Bab 3 - Tesseract

20 10 0
                                    


Rasa sakit yang diakibatkan oleh Dewi Narrum cukup membuat Anastasia sangat kesakitan hingga dia pingsan. Saat dia sadar dan bangun dari pingsannya, dia mendapati dirinya sekarang duduk di sebuah ruangan yang aneh.

Ruangan itu juga terasa gelap dengan cahaya remang-remang yang ditimbulkan oleh celah - celah banyaknya ruangan yang berjejer dari segala arah. Ruangan-ruangan itu ada yang berulang serta saling bertumpuk satu sama lain. Tidak hanya itu juga, ruangan-ruangan itu berputar dari tempat yang sama dan tempat yang lain sehingga seakan-akan bisa melihat seluruh sudut-sudut yang terasa tidak seperti sudut-sudut. Gerakan-gerakan ruangan tersebut terus bergerak tanpa henti dengan pola yang tidak jelas.

Anastasia yang berada di sana mulai menjadi pusing dengan apa yang dia lihat. Tidak hanya itu juga, pemandangan ruangan itu juga pernah dia lihat sebelumnya saat Dewi Narrum melemparnya. Hanya berbeda karena dia sekarang bisa melihat ruangan tersebut tanpa membuat dirinya terlempar seperti dulu.

Anastasia mencoba melihat di sekitarnya sambil melihat-lihat ruangan-ruangan yang bergerak tidak jelas tersebut. Dia juga bisa melihat ada manusia dan makhluk-makhluk lainnya saling berjalan dan hidup di salah satu ruangan—tidak, banyak ruangan dengan manusia dan makhluk yang sama. Hanya saja saat mereka bergerak, gerakan mereka tidak sama dan semuanya berbeda.

"Siapa nama ayah kamu!"

Anastasia yang terlena dengan pemandangan aneh tersebut langsung kaget ketika dia tiba-tiba diteriaki oleh seseorang yang tiba-tiba memegang kerah bajunya.

Anastasia mencoba mengedipkan matanya agar dia bisa melihat dengan jelas siapa yang berteriak kepadanya. Berhubung tempat tersebut agak remang-remang. Apalagi cahaya yang bisa dia dapatkan hanya bisa berasal dari cahaya kecil yang keluar dari ruangan-ruangan tersebut.

Seseorang yang memegang kerahnya rupanya seorang perempuan muda, rambutnya hitam pendek dengan kacamata bulat tanpa gagang yang menempel di hidungnya. Selain itu dia juga punya telinga yang aneh, telinga yang sama seperti ib—tunggu? Entah kenapa Anastasia merasa dia pernah melihatnya. Dia mirip sesuatu. Telinga panjang dengan gigi taring bawah yang keluar dari mulutnya. Dia seperti pernah melihatnya, tapi siapa—

"Hei! Jawab aku, Kak Elva! Siapa nama ayahmu!" teriaknya lagi sambil menggoyangkan tubuh Anastasia.

"Hei, hei, sabar Sofia. Sabar!" ucap seorang pria yang ada di sebelahnya sambil membawa perempuan muda bernama Sofia menjauh dari Anastasia.

"Kita harus tahu siapa yang dibunuh oleh Dewi bangsat itu, Kak Jue! Dia pasti sudah membunuh seseorang dari kita." balas Sofia kepada pria tersebut yang rupanya bernama Jue.

Perawakan Jue juga hampir mirip seperti Sofia. Bedanya dia adalah seorang pria dengan tubuh yang lumayan tinggi.

"Sabar. Dewi Narrum—"

"Jangan menyebut nama bangsatnya itu, Kak Jue!" potong Sofia.

"Baiklah. Bagaimana kalau Dewi Aneh?"

"Itu lebih baik."

"Baiklah. Sekarang kau harus sabar dan kita harus tahu informasi yang lebih jelas. Apalagi kau tiba-tiba langsung bertanya kepada Elva. Memangnya Elva tahu apa?"

Anastasia mencoba melihat kedua orang itu dengan seksama. Tiba-tiba sama seperti saat dia bertemu dengan ib—Tunggu? Terjadi lagi. Dia bahkan tidak mengingat siapa wanita yang tadi dia temui sebelumnya saat dia pertama kali bangun. Tapi setidaknya, efek yang sama terjadi ketika dia melihat dua orang tersebut. Kenangan yang dimiliki oleh tubuh yang dia tempati, Elva Merlinstone langsung muncul semua di matanya.

Mereka berdua adalah Sofia Merlinstone dan Jue Merlinstone. Jue adalah kakak laki-laki ke tujuh yang berada di atasnya dan Sofia adalah adik perempuan kecilnya. Dia sendiri juga mengetahui kalau dirinya adalah anak kedelapan dari 15 bersaudara. Nama ayahnya adalah Adripil Merlinstone dan nama ibunya adalah.........

Raise - TsarinaWhere stories live. Discover now