Second

13 2 0
                                    

"PANGERAN HARRY?!" teriak Jas. "Tidak mungkin dia seorang pangeran?" tanya ku. "Sebentar sepertinya aku pernah melihat model pakaian Pangeran itu.. Ah iya perlihatkan sapu tangan tadi" jawab Jas. Aku mengambil sapu tangan pemberian laki-laki tersebut yang diketahui ialah seorang pangeran?! "Ini, Jas" jawab ku. "Lihatlah, sama kan corak pakaiannya dan sapu tangan ini, terbukti sudah jika ia adalah seorang Pangeran, Harry namanya" jawab Jas.

Aku seketika masih kaget, bagaimana aku bisa tidak sadar jika itu Pangeran Harry, anak dari Raja Louis? Aku membeku.

"Hey, Eli? Aku rasa kamu harus membawa sapu tangannya dan mengembalikannya segera." jawab Jas. "Tapi bagaimana aku mengembalikannya, sementara ia adalah seorang Pangeran di negara ini?" jawab ku.

Aku dan Jas seketika bingung, apa yang harus kita lakukan? Sapu tangan milik Pangeran dari Inggris berada di tangan rakyat biasa. Aku tahu bisa saja pihak kerajaan membelikannya yang baru atau aku bisa menjual sapu tangan ini dengan harga yang mahal. Tapi aku berasa tidak bertanggung jawab.

"Oke, Jas. Aku akan mencoba." jawab ku. "Mencoba apa, El?" tanya Jas. "Mencoba masuk ke istana kerajaan." jawab ku. "Hei? Kamu bercanda kah, El? Itu perbuatan gila." balas Jas. "Aku bisa saja menjual sapu tangan ini dengan harga yang mahal, lalu aku bisa kaya raya, tapi itu sangat tidak bertanggung jawab, bukan? Hanya ada 1 cara, yaitu aku akan ke gerbang istana" jawab tegas aku. "Oke, itu terserah kamu, aku tidak ikutan oke." balas Jas.

Sekarang jam 1 siang, aku naik taksi untuk ke istana kerajaan. Aku tahu ini perbuatan yang tidak masuk akal, tapi aku ingin sekali mengembalikkan sapu tangan ini, dan mungkin aku ingin melihat laki-laki tersebut lagi? Maaf, seharusnya Pangeran Harry.

Sesampainya aku di depan gerbang istana kerajaan, beberapa polisi istana mendatangiku.
"Halo, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya salah satu polisi tersebut. "Hmm, tidak, saya Elizabeth Jane, ingin mengembalikkan sapu tangan ini, karena milik Pangeran Harry." jawab ku.

Polisi tersebut terlihat melihat sapu tangan yang aku berikan.

"Maaf, anda tidak bisa masuk ke dalam istana karena sapu tangan ini, karena bisa saja diluar sana banyak replika dari sapu tangan ini." kata polisi tersebut. "Tapi kemarin Pangeran Harry sendiri yang memberikannya kepada saya, Tuan." jawab ku, "Atau Tuan bisa membawa sapu tangan ini dan memberikannya kepada Pangeran Harry." lanjut ku.

"Baiklah, saya akan membawa dan memberikannya kepada Pangeran Harry." jawab polisi tersebut. "Baik, terima kasih, tuan." jawab ku

Terdengar suara mobil dari belakang ku, saat aku membalikkan badan, mobil sedan hitam khas kerajaan Inggris pun berhenti, seorang laki laki membukakan pintu mobil belakang. Ternyata didalamnya itu Pangeran Harry.

"Ada apa disini? Ah, kamu? Yang kemarin di taman bukan? Ada apa kamu kesini?" tanya Pangeran Harry.

"Tidak, pangeran. Saya kesini untuk mengembalikan sapu tangan yang Pangeran Harry beri kemarin kepada saya." jawab ku. "Haha, tidah usah repot, aku memberikannya kepada mu, bukan meminjamkannya." Pangeran Harry mengambil sapu tangan dari tangan Polisi, "Ini, terima lah" ucap Pangeran Harry. "Ah, tidak Pangeran, ini terlalu berlebihan, saya tidak pantas menerimanya." jawab ku. "Anggap saja itu hadiah spesial." jawab Pangeran Harry."

Gerbang istana terbuka, "Saya jadi tidak enak karena membiarkan tamu istana berdiam diri di depan gerbang, mari lah masuk, ada teh menunggu." ucap Pangeran Harry.

"Maksud pangeran, saya tamu nya?" ucap ku. "Jika bukan kamu, siapa lagi?" balas Pangeran Harry.

Lalu ada delman kerajaan mendekati, lalu mengantar aku dan Pangeran ke dalam istana, melewati taman Istana yang sangat luas, berbagai binatang peliharaan, mulai dari kucing, anjing, rusa, ada di dalam taman Istana. Berbagai pelayan sedang merapikan tanaman-tanaman di taman Istana, sangat indah.

Kemudian, supir delman memberhentikan kami di depan pintu Istana yang cukup besar. Lalu tidak lama, pintu tersebut terbuka oleh beberapa pelayan, rupanya pelayan tersebut yang membuka pintu, "Selamat datang, Pangeran Harry." ucap kompak pelayan-pelayan tersebut.

"Tolong siapkan ruangan dan teh, karena ada tamu Istana." ucap Pangeran Harry.
"Ah tidak usah repot-repot, Pangeran.." ucap ku.
"Tidak apa, oh iya aku belum tahu nama mu, siapa nama kamu?" tanya Pangeran Harry.
"Ah aku, Elizabeth Jane." jawab ku.
"Nama yang bagus, Nona Jane.", "Sepertinya teh nya sudah siap, ayok Nona Jane."

Aku, sangat canggung, duduk di kursi khas Istana Kerajaan Inggris, dan di sebrang ku ialah Pangeran Harry, dan kami sedang minum segelas teh hangat, sulit dipercaya ternyata rencana ku berjalan dengan sukses. Akhirnya aku bisa melihat Pangeran Harry untuk kedua kalinya. "Terima kasih, Pangeran Harry atas teh nya." ucap ku.

"Tidak perlu, bagaimana rasa tehnya? Apakah kamu suka?" tanya Pangeran Harry. "Iya, sangat enak, Pangeran Harry." jawab ku.

Pangeran Harry tersenyum.

Aku kaget melihat sosok laki-laki kemarin yang ternyata seorang Pangeran, mengajak ku meminum teh didalam ruangan Istana, dan tersenyum? Aku mimpi apa kemarin.

Aku balas senyuman.

Tik... tik... tik...

"Ah, hujan rupanya, aku sangat tidak sopan untuk menyuruh mu pulang saat ini, karena diluar sedang hujan deras. Bagaimana kamu menginap satu malam di Istana?" tanya Pangeran Harry."

"Tidak usah, Pangeran Harry, saya bisa berjalan kaki." jawab ku. "Jangan, nanti kamu bisa sakit, menginaplah, Nona Jane" jawab Pangeran Harry. "Nanti pihak kerajaan akan menelepon dan memberitahu keluarga mu, kalau anaknya sedang menginap di Istana akibat hujan deras. Saya tidak menerima penolakan." jawab Pangeran Harry.

Jujur, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan dan katakan, karena Pangeran Harry sudah berkata tidak menerima penolakan. Jika aku menolak, aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Pangeran Harry.

"Baik, Pangeran Harry, terima kasih atas kebaikannya, saya akan menginap di Istana untuk satu malam." jawab ku.

Prince of HersWhere stories live. Discover now