BAB 23 - Ulang tahun

13 8 0
                                    

Umur hanya angka, tapi sikap kita yang menentukan dewasa atau tidaknya.

***

Pulang sekolah Resta mampir terlebih dahulu ke kafe dekat sekolah untuk me time. Suara lonceng berbunyi ketika Resta membuka pintu. Resta menghampiri meja barista untuk memesan kopi.

"Mas, coffe latte nya satu," ujar Resta tanpa melihat ke arah barista.

"Oke, Mbak."

Sambil menunggu pesanannya dibuat, Resta mengambil uang yang ada di dalam tasnya.

"Ini, Mbak."

Tak lama kemudian pesanan Resta sudah siap. Saat Resta ingin memberikan uangnya, dia terkejut saat seorang baristanya ternyata lelaki yang ia kenali.

Sama seperti Resta yang terkejut, lelaki itu pun sama terkejutnya ketika melihat Resta.

"Lo?"

***

Saat ini Resta dan Rendi sedang duduk berhadapan di kafe tempat Rendi bekerja. Yaps! Barista itu adalah Rendi. Belum lama ini Rendi melamar pekerjaan di sana. Resta pun masih mengingat wajah Rendi.

Rendi masih tak percaya jika hari ini bertemu dengan Resta kembali. Padahal sudah lama ia melupakan gadis itu semenjak Resta dibawa pulang oleh Fero dan Arin.

"Gimana kabar nenek sama Mia?" tanya Resta akhirnya membuka pembicaraan. Karena sejak tadi, mereka hanya saling diam.

Rendi langsung mendongak mendengar pertanyaan Resta. Seketika raut wajahnya berubah sedih.

"Mereka ... udah pergi jauh," jawab Rendi dengan bibir tersenyum.

"Pergi jauh?" ulang Resta tidak mengerti.

"Iya, mereka udah bahagia di sana."

Butuh beberapa saat untuk Resta mencerna maksud ucapan Rendi. Namun sedetik kemudian, Resta mengerti, dan menutup mulutnya tak percaya.

"Sorry, gue baru tau. Gue turut berdukacita, Ren."

Rendi membalas dengan tersenyum. "Gapapa, santai aja. Wajar, kan kita udah jarang ketemu." Jeda. "Oh ya, gimana kabar lo? Emm ...." Rendi terlihat ragu untuk melanjutkan ucapannya. "Pertama kita ketemu, lo keliatan gak baik-baik aja."

Resta tersenyum tipis. "Sorry, waktu itu pertemuan kita gak baik. Ya, gue lagi ada masalah yang bikin gue jadi kayak gitu. Tapi, sekarang, gue lagi coba berusaha untuk kembali kayak dulu."

Rendi tersenyum. "Bagus deh, gue ikut seneng."

Mereka bungkam beberapa saat.

"Oh ya, jadi sekarang lo tinggal di mana?" tanya Resta membuka obrolan lagi.

"Gue ngontrak gak jauh dari sini. Terus, yaps seperti yang lo liat, gue kerja buat ngelanjutin hidup."

Resta tersenyum miris. Mengingat dirinya yang dulu. "Lo keren banget, lo masih bisa bangkit walaupun udah tinggal dua orang yang lo sayang sekaligus. Sementara gue ...."

"Lo ngomong apa sih?" Rendi memotong. "Lo juga bisa, Res. Seperti yang lo bilang tadi, lo lagi berusaha, kan?"

Resta terdiam.

"Gini, karena pertemuan kita yang gak baik, gue mau kita kenalan ulang," pinta Rendi.

"Kenalan ulang?"

"Iya. Gini." Rendi mengulurkan tangannya. "Gue Rendi. Salam kenal," ujarnya seraya tersenyum.

Resta terkekeh pelan. Lalu membalas uluran tangan Rendi. "Gue Resta. Salam kenal juga."

Kisah Resta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang