Venus

69 37 76
                                    

Hai lan datang lagi dgn cerpen baru, sambungan yang kemarin.

Happy reading

--------

Kakinya menginjak pedal mobil dengan kecepatan tinggi, dirinya dibuat lari kesetanan karena tuannya tidak menggubris perkataannya. Ia melonggarkan ikatan dasi karena terlalu sesak. Hingga ia sampai pada sebuah gang yang sudah dipenuhi kabut.

Segera ia menyemprot cairan khusus dan mendekati tuannya. "Tuan, lebih baik anda pulang dan mengobati diri," sahutnya

"Antar aku, dan terus mencari mereka. Aku harus mendapatkan mereka," balas tuannya -dia adalah Drake.

"Segera tuan," ujar Venus.

Pria itu bernama Venus. Bodyguard pribadi yang sudah lama bekerja untuk Drake -Venus Alpualus, nama yang lebih cocok untuk wanita.

Venus menatap kepergian dua orang yang dimaksud. Ia tahu siapa orang itu. Tentu itu adalah Merku dan Anna. Merku memang terkenal pintar, tapi ia tidak pandai membuat strategi baru. Venus tentunya sudah sangat familiar dengan tingkah Merku.

Kini tujuan Venus adalah mengejar mereka, tapi Venus kalah cepat dengan mobil mereka yang sudah melaju kencang. Beberapa pengawal mengikuti mobil itu.

Selang beberapa saat, mereka kembali. "Kalian tidak mendapatkannya?" Tanya Venus dengan nada kesal. Semua menunduk. "Bersiaplah menerima hukuman dari tuan Drake," tegasnya sekali lagi, lalu pergi.

Venus sampai pada sebuah Mension besar, tampak megah walau menyeramkan. Ia masuk ke ruangan atau kamar Drake. Terlihat Drake sedang terlelap di atas ranjangnya.

"Kau sudah mengobatinya madam?"

"Sudah tuan Venus. Tuan Drake langsung tertidur setelah meminum obat," jawab madam.

Venus mengangguk sambil menatap Drake. "Pergilah, aku yang akan menjaganya."

"Baik tuan.."

Venus memilih duduk dipinggiran kasur. "Sampai kapan kau akan sakit, Drake?"

Venus mengedarkan pandangannya, sangat jarang ia bisa melihat-lihat kamar Drake yang sangat tertutup ini. Ia temukan satu bingkai dengan foto keluarga beranggota empat orang, tampa senyuman dan tanpa ekspresi.

Dibelakang foto itu tertulis, "hidup sebagaimana kau harus hidup, dan mati bagaikan sesuatu yang tidak dipedulikan," sangat ironis bukan.

Didekat kalimat itu terdapat simbol aneh yang tampak familier. Entah apa itu, tapi Venus menyimpannya dalam memori. Pria itu berkeliling lagi, hingga ia sampai pada lemari khusus berkas. Venus mengambil salah satu dan membacanya. Kemudian ia temukan sesuatu yang menarik, sampai seseorang mengejutkannya.

"Sedang apa kau, Venus?"

Venus berbalik, menatap senyum orang yang sedang menatapnya tajam. "Tidak ada tuan, hanya berkeliling," jawab Venus yang kemudian menaruh berkas tadi.

Tanpa curiga Drake berucap, "kembali lah, aku ingin sendiri." Venus pun berjalan keluar dengan tersenyum miring. Kini sempurna sudah apa yang selalu ia nantikan.

"Kau punya terlalu banyak musuh, Drake," batin Venus.

Langkah kakinya membawa berjalan ke satu tujuan, tempat paling dikenal seluruh dunia -death room. Terlihatlah di sana terdapat banyak jeruji besi yang setiap kamarnya telah terisi.

Venus membuka satu jeruji yang berisikan tiga orang yang sudah tergantung dan empat orang tengah terikat. Satu kursi dengan seorang gadis yang terikat, Venus mendekatinya. Ia berjongkok menyesuaikan pandangan gadis itu.

ANNA (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang