6. Perihal Masa Lalu

95 15 4
                                    

Selamat siang/sore/malam/pagi, semoga yang sedang sakit segera dapat sembuhnya, yang sedang berjuang dapat yang diperjuangkan, yang sedang belajar semoga ilmunya masuk dan bermanfaat, yang sedang sedih semoga dikasih bahagia yang berlimpah.

***

Memilih kembali ke masa lalu atau fokus tetap jalan ke masa depan?

"Ver, jadi milik gue lagi ya?" kata Dikta lugas.

Yang telah berpisah kembali di pertemukan. Bukan karena kebetulan, tapi memang takdir yang sudah di tentukan.

Yang dipanggil menoleh, memperlihatkan tatapan bingungnya. Kembali?

"Kembali? Kita sudah selesai dan kata kembali seperti tidak mungkin." jawab perempuan itu--Vera.

"Tidak ada yang tidak mungkin selagi memang masih bisa,"

"Mustahil, kita memang sudah tidak bisa,"

"Jadi, gue ditolak dengan halus?"

"Bukan menolak, tapi memang jalan kita tidak sesuai dengan ending yang kita harapkan. Kita bukan lagi dua manusia yang ada di masa dulu, sekarang kita hanyalah dua manusia yang sama-sama beredar di jalannya masing-masing." ucap Vera.

Ada benar dalam ucapannya, bukan lagi orang yang ada di masa dulu yang masih selalu bersama dan bertukar cerita, bukan lagi dua orang yang sama-sama menyatakan cinta dengan ikhlas. Sekarang mereka hanya dua orang yang beredar pada jalan yang mereka tentukan, tanpa harus kembali mengingat kejadian, janji, dan kenangan yang telah mereka buat.

"Bahagia sama gue sekali lagi mau? Jadi Vera nya gue lagi, ya Ver?" sebucin itu memang Dikta terhadap Vera.

Kita tidak tahu seberapa dalam seseorang mencintai, seberapa luas cinta mereka, seberapa hebat cinta mereka. Sebagai manusia, kita pasti akan menyajikan cinta sebaik dan sederhana mungkin bagi mereka yang memang pantas untuk mendapatkan cinta itu.

Cinta memang buta, tapi cinta bisa menghidupkan raga yang telah lama mati rasa. Cinta datang dengan sendirinya, tidak tahu akan berlabuh dan berakhir di hati siapa. Tidak ada yang tahu, karena cinta bersifat tidak terlihat namun bisa merasakan kekuatan dahsyat nya.

Pengakuan lugas, tentu terkejut. Siapa yang ingin mengulang lagi hubungan yang telah lama disepakati dengan perpisahan? Kata orang mengulaang kembali hubungan seperti dulu, sama halnya dengan membaca buku, endingnya akan tetap sama.

"Ver, gue harap jawaban lo kali ini iya, karena gue tidak menerima jawaban tidak," Dikta berucap.

"Ta...."

"Iya Ver, jawab iya ya, jangan jawab tidak," laki-laki seperti tidak kehabisan akal untuk membujuk Vera perihal perasaannya.

"Boleh gue jawab tidak?"

"Nggak ada jawaban selain iya Ver, dan gue nggak menerima jawaban tidak."

Bimbang. Mengapa menjadi serumit ini? Padahal sudah sama-sama sepakat untuk berpisahnya, namun mengapa sekarang seperti ini?

"Ta, tolong jangan kayak gini, kita udah sepakat buat menyelesaikan hubungan, jangan gini Ta,"

"Lo yang mutusin sepihak Ver, bahkan gue nggak bilang buat selesai hubungan ini, lo yang mutusin dan tanpa persetujuan gue,"

"Lo tahu kalo gue dijodohin kan Ta? Itu alasan gue buat pergi dari lo,"

"Gue tahu. Bahkan gue tahu kalo yang akan dijodohin sama lo abang gue sendiri. Kalo boleh jujur, abang gue  juga nggak menerima perjodohan ini, dia juga masih terikat sama masa lalunya, dia minta gue buat ngomong sama lo agar mau tolak perjodohan konyol ini. Kalian sama-sama masih belum bisa move on dengan masa lalu, dan hubungan jika masih terikat dengan masa lalu tidak akan baik bagi yang menjalaninya, karena yang mereka ingat adalah masa lalunya bukan yang sedang ada di depan mata. Dari abang gue, dia harap lo nolak perjodohan ini dan biarin gue yang berjuang buat dapatin lo lagi."

Semua terkejut. Baru mengetahui fakta, bahwa yang akan di jodohkan dengan gadis itu ternyata abang dari Dikta sendiri. Bagaimana mungkin? Mengapa dunia sesempit ini?

Hawa yang menegangkan, Vera diam membatu tanpa ada suara yang keluar dari mulutnya, matanya terkunci dengan mata yang sedang menatapnya dalam dan penuh cinta. Sebuah cinta yang besar dan mengambarkan begitu banyak kesenangan di dalam mata itu.

Mata yang selalu menjadi candu bagi Vera ketika mereka masih bersama. Mata yang selalu menatapnya lembut dan dengan penuh kasih sayang. Mata berwarna coklat yang selalu mengatakan kepada dunia bahwa saya adalah miliknya. Mata yang selalu memandangnya tanpa ragu akan terus mencintai sampai habis masanya.

"Ver? Gue harap lo tolak perjodohan ini, abang gue nggak suka sama lo, dia sukanya sama Grey teman masa kecil lo. Gue harap lo ngerti dan bisa pikirin ini, jangan menghalangi jalan untuk abang gue dan diri lo sendiri untuk bahagia. Lo berhak menentukan pilihan lo."

Setelah mengucapkan kata-kata yang panjang, Dikta segera pergi dari kantin, untuk meredamkan pikirannya yang sedang berkecamuk. Tujuannya adalah taman, karena hanya di sana dirinya bisa mendapatkan ketenangan lewat angin yang sedang berhembusan dengan baiknya.

Vera tediam, matanya memandang orang itu. Dirinya tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Apakah dirinya harus membatalkan perjodohan ini? Sepertinya iya, mengingat juga dirinya yang masih terpikat dan bersatu dalam masa lalu.

Tidaklah baik membuat hubungan ketika kita sendiri saja masih terikat dengan masa lalu dan belum bisa pergi dari hubungan yang sudah lama kandasnya.

Bukan hanya satu dua orang saja, banyak orang yang masih terikat dengan masa lalunya. Entah dengan kenangannya, dengan suasananya, apa lagi dengan orang nya. Semua mempunyai cerita tersendiri bagi mereka yang menjalankannya.

Sebuah rasa selalu saja menghantui. Perihal perasaan selalu membuat bingung. Tentang hubungan dan tentang orang yang ada didalamnya. Mencintai sangat mudah, namun untuk melupakan kenangan dan memulai hubungan bukanlah perihal yang mudah untuk di lakukan, karena adanya tidak kecocokan dalam satu sama lain.

Mencintai sangat mudah, hanya mereka saja yang meribetkan dirinya sendiri dengan perasaan mereka. Entah perasaan itu tersampaikan langsung ke orangnya, atau hanya diri sendiri yang tahu mengenai perasaan hebat itu.

Semua orang juga mempunyai bahagia sendiri. Bahagia bukan hanya datang dari orang lain, bahagia juga bisa datang dari sendiri, yang intinya bahagia bisa dicari dan bahagia bisa datang kapan saja, tergantung bagaimana kita mensyukuri dan bersyukur atas hari ini, ataupun hari kemarin.

Tidak semua cinta bisa di miliki. Tidak semua perjodohan berjalan dengan mulus seperti yang sudah kita prediksi. Sama halnya dengan masa lalu, kita akan terus terhantui dengan masa lalu ketika kita memang tidak punya niatan untuk melupakan yang memang harusnya di lupakan.

Masa lalu, adalah masa yang sudah seharusnya di jadikan kenangan dan cerita yang abadi bagi yang melakukannya. Tapi, kebanyakan orang malah lebih memilih stay dengan masa lalu tanpa ada niatan untuk melupakan ataupun beranjak ke masa depan.

***

20.10 saat sang penulis baru saja terbangun dari tidurnya.

Jangan lupa follow IG aku @vnabr1997 kalo mau di follback dm aja.

NANDRAWhere stories live. Discover now