Extra Chapter : Mengabadikan Kisahnya

678 71 8
                                    

Suara keyboard yang di tekan terdengar bersahutan di dalam ruangan itu. Bersama dengan secangkir coklat hangat sebagai teman rasa kantuk, seorang pemuda menatap layar monitor yang memperlihatkan deretan kata. Senyumnya terulas tipis.

Dia melirik ke arah balkon kamar yang tak tertutupi tirai. Menyaksikan ratusan bintang yang bertaburan malam ini. Dia beranjak dan mendekat kala satu bintang tampak berkedip dengan cahaya yang begitu terang.

Matanya sontak berkaca-kaca. "Malam ini bintangnya banyak Ji" dia menatap langit gelap yang tampak cerah bersama bulan dan bintangnya. Sangat jarang terjadi di kota-kota besar dengan banyaknya pencahayaan yang menyala dimana-mana.

"Kata lo kalau orang yang udah pergi bakalan berubah jadi bintang di angkasa. Apa mungkin bintang yang paling terang itu lo? " monolognya di antara keheningan.

"Gue udah berusaha buat baik-baik aja setelah hari itu. Tapi nyatanya gue gak sekuat lo Ji. Gue terlalu lemah sebagai seorang kakak"

Suara jam dinding yang berbunyi di setiap detik, merenggut waktu yang terus berjalan semakin menipis.

Selayaknya manusia kebanyakan, mereka selalu mengusahakan diri mereka untuk terlihat baik-baik saja di hadapan orang lain. Tak menunjukkan kelemahan mereka untuk di pertontonkan. Di saat siang menjelang, mereka selayaknya keluarga bahagia yang penuh kehangatan. Bercanda dan tertawa bersama. Melakukan berbagai hal.

Namun nyatanya, itu tidak jauh dari cara mereka mengalihkan semua rasa sakit. Tanpa ada yang tahu bahwa di setiap malam datang, mereka selalu menangis dan mengadu pada Tuhan mereka, bahwa di sini mereka tengah merindukan seseorang yang telah pergi ke pangkuanNya. Mereka menginginkan dia kembali walau itu sangat mustahil.

"Besok hari kelulusan gue Ji. Sayang banget lo gak bisa liat gue wisuda. Padahal gue pengen banget lo datang ngucapin selamat. Dan gak terasa udah selama itu, tapi gue masih belum bisa rela. Maaf Ji, kalau itu udah buat lo gak tenang di sana"

Dia mengusap pipi yang terasa basah karena air matanya, kemudian kembali menarik senyuman samar "Bulan depan kak Chan nikah. Calon istrinya bule, Ji. Lo jangan iri ya, soalnya gue udah iri duluan" dia terkekeh pelan.

Changbin berbalik mengalihkan pandangannya pada layar monitor yang masih menyala. Masih menampilkan deretan kalimat panjang yang dia ketik tadi, kemudian melirik kembali pada bintang yang masih bersinar terang, dia tersenyum lebar "Izinin gue buat mengabadikan kisah lo, Ji. Gue ingin orang-orang juga akan selalu mengenang lo dengan baik, sebagai pejuang tangguh dan manusia paling hebat"

Bintang itu berkedip pelan, seolah mengiyakan ucapannya. Hati Changbin seketika menghangat. Dia menatap lamat bintang itu beberapa saat. "Makasih"

Suara papan ketik kembali terdengar. Changbin begitu semangat menggerakkan jemarinya di atas keyboard. Mengeluarkan semua yang ada dalam pikirannya untuk dia tuangkan ke dalam tulisan. Dan pada bagian akhir, senyumnya terulas kembali.

"SELESAI"

Tik

-_-


INFO PENTING!!

Jadi teman-teman. Seperti judul Chapter ini, Mengabadikan Kisahnya, aku mau membagikan berita baik dan penting untuk kalian semua. Semoga masih ada yang nyimpen book ini di library ya.

Alhamdulillah, Dream Catcher akan hadir dalam VERSI CETAK. Dan saat ini, naskah cerita baru sampai di meja editor. Ada yang seneng gak? Atau kaget?

Jadi buat kalian yang sempat bingung, kenapa chapter nya tiba-tiba hilang? Ya karena alasan ini.

So guys, kalau kalian penasaran, pastiin kalian gak hapus book ini dan tunggu informasi selanjutnya ya..


Dadah

Dream Catcher ✓حيث تعيش القصص. اكتشف الآن