34. Akhir Dari Penderitaan

1K 60 200
                                    

Rekom sambil denger
Kehilangan - Vioshie (cover)

• • •

“LO KENAPA NGGAK BILANG DARI DULU, HA!! KENAPA BARU SEKARANG!?” Emosi Bara meledak setelah Faril mengungkapkan semua kejadian yang telah menimpa Alin dan mengatakan jika ayah dia adalah pelakunya.

Bara bahkan tak memberi kesempatan Faril maupun Fingki dan Ibnu untuk kembali bicara. Ia mengambil ponsel dan kunci motornya dari Hana untuk segera pergi. Sementara ketiga laki-laki itu ikut menyusulnya.

Melihat dari pesan terakhir yang dikirim dari orang yang ia yakini sebagai suruhan Haron — Bara melacak nomor tersebut dan menemukan sebuah lokasi yang ia yakini sebagai tempat di mana Alin dan Askal berada.

Sebuah bangunan gedung terbengkalai yang dikelilingi rerumputan liar setinggi orang dewasa serta pepohonan rindang yang tak terawat.

Mereka memasuki gedung tersebut dengan menyiapkan parang sebagai senjata untuk berjaga-jaga.

“Lebih baik nyebar, kita nggak tau ada berapa banyak anak buah Haron yang jaga tempat ini. Dia pasti nyiapin penjagaan yang ketat,” tutur Fingki.

“Apapun resikonya kita fokus dulu buat nyelamatin Alin.”

BRAK!

Belum sempat untuk bersiap diri, anak-anak buah Haron tiba-tiba muncul mengepung mereka dengan masing-masingnya membawa senjata tajam dan senapan api.

Seorang pria yang memimpin berjalan mendekat seraya melepas penutup wajahnya. Sebuah seringai tersungging, meremehkan empat lelaki yang berada di tengah-tengah kelompok berpakaian hitam tersebut.

“Kita nggak akan bertele-tele,” ucap pria yang kini mengangkat tangan dengan pistol di genggamannya.

“Usaha kalian ke sini hanya untuk bunuh diri. Tidak ada gunanya,”

“ — Alin sudah mati!”

Tubuh Bara nampak berdiri membeku mendengar perkataan yang dilontarkan pria itu. Sementara Faril sudah bersiap menyerang, namun berusaha ditahan oleh Fingki agar tidak gegabah terpancing.

“Bisa aja ini cuman umpan,” bisiknya.

Sebuah gelak tawa menggelegar mengisi ruangan tersebut. Pria dengan pistol itu seakan diberi pertunjukkan komedi dengan tawa puasnya.

“Umpan? Lo pikir ini umpan?”

“Yang ini baru umpan — (DORR!)

Dari belakangnya muncul dua pria lain sembari menyeret sebuah tubuh yang telah terbujur kaku dengan kepala yang terpisah.

Mereka terbelalak terkejut saat wajah yang sudah dilumuri darah itu adalah Aji.

“Lo semua mikir setelah liat anak ini apa cewek itu juga bakal selamat?”

“Bangs*t!” desis Bara bersiap mengangkat parang di tangannya.

DOR!

Hingga suara tembakan yang diarahkan ke langit-langit membuat langkah Bara kembali terhenti.

“Lo berani ke sini, gue pastiin tubuh cewek itu dicincang habis.”

“Pengecut lu jadiin cewek nggak bersalah sebagai tameng!” seru Ibnu. “Nggak ada nyali lo, ha?!”

“Keroyokan doang berani, giliran lawan one by one ciut lu pada!”

Pria yang memimpin sekelompok orang berwajah tertutup kain itu terkekeh geli. Ia kembali mengarahkan peluru pistolnya pada tubuh Aji yang sudah tak bernyawa.

ASKALIN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang