Ketakutan dan Penyesalan

Start from the beginning
                                    

"Jadi kamu udah tau? Bagus deh, aku muak harus pura pura baik sama cewek murahan kayak kamu. Kasian ya kamu ,udah bodoh, gak dapet kasih sayang kakak aku , dan tunangan kamu juga lebih suka sama aku. Mengenaskan. Dan sebentar lagi papah sama mamah juga akan lebih perhatian sama aku dibanding kamu anak kandungnya." Ucap Anna dengan nada dibuat buat seolah kasian padahal nyatanya dia mengejek Gaia. Beberapa detik setelahnya Anna mengambil sebuah pisau dan menggoreskannya ditangannya sendiri.

Anna sangat terkejut setengah mati setelah menonton video dimana dia menyakiti dirinya sendiri untuk memfitnah Gaia, bukan hanya Anna yang terkejut namun juga Maudy, Nadhira, Sella dan Tasya tak kalah terkejutnya. Gaia tersenyum miring menyaksikan raut wajah Anna yang pucat pasi.

"Gimana ya kalau video ini ditonton satu sekolah? Pasti akan jadi hiburan yang menarik yakan?" Ucap Gaia riang dengan ibu jari yang hampir menekan tombol kirim di grup sekolah. Anna yang sangat panik berusaha meraih ponsel Gaia, namun Gaia dengan cepat menekan tombol kirim hingga video itu tersebar di grup sekolah. Seperkian detik banyak murid yang memberikan berbagai komentarnya.

"Yah udah tersebar..." Ucap Gaia dengan nada dibuat menyesal.

"Brengsek! Mati saja kamu sialan!!" Teriak Anna murka yang malah membuat Gaia tertawa keras. Berbeda dengan Maudy, Nadhira, dan dua temannya yang tercengang tak menyangka ucapan itu keluar dari mulut Anna.

"Amankan mental Lo, belum waktunya Lo gila," bisikan Gaia membuat Anna menangis saking marahnya pada Gaia namun tidak bisa berbuat apapun. Anna berulang kali memaki Gaia dengan berbagai sumpah serapah yang tidak dipedulikan Gaia sama sekali.  Gaia tersenyum mengejek kemudian berdiri meninggalkan mereka yang masih terkaget dengan sikap asli Anna.

__✿__

Bel pulang baru saja berbunyi. Gaia menuju parkiran untuk mengambil mobilnya. Dari jauh dia melihat Gio yang sedang menunggunya disamping mobil dengan gelisah. Gaia tersenyum sinis lalu menghampirinya. Gio menelan ludah saat Gaia sudah ada didepannya.

"G-gue datang bareng Lo jadi pulangnya juga naik mobil Lo," ucap Gio cepat tanpa menatap Gaia. Gaia hanya menatap datar membuat Gio gugup.

"G-gaia gue g-gue minta maaf," ucap Gio dengan penuh penyesalan, dia menggenggam tangan Gaia dan menatapnya dengan sorot penyesalan. Gaia berdecih sinis dan melepaskan tangan Gio kasar.

Plak!

Gaia menampar keras pipi Gio sampai sudut bibirnya berdarah. Gio menatap Gaia tak percaya dengan ekspresi kaget yang ketara.
"Gue benar-benar minta maaf Gaia, gue nyesel baru tahu sekarang. Gue ingin kita baikan, izinin gue jadi kakak yang baik buat Lo," lirih Gio menundukkan kepala dengan sorot penyesalan.

"Brengsek!" Gumam Gaia sinis, dia merasa kesal karena Gio dengan gampangnya meminta maaf setelah perbuatan fatalnya dulu. "Lo sadar akibat dari sikap dan ucapan Lo selama ini membunuh adik kandung Lo sendiri! Lima tahun, itu kesempatan yang cukup untuk sekedar Lo mengucap maaf ke gue, tapi Lo sia-siakan. Sekarang ucapan maaf Lo udah kadaluarsa, jadi jangan pernah bermimpi kita akur layaknya saudara." Ucap Gaia sarkas. Tanpa memperdulikan Gio, Gaia langsung masuk kedalam mobilnya.

Lidah Gio terasa kelu, dia bahkan tak mampu membalas ucapan Gaia. Dengan mata merah menahan tangis, Gio hanya diam menatap Gaia sendu. Dia merasa malu dengan dirinya sendiri. Dia selama ini hanya menutup mata dengan segala tingkah Anna dan meyakinkan dirinya bahwa Gaia yang salah, tanpa sadar dia malah menelantarkan adik kandungnya sendiri.

MENCURI PERAN (Terbit)Where stories live. Discover now