Bab 4 - Mangsa Baru

15.5K 1.6K 20
                                    

Andai saja Satria tidak memperlakukan Melisa seperti itu, mungkin Melisa hanya akan diam tanpa mengutarakan apa yang dia rasakan. Meski sebenarnya, Melisa juga menolak dengan semua ini. Melisa hanya ingin diperlakukan secara baik. Hanya itu. Namun, dia memang tak memiliki hak untuk menuntut, bukan? Memangnya siapa dia?

****************

Bab 4 – Mangsa baru


Mereka sampai di sebuah rumah besar dan tampak sangat mewah. Turun dari mobil, mereka disambut oleh pelayan yang segera mempersilahkan mereka masuk. Melisa sempat ternganga mengagumi bagaimana mewahnya bangunan rumah Dokter Angeline, dan hal itu sempat membuat Satria tersenyum sinis.

"Aku tahu bahwa di duniamu tidak ada yang seperti ini," ejeknya.

Sungguh tega sekali Satria berucap seperti itu. Melisa tahu diri bahwa dunianya dengan dunia Satria memang berbeda. Jangankan rumah semewah ini, bahkan lingkungan mereka saja jauh berbeda. Harusnya, Satria tak perlu mengejeknya seperti itu.

Melisa akhirnya memilih diam saja dan tak menanggapi apa yang dikatakan Satria. Pertama, karena dia tak ingin bertengkar, kedua karena dia cukup tahu diri dimana posisinya.

Akhirnya, mereka memasuki rumah besar tersebut. Dokter Angeline tampak menyambut mereka dengan sangat ramah. Lalu keduanya juga dipersilahkan untuk langsung menuju ke meja makan.

Di area meja makan rupanya sudah disedikakan banyak sekali hidangan makan malam. Di sana sudah ada suami Dokter Angeline dan seorang pria lain yang usianya lebih muda dari Satria. Itu adalah putra dari Dokter Angeline.

"Ayo, ayo... kita langsung makan malam saja." Ajak Dokter Angeline.

Melisa duduk di sebelah Satria. Sebenarnya dia merasa kebingungan harus berbuat apa. Dia hampir tak pernah melihat makanan sebanyak itu dan semewah itu. Beberapa hidangan bahkan membuat Melisa bingung, mana yang harus dia ambil dan makan.

"Hei, kupikir kita belum berkenalan." Pria muda yang duduk di hadapan Melisa akhirnya membuka suaranya. "Aku Raymond. Panggil saja Ray. Sepupunya Satria."

Melisa tersenyum lembut "Melisa," ucapnya memperkenalkan diri.

"Mau kurekomendasikan masakan yang enak?" tanya Raymond pada Melisa yang terlihat kebingungan memilih menu makanan di hadapannya.

"Ya. Itu bagus." Melisa merasa senang jika ada yang merekomendasikan salah satu masakan di hdapannya. Karena jujur saja, Melisa tidak tahu harus makan apa.

"Ini." Raymond tampak mengambilkan sebuah makanan yang tampak dihias dengan begitu cantik. "Ini terbuat dari ikan. Dia dipotong dengan sangat cantik, kemudian direbus dan dibumbui dengan bumbu unik. Kupikir, ini akan cocok dengan lidah orang Indonesia."

Melisa mencoba memotong sedikit ikan tersebut, kemudian menyuapkanya pada mulutnya. Mengunyahnya, merasakannya. Akhirnya, Melisa tersenyum dan mengangguk setuju. "Ini enak."

"Ya, kan sudah aku bilang." Raymond berkat antusias. "Coba ini juga. Ini dari tepung gandum dan kedelai. Lebih mirip dengan tempe. Tapi lebih unik rasanya." Lanjut Raymond sembari mengambilkan masakan lainnya.

Melisa lagi-lagi mengikuti perintah Raymond, dan dia kembali menyukai masakan pilihan Raymond tersebut. Keduanya tampak lebih cepat akrab hanya karena makanan-makanan di hadapan mereka. Sampai-sampai mereka tidak sadar bahwa kini mereka tatapan mata Dokter Angeline dan Satria tidak lepas dari mengamati keduanya.

"Rupanya kalian bisa cepat kenal, ya..." Dokter Angeline membuka suaranya, seolah-olah ingin mengalihkan pandangan Raymond dan juga Melisa.

"Ya, dia manis soalnya." Dengan spontan Raymond berkomentar, membuat Melisa membeku seketika kemudian mengangkat wajahnya menatap ke arah Raymond. Sedangkan pria itu kemudian tersenyum padanya lalu dengan spontan mengerlingkan matanya.

Bayi untuk Sang CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang