12 | After all is disclosed, it's a tough decision.

345 56 5
                                    

[ Chapter 12 : After all is disclosed, it's a tough decision. ]


"Lalu, di mana bukunya sekarang?"

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

"Lalu, di mana bukunya sekarang?"

"Masih ada padaku," jawabku pelan. "Di kamar."

Jake menghela nafas. Jari jemari pria itu memijat pelipisnya dengan gusar. Sementara itu, aku masih merasa syok. Kejadian beberapa menit lalu membuat tubuhku bergetar hebat. Bagaimana tidak, selepas pertanyaan yang keluar dari mulut pria itu, ia tiba-tiba melempar pedangnya dan tepat menghujam jantung polip bersayap hitam itu. Jake membunuhnya dan ia memintaku untuk menghancurkan tubuh polip itu selayaknya aku menghancurkan tubuh polip yang lain. Ini jelas tidak benar! Astaga, apa yang telah kami lakukan?

"Siapa yang tahu selain aku?" Pria itu bertanya lagi, masih dengan wajah serius setengah gusarnya. Aku tidak mengerti, tapi sepertinya ini adalah persoalan yang rumit.

"Luke."

"Bagaimana reaksinya?"

"Katanya buku itu berbahaya dan aku tidak boleh membacanya," ucapku. "Tapi terlambat, aku sudah membaca seluruh halaman buku itu."

"Dalam semalam? Dan sampai saat ini kau masih ingat semua mantra-mantra itu?"

Aku mengangguk. "Aneh, bukan? Seingatku aku ini bodoh dan mustahil aku bisa membaca apalagi sampai menghafal buku setebal itu hanya dalam waktu satu malam!" Aku terdiam untuk beberapa saat. Sejujurnya, menceritakan seluruh hal tak masuk akal ini pada Jake membuatku sedikit merasa lega. Awalnya ia terus mendesakku tanpa ampun dan aku bersikeras bertahan karena Luke bilang aku harus tetap diam. Namun rasanya aneh saat Jake bersikap biasa saja padahal ia tahu aku dan Luke telah menyembunyikan hal ini darinya. Ini jelas bukan perkara sepele dan reaksi Jake benar-benar diluar dugaan selain raut frustasinya. "Mungkin aku dirasuki?" gumamku pelan. Terdengar bodoh, tetapi di sini hal tidak masuk akal sekalipun akan mungkin terjadi. "Maksudku, oleh... aku yang ada di kepalaku. Astaga! Bagaimana aku menyebutnya?"

Jake menggeleng pelan. "Mereka seharusnya tidak berbahaya. Tapi masalahnya milikmu telah lama tertahan di dalam saat sihirmu disegel. Aku tidak yakin, tapi sepertinya pasti ada hasrat ingin balas dendam karena mereka juga punya emosi."

"Maksudmu... keberadaan sosok yang hanya bisa kudengar itu adalah hal yang normal? Bukan karena aku memiliki gangguang kejiawaan atau yang semacamnya?" Aku mencoba memperjelas ucapan Jake untuk ketenangan diriku sendiri. Setelah melihat anggukan kepala penuh percaya dirinya Jake, aku menghela nafas lega. "Syukurlah. Kupikir jiwaku benar-benar terguncang. Tapi Jake..." Aku mendesis pelan. "Sepertinya dia punya sifat yang buruk dan pengaruhnya begitu kuat."

"Kalau begitu kau harus menjadi lebih kuat dan jangan sampai dipengaruhi," ucap Jake. "Dan satu lagi..." Jake terlihat ragu, tetapi tetap melanjutkan ucapannya. "Soal ini, jangan beri tahu yang lain. Cukup aku dan Luke saja. Masalahnya akan semakin besar jika hal ini terdengar ke telinga Tetua Aaric ataupun ayahku."

HALLAWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu