10.Sang Tokoh Ketiga

560 97 21
                                    

━━━━━━━━━━━
W A R N I N G :
━━━━━━━━━━━
ʟᴇʙɪʜ ᴍᴇɴɢʜᴀʏᴀᴛɪ ʙɪsᴀ sᴀᴊᴀ ᴍᴇɴɪᴍʙᴜʟᴋᴀɴ ᴇғᴇᴋ ʙᴀᴡᴀ-ʙᴀᴡᴀ ᴘᴇʀᴀsᴀᴀɴ. ᴄᴏɴᴛᴏʜ ɢᴇᴊᴀʟᴀ sᴇᴘᴇʀᴛɪ ɴᴀɪᴋ ɴʏᴀ ᴛᴇᴋᴀɴᴀɴ ᴅᴀʀᴀʜ, ᴄᴇɴɢᴇɴɢᴇsᴀɴ ᴛᴇʀᴜs ᴍᴇɴᴇʀᴜs ᴅᴀɴ ʜᴀsʀᴀᴛ ɪɴɢɪɴ ᴍᴇɴᴇɴᴅᴀɴɢ sᴇsᴇᴏʀᴀɴɢ ʙᴜᴋᴀɴʟᴀʜ ᴛᴀɴɢɢᴜɴɢ ᴊᴀᴡᴀʙ sᴀʏᴀ.

Sᴀʏᴀ ᴍᴇɴɢʜᴀʀᴜsᴋᴀɴ ᴘᴀʀᴀ Gᴏᴏᴅ Rᴇᴀᴅᴇʀs ᴀɢᴀʀ ᴍᴇᴍʙᴇʀɪᴋᴀɴ ᴠᴏᴛᴇ ᴅᴀɴ ᴋᴏᴍᴇɴᴛᴀʀ, ʏᴀɴɢ ᴛɪᴅᴀᴋ ʙᴇʀʙᴀᴜ ʙᴜᴍʙᴜ ᴋᴇʙᴇɴᴄɪᴀɴ.

Tak suka ? Silahkan pergi Tuan/Nyonya
sᴇᴍᴜᴀ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴋᴇɴʏᴀᴍᴀɴᴀɴ ʙᴇʀsᴀᴍᴀ.
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

❝ HAPPY READING FOR ALL ❞

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━







Menangkap tubuh mungil saudara kembarnya yang limbung, darah pekat tengah mengalir sangat lah banyak.

"Vue.. sakit, perut Vie sakit.." Vie memejamkan mata nya kuat sembari terus terisak menahan sakit, di area perut yang tertusuk oleh Jackson barusan.

Vue mengeraskan rahang nya, Netra berkilat tajam namun jika lebih di perhatikan, berkaca-kaca. Sementara Jackson terdiam membatu ketika yang tertusuk adalah pengganti adik nya.

"Eyyi-nya Jekie tertusuk" lirih nya, pada diri sendiri.

Vue memejamkan netranya, sekejab kembali terbuka dengan netra yang nampak berbeda, bukan hanya tajam namun sangat bengis di sertai senyum yang terlihat mengerikan.

Ia membaringkan Vie yang telah menutup mata tidak sadarkan diri , pucat karena darah nya yang sampai sekarang tak berhenti keluar.

Vue marah, yang terjadi seharusnya bukan lah seperti ini.

"Hallo, ini V Smith" ia menyapa Jackson dengan nada terdengar riang seolah tak ada hal yang terjadi barusan, bahkan menyebut nama nya 'V'. Bibir nya mengerucut lucu, seolah tak suka akan keterdiaman Jackson yang ia anggap sebagai jawaban.

Jakson heran, ada apa dengan anak di depan nya ini? Namun Jackson tak peduli, ia hanya peduli dengan pengganti adiknya, entah siapa, tapi dia akan menjadi Victory Alexander.

"Mengapa kau tega melukai Vie?" mata berkaca-kaca, dengan bibir yang berganti melengkung ke bawah. Kedua nya diam, mengizin kan hening menguasai keadaan.

Mata Jackson terbelak tiba-tiba saat merasakan benda dingin menusuk pinggang nya, melirik dari ekor mata, Entah dari mana Vue atau lebih tepat nya V menusuk nya dengan pisau yang ia lempar, mengapa ia tak sadar? Bahkan rasa sakit mulai terasa.

"Bergerak secepat kilat, atau mungkin kilat kalah dengan ku," berbicara datar dengan memasang wajah dingin, V menekan tusukan nya pada pinggang Jackson, dalam dan semakin dalam.

Teliti dengan gerak reflek yang bagus, di saat Jackson yang tak kalah banyak mengeluarkan darah dari Vie, kembali merogoh saku nya mengeluarkan sebuah pisau lagi yang entah ada berapa banyak yang ia bawa.

V yang seharus nya tertusuk lagi menghindar, seolah-olah waktu berlalu sangat lambat, V dengan senyum miring nya mencabut pisau di pinggang Jackson dengan sekali tarik, mudah terlihat. Kemudian menusuk dada Jackson yang hendak menusuk nya.

"Pisau mu adalah kematian mu," ia berucap dengan senyum miring yang berganti menjadi seulas senyum lugu, ekspresi yang tampak sangatlah natural hingga seorang tak bisa membedakan apakah itu asli atau palsu.

Namun kontras berbeda dengan ucapan berserta perbuatan nya, menendang tubuh Jackson yang semakin banyak mengeluarkan darah hingga jatuh berguling, di rerumputan hijau yang nampak seperti tertumpah cat merah. Dua lubang tusuk tercipta, Ulah V tentu saja.

Melangkah menuju Vie Williams, menggendong ala bridal style tergesa-gesa, dari taman menuju rumah sakit yang jarak nya tak jauh dari taman baru ini, dengan kaki kecil nya tampa mencabut pisau yang masih menacap.

Tampa Vue sadari, seorang wanita menatap datar hal yang terjadi barusan.

Singkatnya, kedatangan dua anak berusia 10 tahun itu menjadi sorotan semua orang.

"Suster! Dokter! Segera tangani saudara saya! Cepat atau saya bunuh kalian!" Pekik nya lantang membuat orang-orang yang lewat, entah mengapa merasa ikut takut akan ancaman itu. Hei bung, anak kecil itu sangat mengerikan, di tambah noda darah Vie juga Jackson yang membuat Vue seperti bocah Psycho.

Tampa tunggu lama, dokter serta Suster menuju ke arah mereka dengan Brankar, meletakan tubuh mungil pucat saudara nya di situ.

Terdiam, di depan ruangan UGD. V diam tampa mondar mandir maupun sebagai nya. Mata nya berkilat menyeramkan, wajah datar tersebut membuat aura nya benar-benar terasa mengerikan.

"Jackson Wilson sudah mati kan, V?" Tanya nya pada diri sendiri. Detik selanjutnya senyum nya muncul, senyum manis terkesan konyol dengan manik mata yang tampak sangatlah hampa.

"Tentu saja, Alexander gila itu mati. Kalau belum, mari bunuh dia untuk kedua kali nya, jika dua kali dia tetap hidup. Maka bunuh saja untuk ketiga kali nya, bahkan empat, lima, sampai berapapun agar dia tak mengambil Vie sebagai pengganti untuk Victory Alexander"

Vue menangguk, netra nya menatap tajam pintu ruang UGD.

"Saya juga tidak mau, Vie menjadi pengganti untuk Victory Wilson"

Diam tak bersuara, Vue tak memperhatikan kondisi nya yang kotor karena darah Vie juga Jackson.

"Kenapa? Mengapa anda suka sekali meniru saya?" Wajah tampa ekspresi terganti dengan raut kesal, mungkin saja orang-orang menganggapnya aneh.

"Lupa? Kau juga kadang berpura-pura menjadi diriku. Aku ini dirimu asal kau ingat, bukan tercipta dari tekanan, namun terciptakan oleh dendam dan rasa ingin melindungi . Harus nya kau berterima kasih pada ku adalah hal paling utama yang harus kau lakukan, aku ini perisaimu dan Vie." Dari nada bicaranya, menandakan V tengah merajuk.

"Kau lemah Vue, aku yang kuat. Harus nya kau sangat bangga mempunyai aku untuk menjadi pelindungmu" lanjut nya, namun di balas gelengan pelan di sekon berikutnya.

"Terserah, anda hanya tokoh ke tiga"

"Apa maksud mu? Aku ketiga? Harus nya aku ke dua setelah Vie" sangkal V, "ini bukan tentang kita, Vie segalanya bagi ku"

"Tidak, ini hidup saya dan saya yang menciptakan nya. Dan Vie tak kalah penting" balas Vue geram, menghembuskan nafas panjang seolah-olah baru saja melepas beban berat nya.

"Tapi saya bagian dari diri anda" V membalas tak mau kalah. Vue mendesis, mendudukan diri di lantai dingin dengan mata mengarah pada ruangan di depan nya.

"Anda meniru saya lagi"

"Oh saja"

My (D)evil BrotherWhere stories live. Discover now