Sembilan

1.9K 368 13
                                    

(Name) mengintip ke dalam kamar itu. Irisnya tertuju ke arah seorang gadis yang usianya lebih tua dua tahun darinya. Sibuk menyisir rambutnya sembari bersenandung riang.

"Onee-chan, kamu mau pergi?" Tanya (Name) buka suara.

Yuki menengok sembari tersenyum, "Benar."

Yuki bangkit mendekati (Name) dan mengusap puncak kepala (Name) sayang. "Maaf ya weekend ini aku tidak mengajakmu pergi."

"Tidak apa, lagipula ada series yang ingin aku saksikan." Balas (Name) sembari menyengir lebar.

Setelahnya (Name) mengerling jahil, "Onee-chan mau pergi dengan pria yang bertukar pesan denganmu saat itu kan."

Wajah Yuki memerah. Hal itu membuat (Name) tertawa lepas.

"Onee-chan, kenalkan aku dengan dia! Aku ingin tau pria mana yang berani memacari kakak perempuanku." Ucap (Name).

Yuki tertawa sembari menarik pipi (Name) gemas. Hal itu membuat (Name) memekik.

"Onee-chan aku sudah enam belas tahun." Protes (Name).

"Di mataku kamu itu masih bocah usia enam tahun!" Yuki menjulurkan lidahnya mengejek (Name). (Name) menggembungkan pipinya kesal.

"Aku pasti akan mengenalkan kamu dengan dia." Yuki tersenyum.

"Janji?" Tanya (Name) mengulurkan jari kelingkingnya.

"Janji." Yuki menautkan kelingkingnya dengan (Name).
.........

(Name) baru pulang dari sekolahnya. Ia mengernyit saat rumahnya kosong, ia tidak menemukan sosok Yuki.

"Hmm, mungkin onee-chan masih di kampus." Gumam (Name).

(Name) berjalan menuju ruang keluarga dan menyalakan televisi. Tanpa sengaja televisi tengah menayangkan sebuah breaking news.

"Breaking news langsung dari salah satu kampus ternama di Tokyo. Seorang gadis muda nekat terjun dari puncak tertinggi gedung kampus. Gadis atas nama Yuki-"

(Name) menjatuhkan remot tv di tangannya. Ia terjatuh karena kakinya terasa lemas dan tidak lagi kuat menopang tubuhnya.

"Huh?" Gumam (Name) tak percaya. Suara dari pembawa berita di televisi sudah tidak terdengar lagi. Rasanya jiwa (Name) ditarik paksa untuk keluar dari tubuhnya.

Itu tidak mungkin Yuki kan? Itu tidak mungkin kakak perempuannya kan!?
.........

(Name) duduk di atas ranjang Yuki. Ia baru pulang dari pemakaman kakak perempuannya itu. Ini kenyataannya.

Satu tahun yang lalu ia kehilangan kedua orangtuanya, dan kini ia kehilangan kakak perempuannya.

Ia hanya berdua dengan Akeno.

"Aku hidup di neraka." Lirih (Name).

Berjalan menuju meja belajar Yuki, ia tersenyum getir melihat banyaknya potret mereka bertiga yang Yuki pasang.

Tatapan (Name) tertuju pada sebuah buku yang belum pernah (Name) lihat. Ia mengambilnya dan memperhatikan sampul buku itu.

"Yuki onee-chan punya diary?" Gumam (Name).

(Name) membawa buku itu dan kembali duduk di atas ranjang Yuki. Ia membukanya dan membaca lembaran demi lembarannya.

(Name) mematung. Ia tidak tau bahwa selama ini Yuki merasa sangat terpukul dengan kehilangan orangtua mereka. Gadis itu hanya berlagak kuat selama ini.

Wakasa's Mine (Wakasa x Reader)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon