2. Espresso

17 2 0
                                    

Musuh terbesar kita seharusnya bukan orang lain melainkan diri kita sendiri. Berusaha dengan baik seharusnya bukan karena orang lain, tapi demi kita sendiri. Sebab di mata orang, kita akan selalu memiliki celah dan akan selalu terlihat lemah.

-Cherry-

*** 

Cherry

Jangan berharap pada sesama manusia, begitu pesan mama beberapa hari sebelum ia meninggal sekitar dua tahun yang lalu. Mama semasa hidupnya adalah sosok pekerja keras yang tak pernah kudengar mengeluh sedikitpun. Bahkan ketika rumah tangganya dengan papa harus berakhir karena adanya orang ketiga, mama menghadapinya dengan lapang. Mama tidak pernah menunjukan bahwa ia rapuh, sekalipun aku tahu sedikit luka saja pasti akan membuatnya jatuh.

Hidup bersama mama berdua saja sejak papa tak lagi bersama kami. Membuat aku mau tak mau harus hidup mandiri dan tidak cengeng. Tidak boleh mengandalkan orang lain dan sebisa mungkin melakukan semuanya sendiri.

Aku lahir dan besar di kota Malang, Jawa Timur. Di sebuah rumah sederhana di daerah sekitar Universitas Brawijaya yang kini jadi salah satu kawasan cukup padat di sana. Mamaku asli orang Malang sementara papaku orang Jakarta. Keduanya adalah teman baik semasa kuliah dan akhirnya memutuskan menikah kemudian memiliki aku sebagai putri mereka satu-satunya.

Masa kecilku yang bahagia aku habiskan di Surabaya. Papaku yang seorang kontraktor dan bekerja berpindah-pindah tempat kerja membuat kami sekeluarga mengikutinya kemanapun ia pergi. Menghabiskan waktu dari sekolah taman kanak-kanak hingga SD kelas empat di Surabaya, kami kemudian pindah ke Mojorkerto. Tidak lama, hanya setahun kemudian kami pindah ke Bandung. Menetap di sana hingga aku lulus Sekolah Menengah Atas. Hingga pada suatu hari, papa datang membawa seorang perempuan muda kehadapan mama. Meminta restunya untuk menikah lagi karena perempuan itu sudah berbadan dua. Pada saat itulah duniaku tak lagi seperti sebelumnya. Runtuh, kemudian hancur dan menjadi kelabu.

Setelah mendapatkan surat cerai, mama dan aku pergi. Kami meninggalkan rumah yang dulu kami tinggali dan menetap di London tempat aku berkuliah selama 4 tahun ditambah 2 tahun untuk S2. Dan di London pula kami memulai semuanya dari nol.

Mamaku pekerja keras. Mamaku hebat, dan aku bangga memilikinya. Mama tak pernah mengeluh padaku, ia hanya berbagi cerita. Membagi pengalaman hidupnya pada anak semata wayang yang harus ia hidupi sendiri tanpa pendamping.

Dulu, aku marah. Aku kesal dan aku benar-enar kecewa pada papa. Demi seorang wanita yang tiba-tiba hadir, ia meninggalkan kami yang lebih dulu menetap dan selalu menjadi tempatnya dulu kembali. Aku dan mama, dulu adalah rumah bagi papa. Hingga ia menemukan rumah lain yang menurutnya mungkin lebih nyaman dan menetap di sana. Tapi aku sudah tidak marah lagi. Sudah tidak ada waktu ataupun tenaga untuk melakukannya. Rasanya semuanya jauh lebih baik jika aku membiarkan saja semua berjalan. Biarkan saja semesta yang mengatur. Biarkan saja takdir yang bekerja. Dia yang datang akan selalu datang, dan dia yang pergi memang seharusnya pergi. Mereka yang datang tak selalu menetap. Mungkin mereka hanya singgah, seperti singgahnya papa di kehidupan mama. Dia datang, menetap cukup lama lalu pergi tanpa menoleh lagi kepada masa lalunya.

“Nak, manusia memiliki hal yang bisa ia kendalikan dan ada juga hal yang terjadi diluar kendalinya. Kamu cukup kendalikan saja apa yang kamu bisa. Jangan mencoba mengerti banyak hal karena itu melelahkan,” ucap mama dengan senyum lemah di atas kursi roda pada suatu sore di taman rumah sakit.

Aku ingat betul itu adalah dua hari setelah mama sakit. Dan setelahnya baru kutahu bahwa mama memiliki tumor di dalam tubuhnya. Sekitar sebulan setelah aku menyelesaikan Pendidikan S2 di salah satu Universitas di London.

“Menjadi manusia memang melelahkan, Ma. Kita sudah merencanakan banyak hal. Memiliki banyak angan dan impian. Tapi kemudian dihancurkan oleh kenyataan,” balasku dengan senyum kecil sambil mendorong kursi rodanya perlahan meninggalkan taman.

Hearing CafeWhere stories live. Discover now