Bab 04

326 46 18
                                    

Pria itu melirik jam tangan yang bertengger indah di pergelangan tangannya. Kemudian menutup benda berbentuk persegi panjang itu yang sudah sedari tadi ia tatap. Meregangkan tubuhnya yang kaku karena ia terlalu lama tidak bergerak dari kursi empuknya. Setelah merasa sedikit nyaman, ia mengenakan jasnya yang tersampir di leher kursi, mengambil handphone yang juga ia terlantarkan dan berjalan menuju pintu keluar. Terlihat sang asisten masih berada di dalam ruangannya. Tampak mengerjakan pekerjaan yang belum usai.

Si pria melangkahkan kakinya menuju ruangan tersebut membuat orang di dalamnya sedikit terkejut. "Pekerjaan mu belum selesai?" tanya pria itu, Wonwoo.

"Sudah. Hanya saja jadwal mu sedikit berantakan. Ada beberapa perubahan. Kau sudah ingin pulang?"

"Hmm."

"Kau jadi pergi?"

"Ya. Kau tau bagaimana dia kalau sudah mengamuk. Aku tidak mau mengambil resiko. Lebih baik terlambat daripada tidak datang."

Perkataan Wonwoo tersebut lantas membuat Seokmin mengeluarkan tawanya. Ia tentu paham, karena ia yang selalu menjadi tumbal. Ia hanya berharap kalau Wonwoo tidak mencari masalah dan membiarkannya tidur tenang malam ini.

"Kalau begitu, selamat bersenang-senang!"

Wonwoo mendengus pelan mendengar kalimat yang dilontarkan. Itu tidak mungkin, yang ada ia pasti akan sakit kepala datang ke sana. Ia pun keluar dari ruangan tadi dan berjalan menuju lift yang ada di lantai itu. Sesampainya di basement ia langsung menuju maserati quattropetro miliknya yang bewarna nero riblle. Memasuki kendaraan itu dan menjalankannya keluar dari gedung perusahaan.

Tak lama Wonwoo pun tiba di hunian mewah miliknya itu.Wonwoo menetapi sebuah apartemen mewah di kawasan Hannam-dong, Seoul. Lingkungan yang sangat nyaman serta indah dan fasilitas yang ditawarkan juga cukup lengkap, yang membuat ia memutuskan untuk membelinya ketika ia keluar dari rumah orang tuanya. Fasilitas yang tersedia mencakup area fitness, golf, dan home theater. Unit apartemen Wonwoo memiliki ukuran yang cukup luas. Apartemen itu memiliki empat kamar tidur dan tiga kamar mandi. Rumah dengan desain modern dan dilengkapi dengan sistem keamanan nomor satu itu menghadap ke arah sungai Han. Rumah yang didominasi oleh warna cream dan coklat, tentunya dengan sentuhan warna hitam dan emas. Membuat hunian itu terlihat sangat mewah dan elegan.

Memasuki rumah, Wonwoo disambut oleh lukisan-lukisan mewah yang tergantung disisi kanan dan kiri dinding lorong menuju ruang tengah. Kemudian ia berjalan menuju kamarnya yang merupakan kamar paling luas di rumah itu. Diantara keempat kamar yang ada, satu ia jadikan sebagai kamar tidur utama, satu sebagai lemari, dan sisanya sebagai kamar tamu. Di dalam kamar Wonwoo segera bergegas untuk membersihkan diri dan pergi menemui sepupunya.

***

Lisa masih tetap setia meminum minumannya, bahkan ia sepertinya tidak ada rencana untuk berhenti. Membuat pria yang sedari tadi di sampingnya itu menatap iba padanya. Melihat Lisa yang kalap dengan minumannya, pria tersebut memutuskan berhenti dan menemani Lisa. Meskipun gadis itu tadi bilang tidak atas tawarannya tadi. Memperhatikan Lisa membuatnya berpikir seberat apa masalah yang sedang dihadapi gadis itu.

"Apakah kau masih sadar?" tanya pria itu pada Lisa.

"Tentu. Kau pikir aku akan mabuk dengan mudahnya?"

"Kau kuat minum?"

"Hushh.." jawaban Lisa tidak meyakinkan pria itu.

Tak lama kepala Lisa tertunduk di meja bar. Menelungkupkan kepalanya diantara dua tangannya, Lisa bergumam tidak jelas. Membuat sang pria bingung dengan apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia melirik ke sekitarnya mencari seseorang yang bisa ia mintai pertolongan. Ia tidak tau Lisa berteman dengan siapa saja di pesta ini. Hingga satu nama terlintas di kepalanya, membuat ia mendongakkan kepala mencari orang yang ia pikirkan.

Tied The KnotOn viuen les histories. Descobreix ara