"Thank you too, Taeyongie!"

***

Acara terus berlanjut, Taeyong sudah mengganti pakaiannya dengan yang lebih santai, ia berjalan keluar dari aula seraya menggendong tas hitam miliknya. Pengumuman untuk pemenang lomba menari akan di adakan dua hari lagi, jadi Taeyong bisa segera pulang sekarang. Kaki Taeyong berhenti bergerak saat ada tangan yang menahan bahunya, ia menoleh, menemukan Jaehyun yang tersenyum lebar; menampilkan kedua titik cacat di pipi.

"Itu pertunjukan yang luar biasa! Aku bangga padamu Taeyong, bukankah kita perlu merayakan-"

"Ahjushi," potong Taeyong cepat, wajahnya tidak terlihat senang, ia menatap Jaehyun dengan datar. "Kau terlambat, bukankah Ahjushi hanya menyaksikan penampilanku di akhir?"

Senyum Jaehyun luntur perlahan, penyesalan tersirat jelas di raut wajah, ia mengangguk pelan. "Maaf aku tidak bisa datang tepat waktu, ada beberapa hal yang perlu di bicarakan oleh Dokter yang melakukan USG pada Rose."

Taeyong menghela napas gusar, ia menepis tangan Jaehyun yang bertengger di bahu. "Kehadiranmu sangat penting untukku Ahjushi, aku berusaha dan berlatih dengan giat agar Ahjushi bisa melihat penampilanku."

"Taeyong," Jaehyun menatap lurus pada bola mata si lelaki cantik. "Maaf.."

"Ya, tentu," Taeyong mendengus, ia tertawa kecil. "Rose Noona tentunya jauh lebih penting, aku bukan siapa-siapa."

"Kenapa kau berbicara seperti itu?"

"Karena memang itu kenyataan nya." balas Taeyong dengan mata yang sudah memerah; menahan tangis, ia tidak melihat Rose di manapun, bersyukur bila memang wanita itu sudah pergi, "sekali, aku memakluminya. Dua kali, aku berusaha keras untuk mengalah. Tapi jika ada yang ketiga dan seterusnya, apa aku harus selalu mengalah? Aku juga membutuhkanmu, bukan hanya Noona, tapi masih ada aku."

Jaehyun terdiam, ia tidak tahu harus mengatakan apa karena Taeyong terlihat begitu emosional saat ini, Jaehyun tidak mau memperkeruh suasana. Ia menggenggam erat kedua tangan Taeyong, menyesal karena sudah menganggap bahwa kekasihnya; Lee Taeyong akan baik-baik saja dengan kehadirannya Rose di antara mereka.

Air mata Taeyong menetes di pipi, ia mengigit bibir bawah. "Kenapa Ahjushi tidak menikah saja dengan Noona? Bukankah itu lebih baik agar kalian bisa mengurus janin yang ada di perut Noona bersama-sama, jangan pedulikan aku-"

"Hei." Jaehyun menyela, ia menarik tubuh Taeyong ke dalam dekapan, mengusap punggung si lelaki cantik untuk memberi ketenangan, Jaehyun menempelkan pipi di kepala Taeyong. "Tolong jangan membicarakan omong kosong seperti itu, aku mencintaimu sayang, kau tahu itu. Maaf karena selama ini aku berpikir bahwa kau mungkin bisa memaklumi semua yang terjadi. Maaf, maafkan aku."

Pada akhirnya Taeyong tidak bisa berbuat apapun, ia menangis di dekapan Jaehyun, tangannya meremat kemeja yang di kenakan oleh si lelaki bermarga Jung. Taeyong hanya membutuhkan Jaehyun, ia tidak memiliki siapapun di sini selain kekasihnya itu.

Ya, Taeyong melepas topeng yang selama ini ia pakai, ia tidak bisa terus berpura-pura dengan perasaan cemburu yang setiap hari menganggu. Setidaknya Taeyong perlu mengatakan yang sebenarnya, bahwa ia tidak rela jika perhatian Jaehyun terbagi, bahwa seharusnya ia adalah prioritas Jaehyun.

"Aku ingin menjadi yang selalu di utamakan," gumam Taeyong pelan, ia menempelkan pipinya di dada Jaehyun. "Aku ingin menjadi prioritas, bukankah Ahjushi adalah kekasihku?"

Jaehyun mengecup lembut kepala Taeyong. "Kau adalah prioritasku, sayang. Maafkan aku." ia sudah tidak peduli dengan orang yang berlalu lalang, memerhatikan mereka, Jaehyun hanya ingin membuat Taeyong tenang dan tahu bahwa ia selalu menjadikan lelaki cantik itu sebagai yang utama.

"Jaehyun?"

Taeyong merenggangkan pelukan, melihat Rose yang berdiri tidak jauh dari mereka, ia mendengus, kenapa wanita itu belum pulang?

Jaehyun membalikkan tubuh dan merangkul bahu Taeyong. "Oh kau kembali," ia tersenyum kecil, tadi Rose sempat pergi ke kamar mandi. "Rose aku ingin mengatakan sesuatu."

Sebelah alis Rose terangkat, sebenarnya ia sedikit bingung melihat wajah Taeyong yang memerah dengan jejak air mata. Apa yang terjadi hingga lelaki manis itu menangis? Rose berjalan mendekati Jaehyun dan Taeyong, ia bisa melihat bila Lee Taeyong sedang melemparkan tatapan tidak bersahabat ke arahnya.

"Rose, Taeyong adalah kekasihku yang selalu aku ceritakan padamu." akhirnya kalimat itu keluar dari bibir Jaehyun setelah sekian lama ia tahan, Jaehyun tahu bila Taeyong terkejut dengan pengakuannya ini.

Rose mengerjapkan mata beberapa kali lalu tertawa geli. "Aku tahu," ia menggeleng geli. "Interaksi kalian terlalu intense, aku sudah menduga sejak awal dan sama sekali tidak terkejut. Aku berpikir, kau menyimpan rahasia ini mungkin karena tidak nyaman tentang perbedaan usia, tapi percayalah, love is love."

Jaehyun menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Kau sudah menduga ternyata, itu bagus."

"Ya, tentu. Kalian tidak perlu bersembunyi lagi, aku mendukung penuh hubunganmu yang satu ini Jung Jaehyun, karena aku tahu jika Taeyong bisa merubah sifat monoton-mu itu."

Taeyong merenggut, ia menggenggam erat kemeja milik Jaehyun hingga kusut. "Aku ingin pulang." meskipun Rose terlihat baik-baik saja dengan hubungannya bersama Jaehyun, namun Taeyong masih sangat kesal.

Jaehyun mengangguk. "Tentu, kita akan pulang."

Rose tersenyum kecil, ia menepuk pelan bahu Taeyong. "You did a great job today!"

"Terima kasih." hanya itu yang bisa Taeyong katakan, ia mengalihkan pandangan ke arah lain.

Entahlah, perasaan Taeyong masih tidak nyaman.

Tbc

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Certain Things《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang