"Siapa yang tadi itu?" Tanya Akeno dengan tatapan menyelidik.

(Name) hanya menggeleng. "Lupakan saja. Aniki cari toko yang lain saja."

"Tidak bisa, aku sudah punya incaran di toko itu. Tadi aku mau kamu memilihkannya, tapi kamu malah menyeretku pergi." Omel Akeno.

"Cari saja di toko lain." Ucap (Name) masih keras kepala.

"Tidak mau!"

Orang yang berlalu lalang melihat perdebatan kakak beradik itu dengan wajah heran.

(Name) mendengus dan melipat tangannya di depan dada. "Kalau begitu aku tidak akan mau menemani aniki."

"Aku akan memotong uang jajanmu." Balas Akeno.

"Tidak peduli!" Ucap (Name) dongkol. Ia berjalan sembari menghentakan kakinya kesal.

Sementara Akeno memperhatikan punggung (Name) yang semakin menjauh. Ia berharap (Name) bisa melupakan trauma masa lalunya. Namun sepertinya itu akan sulit.
..........

Sejak kemarin Wakasa tampak sedikit terlalu ceria membuat teman temannya kebingungan.

"Ada apa dengan dia?" Tanya Takeomi.

"Mungkin sudah sakit jiwa." Jawab Benkei.

"Tidak tidak. Kemarin aku melihat dia mengobrol dengan salah satu pengunjungku." Shin buka suara.

"Hei, bagaimana cara membuat sepasang kekasih putus?" Tanya Wakasa.

Takeomi mengernyit sembari menghembuskan asap rokoknya. "Kurasa Benkei benar. Dia sudah sakit jiwa."

"Kalau memang dia punya kekasih, mungkin kamu harus menyerah saja." Nasihat Shin.

"Tidak untuk yang ini." Wakasa menepuk bahu Shin. "Ini pertama kalinya aku melihat gadis yang dikepung dan digoda, namun bukannya menangis atau ketakutan, dia malah melawan balik sampai musuhnya ketakutan."

Wakasa menyeringai, "Yang seperti itu terlalu menarik untuk dilewatkan."

Shin hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Wakasa.

Tak lama pintu toko motor Shin terbuka. Wakasa terperangah saat ia melihat sosok Akeno yang berjalan memasuki toko, minus kehadiran (Name).

"Itu kekasihnya." Wakasa terperangah.

"Hei, jangan ganggu, dia pelanggan-"

Shin tidak bisa melanjutkan ucapannya karena Wakasa sudah terlanjur menghampiri Akeno yang tengah memperhatikan salah satu motor yang ia jual. Tak hanya itu, Benkei ikut menyusul Wakasa.

"Ya Tuhan." Gumam Shin sembari menghela nafas pasrah.

Akeno sendiri mengernyit saat dua orang pria menghampirinya. Terutama saat salah satu dari mereka punya tubuh yang luar biasa tinggi.

"Oh, aku ingat. Pria yang mengajak (Name) mengobrol kemarin." Ucap Akeno setelahnya.

"Itu benar." Jawab Wakasa.

"Jadi dia orangnya?" Benkei buka suara sembari mengamati Akeno.

Akeno memiliki surai hitam pendek dengan iris coklat terang. Hidungnya mancung, dan garis rahangnya jelas.

"Jadi ada apa?" Tanya Akeno sembari tersenyum ramah.

Wakasa sedikit terhenyak. Tidak menyangka bahwa pria super ramah semacam Akeno akan berpacaran dengan gadis ketus yang selalu memancarkan aura membunuh pada semua orang di dekatnya.

"Kamu kekasih gadis yang kemarin kan?" Tanya Wakasa. "Bagaimana kalau aku bilang aku tertarik dengan kekasihmu?" Tanya Wakasa dengan nada menantang.

Akeno tidak bisa lagi menahan tawanya untuk tidak meledak. Pria itu tertawa terbahak bahak membuat Wakasa mengernyit.

Akeno mengulurkan tangannya. "Kita belum berkenalan. Aku Akeno, kakak laki laki (Name). Adikku sengaja berkata bahwa aku kekasihnya karena ia benci di dekati pria manapun."

"Ini bukan pertama kalinya (Name) memakai cara seperti ini, tapi kamu orang pertama yang seberani ini." Akeno terkekeh pelan.

Wakasa dan Benkei sama sama memasang wajah bodoh.

"Jadi, siapa namamu?" Tanya Akeno.

"Imaushi Wakasa." Jawab Wakasa masih dengan tampang linglung.

"Begitu, Wakasa ya." Akeno tersenyum tipis. "Jadi kamu tertarik dengan adikku."

Shin buru buru menyusul, "Maafkan teman temanku!" Pria itu menunduk kecil.

Akeno menggeleng, "Tidak masalah. Kemarin aku menunjukkan foto dua motor yang aku suka, dan (Name) bilang yang ini lebih cocok. Aku beli yang ini." Ucap Akeno ramah.

Wakasa masih tidak percaya. Bagaimana dua bersaudara bisa punya sifat yang berbanding terbalik? Akeno sangat ramah dan hangat.

"Sebenarnya aku ingin bilang menyerah saja mengingat (Name) tidak akan menerima perasaanmu. Tapi kamu sedikit berbeda dari pria pria sebelumnya."

"Aku suka keberanianmu." Akeno meminjam pena pada Shin dan meminta sebuah kertas kecil.

Pria itu menyodorkan kertas itu pada Wakasa.

"Ini kontak adikku." Akeno mengerling jahil. "Aku menaruh harapan padamu, Wakasa-kun."

Wakasa terperangah. Jalannya dipermudah.

Akeno sendiri diam diam meringis, (Name) pasti akan membunuhnya. Namun ia ingin (Name) terlepas dari trauma masa lalunya.

Akeno ingin (Name) terlepas dari bayang bayang mimpi buruk itu.

Part 2 ><
Maaf kl misalnya ad yg rada ooc.

Wakasa's Mine (Wakasa x Reader)Место, где живут истории. Откройте их для себя