Bab 2 - Eksistensi

24 9 0
                                    


Setelah Dewi Narrum melambaikan tangannya ke depan. Anastasia merasakan dirinya seperti terlempar. Dia terus terlempar jauh sambil melayang-melayang di sebuah ruang yang aneh. Ruang itu memiliki pemandangannya terasa aneh, seperti bola-bola yang berputar dengan membentuk sebuah galaksi; bintang-bintang bercahaya dan saling meredup; serta ada yang seperti daun dan ulat yang terlihat menjijikkan. Semua pemandangan itu terus berputar-putar selama Anastasia melayang di dalamnya

Pemandangan itu cukup membuat Anastasia pusing sehingga dia mencoba menutup matanya. Tapi ternyata, matanya tidak bisa dia tutup—atau mungkin lebih terasa dia sudah menutupnya tapi dia tetap bisa melihat dibalik kelopak matanya.

Tidak ada yang bisa Anastasia lakukan. Jadinya dia harus menahan dirinya melihat pemandangan yang sama terus-terusan. Untungnya dia tidak bisa muntah, tapi tetap saja terasa pusing sekali. Pemandangan itu terus mengitarinya sampai semuanya langsung jadi gelap gulita.

Anastasia lalu merasakan sesuatu. Dia merasa seperti sedang berbaring. Berbaring di..... Kasur? Anastasia bisa merasakan kulitnya dan bisa menggerakkan jarinya. Dia lalu membuka matanya perlahan.

Saat Anastasia membuka matanya, dia melihat langit - langit. Langit - langit yang tidak dia kenal. Dia lalu menoleh ke kanan dan ke kiri, terlihat ada beberapa pelayan yang berdiri di samping kanan dan kirinya.

Anastasia tidak mengerti dia ada dimana karena pelayan-pelayan yang berdiri di sana terlihat seperti manusia tapi bertelinga hewan. Ada yang bertelinga kucing, anjing, dan ada yang seperti bertanduk seperti..... Rusa? Dan ada yang telinganya memanjang juga seperti elf. Siapa mereka? Pelayan-pelayan neraka yang berbentuk manusia hewan?

"Dimana aku?" tanya Anastasia.

"Oh astaga. Astaga! Elva anakku sayang." ucap seorang wanita yang mulai memeluk anaknya yang sudah membuka matanya.

Anastasia sedikit kaget ketika ada yang tiba-tiba memeluk dirinya. Dia tidak tahu siapa itu, hanya saja ketika wanita itu memeluknya, kepalanya mulai pusing dan telinganya berdengung. Sesaat seluruh ingatan yang tidak jelas darimana muncul di penglihatannya. Mulai dari sejak kecil sampai sekarang. Dia tidak tahu ingatan siapa yang mulai mencerca otaknya.

Efek itu terjadi hanya sebentar dan ketika penglihatan Anastasia kembali normal, dia mulai mengenal siapa yang memeluknya. Dia adalah ibunya—atau lebih tepatnya adalah ibu dari pemilik asli tubuh anak yang sekarang dia tempati, Zheng Merlinstone.

"Kamu tidak apa-apa? Apakah kamu tidak apa-apa?" tanya Zheng sambil menggoyangkan kepala anaknya.

"Iya, iya, aku tidak apa-apa." jawab Anastasia.

"Benarkah? Benarkah? Kamu tidak apa-apa anakku?"

Untuk beberapa saat, Anastasia merasakan kehangatan dan kerinduan yang diberikan olehnya. Yang dimana terasa mirip dengan ibunya dulu. Sesaat dia rindu dengan ibunya yang ada di dunianya yang lama. Meskipun dia membencinya, tapi dia menyayanginya. Meskipun ibu barunya yang sekarang terlihat aneh perawakannya.

Kesan Zheng Merlinstone terlihat seperti manusia biasa, tapi kulitnya berwarna hijau dan telinganya juga panjang. Ada 2 taring yang juga mencungul dari mulutnya. Meskipun terlihat aneh, tapi dia cantik sekali.

Anastasia lalu mulai memeluk ibunya agar ibunya berhenti menggoyang-goyangkan kepalanya, "Tidak apa-apa, ibu. Aku tidak apa-apa, kamu jangan khawatir."

"Syukurlah. Aku sempat khawatir kamu tidak bisa kembali. Aku berjanji akan merawatmu lebih—"

"Zheng! Urusanku belum selesai denganmu." ucap seorang wanita yang berada tidak jauh dari tempat tidurnya.

Anastasia mengenal suara itu. Suara itu pasti Dewi Narrum. Dia lalu mencoba bangun sebentar hanya untuk ingin mengumpatnya. Tapi saat dia bangun dan melihat Dewi Narrum, Anastasia tiba-tiba mulai ketakutan.

Entah kenapa Dewi Narrum yang dia lihat sekarang terlihat berbeda. Perawakannya sebenarnya masih sama, tapi dia sekarang memakai mahkota dengan tiga simbol yang aneh: Pertama ada simbol seperti bulan dengan mistar, lalu roda bergigi dan terakhir simbol yang paling dia benci Anastasia benci, palu arit; dan terakhir sebuah selendang yang memiliki tiga simbol yang sama.

Anastasia tidak paham. Kenapa dia hidup kembali harus bertemu dengan simbol yang sama yang pernah membunuh keluarganya. Apa ini hanya tipuan? Atau ini hanyalah sebuah sandiwara? Anastasia tidak mengerti sama sekali. Hanya saja pertanyaannya teralihkan, ketika dia melihat wajah Dewi Narrum kembali yang ternyata terasa sangat menakutkan, cantik tapi mengerikan!

Anastasia sampai sedikit merinding dan menelan ludahnya sendiri. Apa dia benar-benar Dewi Narrum yang sama?

"Zheng!" teriak Dewi Narrum lagi.

Zheng lalu menoleh kepada Dewi Narrum, "Baik Dewi Narrum. Tunggu sebentar." Dia lalu kembali menoleh kepada anaknya, "—Aku akan kembali lagi kepadamu. Aku berjanji."

"Baiklah." balas Anastasia.

Zheng lalu menghampiri Dewi Narrum dan berdiri di depannya.

"Zheng. Kau sudah menggunakan permintaan Tiga Bulan. Kau harus membayar apa yang kau minta." ucap Dewi Narrum.

"Baik Dewi Narrum. Aku akan membayarnya. Katakanlah kepadaku."

Dewi Narrum lalu menepuk kepala Zheng dan memegangnya, "Kalau begitu aku akan menghapus eksistensimu."

Zheng langsung terkejut mendengarnya, "Tunggu, bukannya kau hanya mengambil jiwaku—"

"Untuk apa aku melakukan itu? Jiwamu tidak berharga untukku."

"Tunggu, bisakah aku pamit kepada anakku sebentar—"

"Nggak! Untuk apa kau pamit jika keberadaanmu saja sudah menghilang. Dan seharusnya, kau harus paham konsekuensinya."

"Tunggu, kumohon Dewi Narrum—"

Kalimat Zheng terhenti ketika tangan Dewi Narrum mulai bercahaya dan mulai melenyapkan Zheng dari pandangan Dewi Narrum.

Sesaat Anastasia dan beberapa pelayan yang ada di dalam kamar terhening sesaat melihat apa yang sudah dilakukan Dewi Narrum. Tapi setelah itu, sesuatu yang aneh terjadi.

Tiba-tiba salah satu pelayan yang berada di dekat pintu terjatuh. Dia memegang kepalanya sambil berteriak dengan keras.

"Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa."

Pelayan - pelayan yang lainnya mulai menghampirinya untuk menolong dia, tapi ternyata mereka juga mengalami hal yang sama. Mereka terjatuh satu per satu sambil berteriak dan memegang kepala mereka.

"Suara ini benar-benar tidak membuatku bosan." ucap Dewi Narrum.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Anastasia.

"Oh sebentar. Kau belum mengalaminya. Itu aneh. Mungkin agak terlambat."

"Apa yang kau—Arrrghhhh!"

Kalimat Anastasia terpotong ketika kepalanya tiba-tiba berdengung. Rasanya juga begitu sakit seperti sedang ditusuk-tusuk, dan pandangan matanya mulai berkunang-kunang. Anastasia juga ikut menjerit sama seperti pelayan-pelayan lainnya.

"Hmmm, mungkin ingatan dia masih belum tersinkronisasi penuh kepadamu," ucap Dewi Narrum sambil duduk di kasur Anastasia, "Jangan khawatir, rasa sakitnya cuman sebentar kok. Atau lama mungkin? Entahlah. Tergantung apakah Zheng senang berkelana atau tidak."

Anastasia tidak tahu apa yang dikatakan Dewi Narrum. Dia bahkan tidak bisa mendengar apa yang Dewi aneh itu katakan. Soalnya kepalanya berdengung dengan keras sekali sampai-sampai terasa mau pecah.

"Kalau begitu sampai jumpa lagi, Anastasia—eh, Elva."

Dewi Narrum lalu berdiri dari kasur dan menghilang. Meninggalkan semua orang yang ada di sana tetap berteriak sambil memegang kepalanya.

Raise - TsarinaWhere stories live. Discover now