen ngumpul bareng sama lo. Gitu kan, Ze?" Chico menoleh kepada Zeus yang sekarang menatapnya tajam.

Salah apa gue anjer. batin Chico serba salah.

"Gue ganti baju dulu." Ardes segera berlalu dari kantin. Chico mengusap belakang lehernya lalu menatap Zeus yang sedang mengatur napas karena hampir saja ia kelepasan.

"Buku catatan kas buat sumbangan itu taro di tas Ardes aja biar nanti dia yang urus keperluannya apa aja," ucap Zeus memerintah.

Chico mengangguk lalu ia membuka tas Ardes untuk memasukan map biru berisi buku catatan kas ke dalamnya. Matanya menangkap suatu hal yang tak asing, segera ia keluarkan itu dan menunjukannya pada Zeus.

"Lo liat, kenapa ada jaket geng Rouranz di tas Ardes?" ucap Chico membuat Zeus sontak menoleh sama terkejutnya.

Bukti-bukti yang di temukan semakin membuat mereka yang tadinya berpikiran positif kini menjadi melenceng. Zeus mengepalkan tangannya kuat, ia harus sabar. Biarlah semuanya pelan-pelan terungkap.

Ardes Delvian Dihantara, tersangka pertama.

°°°°°

Hari ini Zeus izin tidak mengantar Hera pulang karena ada suatu urusan. Jadilah ia pulang memakai angkutan umum karena biayanya lebih murah di banding naik ojek online. Hera harus berhemat karena uang pemberian Ibunya sisa sedikit.

Kening Hera berkerut ketika mendapati mobil milik Om Fardil terparkir rapi di depan rumahnya. Pintu kaca mobil itu terbuka menampakkan Om Fardil beserta Audy di dalamnya yang sedang membuang muka malas.

"Hera, kamu naik apa pulang? Kenapa gak sekalian bareng sama Om tadi di sekolah?" tanya Om Fardil.

"Gak perlu, Om. Hera tadi naik angkot,"

Om Fardil mengangguk paham. "Hera, kamu siap-siap ya, nanti Om jemput lagi sehabis antar Audy buat ganti baju juga."

"Eh? Emangnya mau kemana om?"

Bukannya menjawab melainkan Fardil tersenyum. "Om punya kabar baik, untuk mama kamu. Jadi siap-siap ya?"

Mata Hera membulat lalu dengan cepat ia mengangguk. Terdapat lengkungan senyuman manis di bibirnya.

ZEUSHERA (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang