18.Sekalipun egois terbesar

Comenzar desde el principio
                                    

Jalannya sudah ke-empat Minggu, artinya pengumuman sepuluh besar tadi pagi telah keluar dan syukurnya nama Nesya ada diurutan pertama.

"Udah masuk sepuluh besar juga makannya masih lupa, tidur kurang," omel Raga persis ibu-ibu umumnya.

Nesya terkekeh. Wajah Raga yang selalu ceria itu kini murung. "Ya kan belom tiga besar?"

"Nesyaaaaa," rengek Raga bak anak kecil.

"Iyaaaaa," balas Nesya menerima suapan keenamnya.

"Lagi, baru dua huap," ucap Raga padahal yang tadi saja baru selesai dikunyah.

"Iyaaa, simpen dulu. Gih sana ke warbes."

"Ngusir?"

"Ngusir pake gaya," cibir Nesya sebal. Raga terkekeh lalu mengeluarkan ponsel, entah apa yang ia rencanakan.

Berlangsung sepuluh menit tiba-tiba saja terdengar suara kucing-kucing mengeong di gendongan para anak warbes, mendekat untuk duduk mengelilingi radar meja Nesya yang membisu, tersenyum sumringah kemudian.

"Eh tunggu ya kucingnya jangan dilepas, gue mau beli sosis mentah di kantin," ujar Nesya antusias, meski sendirinya belum makan.

"Duduk aja sya, gue bawa," ucap Castor memperlihatkan plastik besar isi whiskas.

"Asal kucing makan lo juga makan, deal nggak?" tawar Achung menautkan alis.

Nesya baru sadar ini sebuah kejanggalan, begitupun anak kelasnya yang bertanya kenapa para preman sekolah rela membawa kucing kemari. Melirik tajam pada Raga, dia santai duduk di sebelah Nesya.

Perlahan-lahan nafas panjang dikeluarkan Nesya. "Deal," katanya duduk kembali.

Raga si paling banyak ide semangat menyendok untuk menyuapi gadisnya. "Kalo ternyata lumba-lumba yang gue suka, apa yang bakalan lo bawa?"

"Lautnya."

Rasa letihnya terbayar oleh tingkah manis Raga, cara membujuk yang menurut Nesya ini kekanakan namun berkesan istimewa. "Sekalian bonus, squidward, patrick, tuan krabs, nyonya puff.... atau-atau apa tuh nama disneynya putri duyung?" tanya Raga.

"Ariel?"

"Iya, sama d'masiv, armada, noah, kangen band, wali. Semuanya deh, buat lo."

Itu, Ariel Noah?

Nesya tertawa berterima kasih telah dihibur oleh jawaban nyeleneh itu sekaligus menambah nafsu makannya. "Lo sendiri udah makan?"

"Udah, gue tiap pagi sarapan masakan Auora," jawab Raga. Castor langsung mendongkak ke arah rambut putih.

"Masih aja lu?" tanya Castor.

"Apaan?"

"Jadi testimoni masakan Auora?" Achung ikut penasaran. Raga mengangguk santai.

Alham serta anak warbes lain geli terbahak. "Emangnya kenapa?" Nesya tidak kalah penasaran.

"Ya itu, lo kan sering nanya pagi Raga kemana? setor di WC," balas Achung. Setor dalam artian buang air besar.

"Oh karna masakan kak Auora bikin sakit perut?" simpulan Nesya dibalas tawa setempat.

"Auora masaknya kadang keasinan, kepedasan, kemanisan, kehambaran, kemanusiaan, kesemutan, kehujanan," lanjut Castor lebih nyeleneh sehingga tawa tadi menyambung lebih kencang.

Hanya Raga yang tidak tertawa. "Dia masih belajar, enggak papa, lagian masakannya enak," ucap Raga berbohong, Nesya tahu itu.

Ia menegak air di botol. "White lie. Menurut kamus cambridge artinya berbohong demi maksud tertentu tanda kutip 'kebaikan', fine aja kalo sesekali, tapi kalo keseringan bisa bikin pola pikir kita runyam, jadi nantinya kita bakal selalu nyari pembenaran atas setiap kebohongan yang keluar dari mulut ataupun diekspresikan pake gestur tubuh."

Testudines:AmongragaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora