"YEAAAHHH!!! ADUH!"

Selin bangkit dengan sangat bersemangat, hingga benturan yang cukup keras di kepalanya membuat ia meringis kesakitan. Ia terkejut ketika menyadari bahwa ia baru saja berbenturan dengan pelipis seseorang, yang entah sejak kapan berada di dekatnya.

Selin mundur satu langkah sambil memegangi kepalanya yang masih berdenyut. Ia mengamati cowok tinggi bermata cokelat yang kini menatapnya dengan kesal. Sebelah tangan cowok itu memegangi pelipis yang mulai memerah sementara tangan yang lain menahan sanggahan tas punggung yang hanya tersampir di salah satu bahunya.

Selin membaca sekilas name tag di seragam cowok itu. Hansel Jauhari.

"Maaf, Kak. Aku nggak sengaja." Selin akhirnya punya cukup keberanian untuk bersuara. Ia menebak cowok di depannya saat ini adalah kakak kelas. Karena, Selin ingat pernah membaca nama itu ada di salah satu list nama kakak pembina di gugusnya ketika MOS beberapa minggu lalu.

Hansel berdecak kesal, "Lo—"

"Aku nggak apa-apa, Kak," Selin menyahut cepat. "Beneran aku nggak apa-apa. Kepalaku kuat." Ia menepuk kepala berkali- kali dengan telapak tangan demi membuktikan ucapannya.

Tanpa berniat menunggu Hansel menumpahkan kemarahan kepadanya, Selin segera berlari meninggalkan lokasi hingga membuat Hansel tercengang.

"Tunggu dulu!" Hansel terlambat mencegah Selin pergi.

Cewek yang diteriaki sudah jauh dari posisinya.

Hansel tidak mungkin lupa rupanya. Mata bulat penuh binar, hidung mancung yang runcing di ujungnya, bibir merah tipis, juga sebelah gigi gingsul yang manis ketika tersenyum. Ia yakin bahwa cewek tadi adalah cewek yang sama yang ia cari semasa MOS kemarin. Tapi, siapa namanya? Kelas berapa?

Dengan perasaan kecewa, Hansel berusaha mengabaikan Selin yang sudah melarikan diri. Ia meneruskan langkah untuk mendekati motor Ninja hijau miliknya.

Baru juga mengangkat helm yang sebelumnya menggantung di spion, Hansel dikejutkan dengan selembar sticky notes yang menempel di spidometer. Ia meraih kertas itu, kemudian membacanya dalam hati.

Hansel mendengkus geli setelah membaca habis isi kertas itu. Dan, sebelum tangannya meremas kertas itu, ia menoleh karena seruan nyaring seseorang dari arah gerbang.

"SELIIIIIIN!" seru seorang cewek berambut hitam sebahu sambil berlari menyusul seseorang yang diteriakinya.

Hansel melebarkan mata begitu melihat cewek yang beberapa saat lalu menyundul kepalanya kini berbalik, kemudian menyambut orang yang tadi berseru nyaring sekali. Kedua cewek itu tersenyum satu sama lain. Hansel tidak bisa mendengar apa yang sedang keduanya bicarakan.

Perhatian Hansel kembali pada sebuah kertas di tangannya. "Selin," ucapnya pelan sambil membaca nama dan nomor telepon yang tertera di kertas itu. "Jadi, namanya Selin?"

Hansel tersenyum samar. Ia melipat kertas itu menjadi empat bagian, kemudian menyimpannya di saku seragam.

Niatnya untuk naik ke motor kembali tertunda ketika secara tidak sengaja kakinya menginjak sesuatu. Hansel menunduk. Tangannya mengambil sebuah buku catatan berwarna biru yang baru saja terinjak olehnya.

Hansel membaca sebuah nama yang tertulis di kover depan buku itu. Selin Ananta.

 Selin Ananta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Sejak memarkirkan Vespa di pekarangan rumah, mata Saga terus menatap sebuah kotak hitam tipis yang tergeletak di teras rumahnya. Buru-buru ia turun dari Vespa dan meraih benda misterius yang hampir satu setengah tahun belakangan ini menjadi alasan Saga mengubur semua mimpi, sekaligus menghapus nama Papa sebagai idolanya.

Saga beruntung karena lagi-lagi ia yang lebih dahulu menemukan paket misterius ini. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi bila Mama yang menemukan kotak ini lebih dahulu. Saga tidak ingin hal mengerikan waktu itu terulang kembali. Saat sebuah paket misterius kali pertama ditemukan mamanya sekitar satu setengah tahun yang lalu. Betapa Mama terguncang hebat hanya karena melihat foto-foto dalam kotak hitam waktu itu.

Setelah mengambil kunci dari tas punggungnya, Saga membuka pintu dan masuk ke rumah. Tidak ada orang di dalam. Mamanya sedang sibuk bekerja di kafe sampai malam.

Saga masuk ke kamarnya, meletakkan tas di atas ranjang, kemudian ikut duduk di sana. Ia membuka kotak misterius yang selalu membuatnya marah setiap kali menerimanya. Bagaimana tidak? Ia tidak pernah tahu siapa pengirim paket misterius ini.

Pernah waktu itu Saga sengaja memasang CCTV di teras rumah hanya untuk mencari tahu si pengirim paket. Namun, yang tertangkap kamera hanya kotak hitam yang terlempar, sedangkan pelakunya tidak terlihat. Yang Saga tahu, pelempar paket misterius ini berada dalam boncengan sebuah motor. Namun, ia menduga bahwa orang itu hanya orang suruhan karena motor yang dilihatnya selalu berganti-ganti.

Isi kotak kali ini tidak jauh berbeda dari kotak-kotak yang lalu, yaitu foto-foto yang membuat Saga semakin membenci papanya. Ia mengerang marah ketika lagi-lagi diingatkan bahwa Papa tidak sebaik yang dipikirkannya sampai lulus SMP, dua tahun lalu. Kenyataannya, dari foto-foto yang ia terima sejak enam bulan kepergian papanya, semua perlahan terkuak. Ada rahasia yang disembunyikan Papa selama ini darinya, juga Mama. Sebuah rahasia yang menyadarkan Saga bahwa papanya tidak pantas ia jadikan idola sejak kecil.

Saga membuka laci nakas di samping ranjangnya dengan sebuah kunci yang ia sembunyikan di selipan kepala tempat tidur. Kemudian, ia menyimpan kotak hitam itu di sana, hingga bergabung dengan lima kotak serupa yang ia terima dengan cara yang sama.


To be continued...


Halo semua. Saga kembali untuk menyapa kalian. Adakah yang kangen sama duo Saga-lak & nge-Selin ini?

Cerita Saga akan aku posting di sini sampai tamat. Jadi, pastikan kalian ikutin terus cerita ini ya.

Tetap jaga kesehatan ya kalian <3


Salam,

pitsansi

SagaWhere stories live. Discover now