Perjalanan singkat yang tanpa di rencanakan terlebih dahulu. Berbeda dengan beberapa bulan lalu yang sempat di rencanakan melihat sunrise tapi berakhir gagal.

Kadang memang, sesuatu yang mendadak lebih mungkin terjadi daripada yang sudah direncanakan.

"Adrastea," ujar Rion memecahkan keheningan.

Hingga tanpa sengaja, netra hitam legam ayah dan anak itu bersitatap untuk beberapa saat, sampai kemudian terputus begitu saja, ketika Adrastea memilih untuk memalingkan wajah ke sembarang arah.

Kalau boleh jujur, Rion sedih dengan bagaimana anak gadisnya merespons ucapan nya. Tapi tetap saja, duda anak satu itu tidak bisa menyalahkan Adrastea sepenuhnya, sebab tidak akan ada asap kalau tidak ada api.

Sampai pada akhirnya dia mengesah, sebelum kemudian melanjutkan ucapan nya.

"Papi minta maaf karena belum bisa jadi Ayah yang baik buat kamu."

"Tapi ada satu hal yang perlu kamu tahu,"

"Kamu adalah alasan buat Papi bertahan sampai saat ini."

***

Pagi ini kembali hangat seperti pagi-pagi sebelumnya untuk keluarga Lakeswara. Mereka sedang menyantap sarapan bersama, sambil sedikit berbincang-bincang mengenai hal konyol yang telah terjadi.

"Ma, Papa udah cerita belum sih kejadian di lokasi syuting yang bikin gempar para staff dan crew?" Tanya Evan yang membuat kening Jeni mengernyit.

"Yang mana? Yang salah satu artinya kesurupan?" Tanya Jeni memastikan. Karena Evan pernah menceritakan hal itu.

Evan menggeleng seraya menaruh gelas kosong yang isinya sudah dia tenggak sampai tandas. "Bukan itu, ini kejadian lucu. Kayaknya belum ya?"

"Yang mana sih? Coba cerita deh." Ucapan Jeni langsung diangguki Gaby yang saat itu sedang mengunyah roti tawar nya.

"Jadi gini, kemaren kan Papa sama crew lagi fokus kerja kan,"

"Iya terus?"

"Terus tiba-tiba ada yang teriak kencengggg banget. Papa panik dong?"

"Ho'oh. Terus-terus?" Jeni semakin antusias mendengarnya, sampai-sampai roti yang ada di tangan nya langsung diletakkan di piring. Sementara Gaby, cewek itu masih sibuk mengunyah sambil menyimak, tanpa minat merespons nya sama sekali.

"Papa kira ada yang kesurupan lagi dong? Tapi ternyata---" Kalimat Evan menggantung diudara saat tawa renyah nya keluar.

"Ternyata?"

"Ternyata ada stuff yang di kejar bencong sampai lari ketakutan. Hahahahahha sumpah Ma, itu kacau lucu banget. Papa sampai sakit perut." Tawa Evan menular pada anak dan istrinya sampai ruang makan jadi bergema. Padahal hanya bertiga, tapi rasanya seperti ada banyak orang.

"Bakalan lebih lucu lagi kalau Papa yang di kejar tuh." Celetuk Gaby yang menyempurnakan tawa Jeni jadi renyah.

"Eh kamu nggak tahu aja, Gab. Dulu Papa kamu pernah tuh sok-sok an godain bencong di pinggir jalan sama Papi Rion. Terus giliran di samperin malah lari pontang-panting sampai sendal ketinggalan."

"Beneran Ma? Ya ampun Papaaaa. Gaya banget hahahahahaha."

"Iya, mana posisinya waktu itu lagi double date. Mama sama Papa, Papi Rion sama mendiang Mami Lala."

"Oh iya? Terus Mama sama Mami Lala gimana tuh?"

"Ya ditinggalin lah."

"Astaga Papaaaa. Tega banget, loh. Lagian ngada-ngada aja deh pake segala godain bencong. Ide siapa sih?"

Me vs PapiWhere stories live. Discover now