Nathaniel -End-

6K 777 114
                                    

Bagi kebanyakan orang waktu terasa berlalu cepat sekali. Tapi bagi mereka yang menunggu waktu seolah tak lagi berjalan. Lambat, jenuh, dan membosankan.

Menunggu itu menyebalkan.

Dua bulan menunggu kakaknya pulang terasa begitu lama. Rasa-rasanya seperti dua tahun lamanya.

Berlebihan. Iya, Nathan kan memang hiperbolis.

Tapi sungguh jujur dari dalam lubuk hatinya dia merindukan Jeff sebegitu besarnya. Hanya bayangkan saja Nathan yang terbiasa tidur dan bangun melihat Jeff tiba-tiba harus terpisah.

Rasanya seperti sebagian dirinya kehilangan keseimbangan karena sebagian rutinitas tak terjalani dengan baik.

Nathan jadi bertanya-tanya, Jeff juga rindu dia tidak ya??

Selama dua bulan lamanya mereka hanya berbalas pesan tanpa telfon apalagi panggilan video. Sedih sekali.

Perbedaan waktu membuat mereka tak bisa menemukan waktu yang tepat untuk sekedar saling melepas rindu mendengarkan suara masing-masing. Nathan rindu.

Bayangkan bagaimana jika lulus tes dan akan meninggalkannya selama empat tahun. Sepertinya dia bisa gila. Berlebihan, lagi.

"Makan!" Suara Juna membuatnya mendongak.

Dengan bibir tercebik dia mengaduk makan siangnya. Hari ini ada nugget tapi tetap tidak mampu merubah perasaan hatinya. Juna yang di depannya hanya mendengus. Selama dua bulan lamanya pemandangan seperti ini bukan hal baru baginya.

"Sudah kenyang"

"Kamu bahkan belum makan sedikitpun!" Juna mengacungkan sendoknya ke depan wajah Nathan.

Nathan mendengus mendorong nampannya ke arah Zayn dan Chandra di seberangnya. Membuat keduanya saling bertatapan bingung.

"Nitip"

Keduanya hanya menggeleng pelan dan memilih melanjutkan makan dari pada meladeni putra mahkota yang sedang tidak dalam suasana hati yang baik.

"Mau pulang" cicitnya tersapu angin, semakin lesu menopang dagu.

Sekarang cuacanya cerah tapi entah kenapa meja yang mereka tempati terasa begitu suram. Chandra bergidik pelan baru sadar suasana hati Nathan bisa mempengaruhi lingkungan sebegini besarnya.

"Nana jangan sedih nanti pulang sekolah aku traktir donat mau??"

Nathan berkedip menatap Chandra yang menatapnya dengan senyum tipis juga mata penuh persuasif. Layaknya mengakali bocah lima tahun.

"No strawberry, no milk??"

Chandra mengangguk antusias.

"Yes! No strawberry, no milk!"

Pada akhirnya Nathan mengangguk membuat mereka menghela nafas lega. Menenangkan putra mahkota itu butuh trik dan modal.

🌹🌹🌹

Suasana hati Nathan sedikit membaik setelah mencoba dua donat penuh lelehan coklat tiramisu dengan banyak choco chips di atasnya. Jangan lupakan juga se-cup besar kopi yang membuatnya merasa tenang.

Tapi suasana hatinya kembali sendu saat memasuki rumahnya. Bibirnya melengkung ke bawah. Dengan menyeret tasnya dia masuk ke dalam.

Menuju dapur untuk mengambil segelas atau dua gelas minuman dingin. Agaknya cuaca yang cerah ini mampu membuatnya merasa haus terus menerus.

Setelah selesai dengan semua masalah tenggorokannya dia berjalan naik. Tasnya masih saja dia seret, terlalu malas bahkan hanya untuk menyampirkannya pada bahu.

Nathaniel ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang