29. Pertemuan Tak Diharapkan

609 69 133
                                    

Ada adegan yang gak patut ditiru buat yg belum halal. Terutama bocil silakan skip bagian tersebut!!

But, gak terlalu vulgar sih

• • •

“Maafin aku, Lin .. aku nggak becus jadi Ayah buat Sienna,” ujar Faril terduduk lesu di atas kursi yang terletak di luar ruangan tempat Sienna dirawat.

Alin pun beralih duduk di samping Faril yang tengah bersandar sembari memejamkan matanya. Ia dapat melihat tetesan air mata mengalir di pipinya.

Gadis itu lantas menyekanya yang membuat Faril semakin menangisi dirinya yang tidak kompeten dalam tugasnya sebagai ayah pengganti bagi Sienna.

Raut wajah Faril begitu menyiratkan rasa bersalah dan menyesal. Meski matanya masih terpejam, namun air matanya terus saja mengalir.

“Kamu udah lebih dari sosok Ayah buat Sienna, Far. Kamu udah sempurna,” tutur Alin menepuk lembut punggung tangan Faril. “Aku berhutang banyak karena kamu rela nanggung semua kesalahan yang udah aku buat sendiri.”

Faril kemudian membuka matanya dan melihat wajah Alin yang nampak tulus menatapnya. Wajah cantik yang kini terdapat luka-luka kecil itu memilukan hatinya.

Tangan Faril pun terangkat untuk mengusapnya dengan lembut yang perlahan menuruni tengkuk lehernya.

Alin hanya diam saja membiarkan Faril yang saat ini tengah memeluknya.

Hingga ia terkejut saat laki-laki itu beralih mendekatkan wajahnya, membuat dua benda merah muda kenyal milik mereka saling bersentuhan.

Tentu saja Alin dibuat terbelalak oleh perlakuan Faril yang sangat tiba-tiba tersebut.

Bahkan ia sampai melumatnya dengan perlahan.

Dan itu bukan tanpa alasan.

Faril melihat tak jauh di depannya—Askal berdiri mematung bersama Fingki di sampingnya. Mereka tak kalah terkejut melihat pemandangan yang sangat membuat Askal muak. Sayangnya ia tak punya hak untuk berbuat banyak.

Sementara Fingki sesekali memperhatikan sahabatnya yang nampak tak terima dengan apa yang dilakukan Faril terhadap Alin.

“Tahan diri. Dia bukan milik lo, dia milik Faril,” ucap Fingki. “Lo udah nggak ada hak buat marah.”

Askal yang semula mengepalkan tangannya lantas menghela nafas panjangnya, berusaha mengendalikan emosi dalam dirinya.

“Tujuan lo ke sini cuman buat Sienna. Jangan ngelakuin hal yang lewati batasan lo,” imbuh Fingki yang kemudian berjalan mendahului Askal menuju ruangan Sienna.

Askal benar-benar tidak tahan menyaksikan kemesraan Alin dan Faril. Meski gadis itu bukan lagi miliknya, namun ia tak memungkiri kecemburuan dalam hatinya masih besar untuk Alin.

“Ekhem,” sahut Fingki menghentikan kegiatan kedua sejoli itu.

Alin sampai terkejut dan salah tingkah karena terpergoki. Hingga detik berikutnya, ia terdiam saat melihat Askal juga datang bersama Fingki.

“Mau apa dia ke sini?” ketus Alin.

“Dia datang mampir. Tadi nggak sengaja ketemu di depan,” jawab Fingki mengarang. “Dia juga Ayahnya Sienna kan?”

Tatapan sengit Alin yang sangat jelas nampak kebencian seolah menjadi pertanda jika ia tak menyetujui Askal untuk bertemu dengan putrinya.

“Sienna nggak berharap dia ada di sini!” balas Alin. “Bawa dia keluar!”

ASKALIN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang