P R O L O G

4.8K 907 172
                                    

B a c a pelan-pelan saja ...
.
.
.

Di bawah benderang lampu ruangan. Dia duduk menyandar pada punggung sofabed yang menghadap ke arah jendela. Semilir angin otomatis meliukkan juntaian hijab panjang yang melilit atas kepalanya. Gerah dan penat membebat tubuh jadi satu.

Duduk-setengah berbaring dengan kedua kaki diangkat ke atas sofa--selonjoran, bibir tipis merahnya yang masih penuh dengan polesan lipstik mendesis pelan. Kedua tangan diangkat tinggi-tinggi ke udara--gerakan menggeliat mengurai rasa lelah yang berlebih. Bayangkan, tiga jam dipajang di atas altar pelaminan, berdiri mengenakan heels setinggi tujuh senti, belum lagi rahangnya yang terasa ngilu--akibat terlalu sering terbuka lebar guna menebar senyum, pada setiap tamu yang memberi ucapan selamat. Belum termasuk sesi foto dengan ratusan kali jepretan kamera karena para tamu dan kerabat tak mau ketinggalan momen yang diabadikan lewat bidikan kamera. Akibatnya sekarang seluruh persendian Aisyah terasa remuk-redam.

Diajeng Aisyah Puspa Kirani, masih sangat asing dengan ruangan tempatnya meringkuk kini. Kamar ini berukuran super besar jika dibanding dengan ruang pribadinya yang ada di rumah Surabaya. Matanya bergulir, memindai segala sisi ruangan ini. Ranjang king size yang berada di seberang sofa seolah melambai--memanggilnya untuk rebahan di atas sana, tapi kaki Aisyah terasa ngilu, malas melangkah menuruni lantai.

Di luar hiruk-pikuk suara kumparan manusia masih menyambangi rungunya lewat jendela kamar yang setengah terbuka. Samar-samar terdengar obrolan antar-kerabat dua keluarga besar yang tengah menikmati ngobrol santai sembari minum teh usai pesta resepsi pernikahan.

Jika kebanyakan gadis jaman now minta dikirimi jodoh super-kilat, tapi justru Aisyah merasa ketiban sial karena harus melepas titel lajang tanpa banyak persiapan.

Iya, gimana ya, Diajeng Aisyah masih punya banyak mimpi yang dirakit dalam angan. Masih ingin berkarier---mengembangkan bisnis Florist and Nursery rintisannya bersama Pratiwi--sang sahabat.
Masih punya wacana mau ikut pemilihan putri muslimah. Masih mau nabung yang banyak buat keliling Indonesia dan umroh bersama ibu-ayah, dan masih banyak lagi keinginan-keinginan yang belum mencapai goal-nya. Iya sih, namanya juga hidup. Manusia boleh membangun rencana sesuka hati. Namun, tetap, Tuhan sebagai penentu utamanya.

Padahal kedatangan Aisyah ke Jakarta tak lain untuk menghadiri pernikahan kakak kembarnya-- Diandra Flora Kirana. Namun berakhir dengan ending tak terduga. Dia---Aisyah yang harus disebut dalam ijab qobul oleh laki-laki yang harusnya menjadi kakak ipar.

Ah! Dengkusan panjang menguar. Batok kepalanya banyak melepas kata 'andai'. Andai saja tidak menuruti titah Diandra, pasti sekarang Aisyah tidak akan dipeluk gamang. Kejadian paling konyol dalam kurun waktu 24 tahun hidup Aisyah adalah saat ; Dipaksa Diandra mencoba baju pengantin kembarannya itu, lalu dengan santainya Diandra bilang tidak mau menikah karena tidak mencintai calon suaminya. Dihadang rasa malu dan reputasi yang dipertaruhkan jika pernikahan gagal terlaksana, akhirnya Aisyah yang harus maju menggantikan Diandra sebagai calon mempelai perempuan.

Dalam sekejap status Aisyah berubah. Dari nona jadi nyonya. Dari bebas, menjadi terikat seumur hidup.
Kalau ada sajak yang pas untuknya saat ini pasti bunyinya ; satu titik, dua koma, Aisyah cantik, sudah ada yang punya. Halah!

Laki-laki itu---Abyasa Rahagi Prasetya.
Aisyah belum terlalu mengenal. Interaksi yang terjadi baru sebatas salim tangan usai akad nikah. Belum ada barter obrolan atau saling sapa--kenalan secara formal.

Kelopak mata Aisyah terpejam, tapi dalam angannya mengapung banyak terkaan. Kira-kira akan bagaimana nanti bersikap di depan Abyasa.

Hai ...

Hallo ... Suami

Selamat sore Husband

Assalamualaikum Imam ...

Oh, Allah. Aisyah dibuat pusing mendadak oleh banyak rentetan kalimat yang terangkai guna membuka preambule di depan Abyasa.

Suara derit pintu memaksa balik kesadaran Aisyah. Dia sontak menegakkan tubuh saat sosok pria berbadan tegap menghela langkah memasuki kamar. Semua kata yang terangkai dalam otaknya langsung buyar kala Abyasa berdiri tak jauh dari tempatnya duduk dengan mata setengah menyipit- memindai lekat ke arahnya.

______


Gimana prolognya?
Penasaran, enggak, penasaran dong? #maksa Ahahaaa

Jangan lupa disave ke library, ya.
Insya Allah mulai aktif update per-01 Januari 2022.

Jangan lupa juga mampir ke cerita penulis keren yang lainnya. Insya Allah banyak cerita bagus dan super keren yang bakal menemani di awal tahun nanti.

Yuk, kenalan dulu sama dua tokoh utama di sini. 👇

Mari berkenalan dengan male and female lead dalam kisah My Sweetest Aisyah.

Meet Aisyah dan Abyasa

Moodboard, Diajeng Aisyah Puspa Kirani

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Moodboard, Diajeng Aisyah Puspa Kirani

Moodboard, Diajeng Aisyah Puspa Kirani

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Moodboard, Abyasa Rahagi Prasetya

Cast di atas cuma ekspetasinya Kachan

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.


Cast di atas cuma ekspetasinya Kachan. Kalau pembaca bebas ber-ekspektasi tentang visual cast masing-masing, ya.
Dan, kebetulan Kachan udah dapat izin langsung dari castnya Pak Abyasa, buat dipakai sebagai visual di cerita ini. Kan, jadi makin semangat ngetiknya. 🤩

Yawes, sekian cuap-cuapnya.
Jangan lupa dukungannya, vote and komen.

Terima kasih ❤️

Tabik
Chan ( ˘ ³˘)♥



My Sweetest Aisyah (Published by Karos-Publisher)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt