𝐓𝐞𝐦𝐚𝐧 𝐒𝐞𝐫𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 | 01 - 𝐀𝐧𝐚𝐤 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭 𝐀𝐲𝐚𝐡

Start from the beginning
                                    

Bukannya takut, malahan Nayla menjulurkan lidah.

"Sudah, sudah. Kalau tidak mau, tidak usah kerja sekalian. Usaha Papa masih sanggup membiayai kalian."

"Iya, Sayang. Kenapa harus kerja apalagi sampai di luar New York?" tanya Rosliana lembut.

"Layla mau belajar mandiri, Ma. Ya sudahlah, Layla terima tinggal bareng pria asing itu."

🧁🧁🧁

Hari ini, hari berangkatnya Layla ke Los Angeles. Tak ada sedikit pun senyuman menghias di wajah cantiknya. Malah menghela napas.

"Baik-baik di sana ya, Nak," kata Rosliana megusap air matanya.

Layla memeluk Rosliana. "Iya, Ma. Layla akan sering telpon kok nanti."

Kini Layla beralih ke Raymond. Wajahnya masih sama, datar. "Nanti sampai jangan lupa kabarin."

Layla mengangguk, kemudian berjalan ke samping dimana Nayla berdiri.

"Jangan nakal di sana, Kak." Di saat-saat sedih begini, Nayla masih bisa bercanda.

Layla mendelik. "Berkaca dulu, Nay."

Nayla hanya terkikik mendengarnya. Memang Nayla yang bandel, suka buat onar dan kebebasan.

"Sudah, sudah. Kalian selalu ribut saja kalau ketemu," kata Raymond.

Layla dan Nayla saling tatapan sejenak kemudian tertawa.

"Begitulah hubungan kasih sayang mereka, Pa," kata Rosliana menepuk pelan bahu Raymond.

Layla melirik jam di pergelangan tangannya. "Waktu sudah dekat, Layla pamit dulu ya."

Rosliana melambaikan tangannya, sedangkan ekspresi Raymond sama sekali tidak berubah. Dan Nayla mengestur seolah mengusir sang kakak segera pergi.

🧁🧁🧁

Setelah beberapa jam, Layla akhirnya tiba di Los Angeles.

Dibukanya ponsel dari saku melihat pin kamar apartemen yang diberikan oleh Raymond.

Tilulit.

Pintu pun terbuka, Layla lekas masuk ke dalam dan menganga tak percaya. Bukan, bukan karena betapa mewahnya kamar apartemen ini. Tapi bau alkohol dicampur aroma rokok menyerbu ke indera penciuman, membuat Layla terbatuk-batuk.

Sofa-sofa dan meja kecilnya itu banyak kali baju bekas dilempar sembarangan arah. Dan beberapa botol alkohol  yang tergeletak tak berdaya di lantai.

"Gila! Rumah ini habis dirampok atau gimana sih! Anak teman Papa benar bisa dipercaya atau tidak sih?!" gerutu Layla marah.

Layla paling tidak suka berantakan, apalagi aroma menjijikkan ini. Ia mengembuskan napas berat.

"Inilah kenapa aku inginnya tinggal sendiri!" Mulut Layla asyik mendumel.

Kemudian ia menepikan kopernya, memulai merapikan dari melipat baju dan celana pria yang Layla ketahui bernama Chris itu. Berlanjut menyapu dan mengepel lantai marmer mahal tersebut sampai kilat kinclong.

"Fiuh...." Layla membaringkan diri ke sofa panjang empuk itu.

Sekarang apartemen Chris tampak seperti yang baru lagi. Tepat bersamaan sesosok berbadan tegap masuk.

Layla yang mendengar suara pintu dibuka itu, sontak menoleh. Dia lalu bangkit dari sofa dan berkacak pinggang.

"Hei kau! Aku di sini sebagai tamu, malahan aku harus membereskan apartemenmu!" omel Layla kesal.

Pria itu melonggarkan dasi kerjanya. Berjalan ke arah sofa dengan santai.

"Aku tidak menyuruhmu melakukannya," balas Chris.

"Tapi bau sekali! Bagaimana aku bisa tinggal di sini!"

Chris tersenyum miring. "Aku tidak memaksamu tinggal bersamaku. Kau bisa cari tempat lain."

Kedua tangan Layla dikepal kuat. Amarahnya benar-benar sudah sampai ke puncak.

"Kau! Dengar ya kau! Aku juga tidak ingin serumah denganmu! Tapi papamu menawarkan jadi aku dipaksa sama papaku! Sialan!"

Sehabis memaki, Layla menarik barang bawannya ke kamar sebelah kiri.

Blam!

"Keparat sialan! Terima kasih pun tidak padahal aku sudah bantu membereskannya!" Layla masih ngedumel.

Di luar, Chris mengeluarkan ponselnya.

"Dad, kau berbohong," kata Chris setelah sambungan di seberang terhubung.

"Huh? Bohong apa?" Zacky dibuat kebingungan oleh anaknya.

"Kau bilang gadisnya manis dan baik. Baru pulang kerja saja aku sudah diomelin," desah Chris lelah.

Bukannya terkejut, Zacky malah tertawa keras. "Tapi selain itu, memang Layla manis dan baik kok. Jaga dia baik-baik ya."

Tut.

Chris mengambil napas gusar. Lalu menyapukan ke penjuru apartemennya. Memang jadi bersih dan rapi. Aroma segar dari pewangi ruangan lavender tercium menenangkan. Sudah lama Chris tidak merasakannya.

Kamar apartemen ini biasanya bau apek, alhokol dan rokok. Hanya seminggu sekali pembantu yang ia sewa datang untuk membersihkan. Sampai-sampai pembantu itu memilih cabut meski dibayar mahal.

Chris tersenyum miring. Kemudian mendekat ke kamar Layla dan mengetuknya.

"Kita butuh bicara," ucap Chris.

🧁🧁🧁

Halo, cerita baru lagi. Gimana menurut kalian?

Semoga suka ya!

Jangan lupa klik ⭐ sebagai dukungan pada Mochi ya

Luv ya ❤️

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 13, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝐓𝐞𝐦𝐚𝐧 𝐒𝐞𝐫𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 | 21+ ✓ Where stories live. Discover now