BAB 6 - Poor Tiara

Start from the beginning
                                    

"Oke kalau begitu. Ini billnya. Silahkan dibayar di kasir." Waiters itu menunjukkan kasir pada Tiara.

"Be-bentar, ya, Mbak. Tunggu teman saya dulu."

Waiters itu mengangguk. "Baik. Permisi," ujarnya. Kemudian kembali ke tempatnya. Sementara Tiara masih menunggu Lopi dan yang lainnya kembali.

***

Tiara menghela napasnya dengan sedih. Sepertinya memang benar Lopi meninggalkannya. Tapi kenapa?

Tiara beranjak dari duduknya sambil menyandang tasnya. Membawa bill yang tadi diberi oleh waiters. Tiara terkejut ketika melihat total harganya. Hampir mencapai satu juta.

Tiara berjalan lesu ke arah kasir. Untung saja ia masih mempunyai uang tabungan yang kebetulan saat ini dia bawa. Padahal rencananya uang tabungan itu untuk dibelikan kado untuk sahabatnya ulang tahun nanti.

Tapi, terpaksa uangnya harus ia pakai sekarang. Tiara tidak bisa membayangkan jika dia tidak membawa uang sebanyak itu. Pasti sekarang dia sudah berada di dapur untuk melunasi semua bayarannya.

"Mbak, makanan di sebelah sana boleh tolong dibungkusin? Sayang soalnya belum dimakan sama sekali," ujar Tiara sambil menunjuk mejanya. Lalu meringis malu di akhir kalimatnya.

"Ohh boleh. Tunggu sebentar, ya."

Tiara mengangguk. "Iyaa."

Selesai melakukan pembayaran dan Tiara tinggal menunggu makanannya selesai dibungkus. Selang beberapa menit, si waiters datang dengan plastik putih di tangannya.

"Ini, Mbak makanannya."

Tiara tersenyum. "Oh iya. Terima kasih, ya."

"Iyaa sama-sama."

***

Tiara tidak tau ingin ia apakan sisa makanan itu. Tadinya dia berniat untuk memberikannya pada anak kecil yang ada di jalanan yang setiap hari ia lihat. Tapi saat sampai di tempat, Tiara tidak melihat satu anak pun.

Tiara berjalan di pinggir jalan dengan tak bersemangat. Menundukkan kepalanya dalam-dalam. Tiba-tiba saja sebulir air jatuh dari matanya. Tiara menangis. Seketika gadis itu teringat dengan sahabatnya.

Tiara masih ingat saat dia menangis, selalu ada Resta yang akan memeluknya.

"Res, kangen ...," rengek Tiara sambil tersenyum miris.

"Ti!"

Tiara langsung celingak-celinguk mencari suara seseorang yang baru saja memanggil namanya. Tepat saat menoleh ke sebelah kiri, Tiara melihat Aris di sana sedang bersama teman-temannya.

Melihat lelaki itu, Tiara langsung mengalihkan pandangannya dan buru-buru mengusap matanya.

"Gue duluan, Bro," ujar Aris berpamitan pada temannya. Setelah itu, Tiara menyadari Aris tengah menghampirinya.

"Udah selesai, Ti nongkrongnya?" tanya Aris to the point. Lelaki itu ingat kalau Tiara sedang bersama Lopi and the geng. Tiara pun menjawab dengan mengangguk saja.

"Yang lainnya mana? Lo kok pulang sendiri?"

Tiara tidak menjawab. Ia hanya bisa menunduk. Ditanya seperti itu oleh Aris membuatnya ingin menangis lagi. Karena mengingat kejadian tadi saat dirinya seperti orang bodoh.

"Ti?" Aris memegang bahu Tiara.

Tiara mendongak mencegah air matanya untuk keluar. Lalu tersenyum. "Gapapa. Tadi kita emang pulang sendiri-sendiri. Soalnya 'kan gak searah."

Aris menatap Tiara lamat-lamat. Kurang percaya dengan jawaban gadis itu. Tapi, Aris hanya manggut-manggut saja. Tidak bertanya lebih jauh lagi.

"Abis nongkrong juga?" tanya Tiara untuk mengalihkan suasana.

"Hmm," jawab Aris sembari mengangguk.

Tiara manggut-manggut. "Kenapa gak dilanjut?" tanyanya lagi.

"Yaa gapapa. Pengen nyamperin lo aja."

Pandangan Aris tak sengaja melihat ke arah plastik yang dibawa oleh Tiara.

"Itu apa?"

Menyadari pertanyaan Aris yang ke mana, Tiara langsung mengangkat plastiknya. "Ohh ini. Makanan," jawabnya.

"Dibungkus juga?" tanya Aris.

Tiara tersenyum tipis. "Iyaa pesenan mama," jawabnya yang terpaksa berbohong.

"Ohh gitu." Aris manggut-manggut mengerti. "Yaudah yuk pulang. Gue anterin."

"Ehh gak us-"

"Eitss. Inget? Sama temen gak boleh nolak. Ayok!"

Tiara langsung terdiam ketika Aris menarik pelan tangannya dan membawanya ke motor miliknya yang masih terparkir.

Perlahan Tiara menaikkan kedua sudut bibirnya membentuk senyuman tipis. Tapi tenang saja, itu bukan senyum karena terbawa perasaan. Tiara selalu sadar kalau dirinya dan Aris hanya sebatas teman. Begitu pun dengan lelaki itu yang menganggapnya seperti itu.

Tiara? Tentu. Tiara juga menganggapnya seperti itu. Mungkin.

***

#1070kata

Kisah Resta✔Where stories live. Discover now