10 | The Story.

298 66 8
                                    

[ Chapter 10 : The Story ]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[ Chapter 10 : The Story ]

Malam semakin larut dan aku belum juga menemukan kantuk di mataku. Perasaan gelisah bercampur cemas masih menguar, ditambah angin malam yang berhembus kuat bergesekan dengan kain tenda, menimbulkan bunyi yang menganggu. Aku semakin resah dan pada akhirnya hanya merebahkan diri tanpa ada niatan tertidur. Langit-langit tenda yang gelap menjadi satu-satunya tempat netraku menatap saat ini.

Seketika aku teringat Luke. Apa dia baik-baik saja diluar? Udara dingin masih terasa menusuk meskipun aku berada di dalam tenda, tentunya dilapisi oleh sehelai selimut yang cukup tebal. Aku bahkan tak sampai hati memikirkan bagaimana dinginnya udara di luar. Apalagi Luke sama sekali tidak memakai baju atasan. Jelas, angin yang berhembus pasti akan langsung menusuk kulitnya atau bahkan sampai menembus ke tulang.

Meski memiliki sayap, Luke tetap manusia biasa---tentu sihir sebagai pengecualian. Aku telah melakukan sebuah uji coba terhadap pria yang satu itu. Tubuhnya masih peka terhadap rasa sakit. Mungkin terdengar seperti hal yang konyol, tapi setelah makan malam tadi, aku mendaratkan sebuah cubitan ke lengan Luke dan jelas pria itu memekik keras karena kesakitan. Dari hal itu, satu hal yang bisa aku simpulkan, Luke juga pasti akan merasa kedinginan. Saat ini.

Aku membuka resleting tendaku dan menyembulkan kepala ke luar. Tidak ada tanda-tanda dari keberadaan Luke, terakhir kali kulihat dia masih duduk di depan api unggun. Telingaku berdenging saat kudapati hanya ada hening dan suara binatang malam yang saling bersahutan. Kalau boleh jujur, aku sedikit ketakutan. Api unggun telah sepenuhnya mati. Tidak ada lagi penerangan selain cahaya yang samar-samar kulihat dari tenda Jean. Hening, sepi, dan gelap, perpaduan yang sangat sempurna untuk membuatku mati kutu karena ketakutan. Tahu begini, aku tidur satu tenda saja dengan Jean.

Ketakutan yang terus bergemuruh membuatku tak ingin berlama-lama melihat keadaan luar. Angin malam yang berhembus membelai rambutku membuatku semakin tidak nyaman, ditambah aku merasa bahwa ada sesuatu yang tengah mengawasiku. Entahlah, mungkin itu hanya perasaanku karena terlalu merasa parno. Sedetik sebelum aku beranjak untuk menarik kepalaku ke dalam, aku melihat suatu kilatan hitam yang menatap padaku. Nyaris saja aku berteriak nyaring karena terkejut, tetapi setelah kuperhatikan lagi, rasa takutku berubah menjadi rasa kesal yang membuncah. Luke sialan! Harus ya tengah malam duduk di atas pohon seperti itu?

 Luke sialan! Harus ya tengah malam duduk di atas pohon seperti itu?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
HALLAWhere stories live. Discover now