10

1 0 0
                                    

           Cukup lama sampai Nana kembali ke bentuk normalnya. Roy dan lainnya juga agak sulit tapi mau tidak mau harus menyelamatkan warga sekitaran agar tidak jatuh korban jiwa lagi. Terpaksa Nana dibawa ke drom bangtan. Karena bangtan di minta tetap di drom sampai keadaan kembali normal. Situasi sekarang tidak dapat di kendalikan dengan sihir memanipulasi ingatan milik Serena, karena kapasitas orangnya cukup banyak dan tak dapat masuk kedalam jangkauan sihirnya, kecuali mendatangi tempat kejadian dan memanipulasi ingatan mereka.

"Tetap di drom kalian, kalian aman disini" ucap Roy dan hilang saat kilatan cahaya merah menyelimutinya. Nana memerhatikan sekitar dengan mata bundarnya yang sedikit berair..

"Eungh... pa jim ana?" Tanya Nana, dan semua memerhatikan sekitar.

"Bukannya Jimin bersama kita?" Tanya Taehyung.

"Tadi dia ikut jalan dengan kita bukan? Apa dia ketinggalan?" Sahut Jungkook yang tadi berjalan paling belakang dengan Jimin disebelahnya. Mungkin karena terburu buru jadi tak sadar ada yang tertinggal..

"Aigooo kan aku sudah bilang bopong saja si bantet itu, kita lari saat dia baru sadar dari pingsan nya pasti dia pusing. Sekarang bagaimana?" Ucap Seokjin mengomel.

"Hmm kita berpencar dan mencarinya akan lebih cepat bukan?" Usul Jhope.

"Ndak..! Bial nana yang cali papa Jimin" ucap nana melompat dari gendongan Namjoon. Berubah lagi dengan wujud iblisnya....

"Tapi Nana energi mu belum pulih betul" ucap Tarhyung menghampiri Nana.

     Tapi Nana sudah duluan hilang dari hadapan mereka. Entah kemana bocah itu akan pergi. Yang jelas mereka hanya bisa duduk diam sambil berdoa agar Jimin dan Nana selamat.

       Bekas gigitan Nana pada leher Jimin dapat membantu gadis kecil itu untuk menemukannya. Matanya menjadi merah menyala mengidentifikasi sekitarannya. Telinganya menangkap suara makhluk diluar gedung ini yang mulai membahayakan sekitaran. Dan warganya juga. Nana bingung harus menyelamatkan siapa apakah Jimin atau mengurus dan membasmi makhluk diluar itu dulu menjelang Roy, Rion, Alex, Helena dan Serena datang. Tapi tak mungkin, bisa saja jimin kenapa napa karena Jimin adalah sumber kekuatan Nana.

         Sedangkan Jimin, dia menyelamatkan hidupnya kali ini sendiri. Makhluk di luar gedung itu mengejarnya entah sampai mana makhluk aneh yang memiliki badan 2 kali lipat dari manusia biasa. Bersembunyi di sebuah toko cindramata yang didalamnya hanya di sinari lampu redup yang berkedip kedib sesekali. Menghirup nafas dan istirahat sejenak sebelum lanjut mencari tempat aman.

"Hosh... hosh... dia tidak akan tau aku disini" gumamnya terduduk di lantai yang berdebu. Toko cindramata yang berantakan karena tadi para pengunjung panik melihat ada makhluk di luar toko. Jadi toko itu tak berpengunjung dengan keadaan toko yang berantakan semua.

Kembali pada Nana kita yang mencoba menghalangi makhluk itu untuk mengejar orang orang sekitar.

"Grwwww"

Keduanya hanya saling menatap mencari titik kelemahan sang lawan, hingga Nana duluan yang menyerang makhluk itu. Menendang bagian dada dengan kaki mungilnya. Menjambak rambut panjang makhluk itu dan membawanya terbang tinggi sekali. Melepaskan jabakannya dan memukulnya lagi sampai terhempas ke tanah, ia turun dengan kecapatan kilat menebas makhluk itu menjadi dua kepingan. Menghilang layakkan debu mengambang diudara.

"Hosh... hosh..." mengubah kembali pedangnya menjadi kipas mini dan menyelipkan di lipatan bajunya. Berlari kearah toko cindramata karena merasakan pergerakan Jimin disana.

"Papa" ucapnya menghampiri Jimin yang terduduk sambil menggenggam ponselnya gemetar. Mengirim balasan pesan walau dia sendiri dilanda kepanikan.

"Nana?" Gumam Jimin, nana segera menghampirinya. Memeriksa sang homan apakah dia terluka atau tidak.

"Ayo pulang baleng nana. Papa jin di lumah nunggu papa jim" ucap Nana.

"Baiklah" jimin berdiri, Nana menahan kaki Jimin saat mau melangkah. Jimin sedikit kudet soal Nana yang sudah memiliki sihir teleportasi yang cepat. Baiklah Jimin berada didrom sekarang ini, member bangtan langsung memeluknya. Tak sadar kalau Nana sudah tidak berada disekitaran mereka.

....

"Aissss.... mereka semakin banyak muncul, apa yang harus kita lakukan" panik Roy sembari menggenggam kuat pedangnya.  Helena berusaha melenyapkan makhluk yang berbentuk sangat primitif, susah dikendalikan, bahkan sulit untuk di musnahkan.

"Entahlah, bentukannya terlalu primitif dan termasuk kedalam bentuk makhluk paling aneh yang ayah ciptakan" sahut Alex mengumpati makhluk makhluk aneh ciptaan ayah nya yang terbilang cukup rumit jika di lihat lihat.

"Mana ku tau, mungkin ayah mu kurang ide dan mengambil bentuk makhluk dari gambaran bodoh mu di buku gambar" sergah Rion meledek gambar aneh yang Alex gambar dulu sih saat mereka masih seumuran seperti Nana saat ini.

"HEH FOKUS BODOH KENAPA KALIAN MALAH DEBAT!" Umpat Helena menyahuti 2 manusia yang seharusnya membantu dia membunuh makhluk ini, saking kesalnya dia sampai sampai menjambak makhluk didepannya.

Mereka kembali serius, menyiapkan pedang dan senjata masing masing. Menghadang makhluk yang terus memperbanyak jumlahnya membuat 5 penerus itu kewalahan menghadapi mereka.

"Apa mereka dibakar dulu baru akan mat?" Ucap Serena.

"Siapa yang punya elemen api? Tak mungkin kan kita beli korek api dulu" sahut Alex.

"GRWWW..."

Semburan api tiba tiba saja datang menyembur para makhluk berlendir itu. Membakar satu persatu mereka sampai habis tak bersisa sama sekali.

"Siapa itu?" Ucap Roy yang rambut hampir saja terbakar kalau saja angin kencang tak memadamkan api kecil itu.

"NANA!" Sahut mereka bersamaan.

Nana tiba tiba saja datang melesat dengan pedangnya yang ditutupi oleh api panas yang membasmi makhluk aneh itu dalam sekali tebas. Tak berselang lama semuanya lenyap dalam satu kedipan mata. Menyisakan Nana yang berdiri dengan tangan mungil menggenggam pedang yang tadinya terdapat nyala api yang kini mulai mereda.

Roy langsung menghampiri Nana, yang berbalik badan kearahnya. Menggendongnya dan menghujani wajah gembul Nana dengan ciumannya. Membuat 2 oppanya itu meng-iri.

"Kenapa Nana disini? Energi Nana kan belum pulih kalau tadi kenapa napa gimana?" Ucap Roy mengomel lagi.

"Nana ngantuk mau pulang" ucapnya lesu dan menyenderkan kepala di bahu Roy.

"KAJJA!!!  KITA PULANG!" Ucap Alex dan Rion semangat, sepertinya mereka akan ngunsi untuk makan di drom bangtan sebab dirumah tak akan sempat memasak.

"Tunggu, dua wilayah ini harus segera di betulkan. Serena dan aku akan menyusul setelah memanipulasi ingatan disini energi ku masih banyak" sahut Helena dan mereka mengaguk.

"Segera yang Helen dan Serena! Kami tunggu di drom bangtan"

Tbc....

Louder Than Boms Where stories live. Discover now