Kenapa? Kenapa kau mengatakan itu sekarang, Sasuke-kun?

***

Semburat awan tipis menghiasi langit yang masih kelam, perlahan melewati sang rembulan tanpa permisi. Nyanyian jangkrik yang diiringi desir angin malam menyapa telinga pemuda yang baru saja keluar dari mini market. Pemuda itu mendudukkan diri di kursi panjang yang tersedia di depan toko, menyesap kopi kaleng yang ia beli barusan.

Sepasang jade itu berkilat, memantulkan cahaya lampu jalan yang tak jauh dari posisinya. Pikirannya melayang nakal, bersamaan dengan kehadiran sosok merah muda yang memasang wajah kosong sejak kepergiannya dari rumah sakit.

Haruno Sakura.

Hatinya berbisik lirih, menghantarkan rasa yang cukup mengganggu di dalam dada. Tak bisa dipungkiri jika saat ini ia mengkhawatirkan gadisnya. Sedang apa dia saat ini? Apakah Sakura tidur nyenyak? Atau mungkin apakah gadis itu masih menangis?

Kira-kira begitulah pertanyaan yang mengelilingi pikirannya saat ini.

"Kazekage-sama?"

Pemuda itu menoleh kala suara lembut itu mengudara. Gaara mengerjapkan mata, memastikan jika ia tak salah lihat saat ini.

"Kau ini- Hinata, kan?"

Hyuga Hinata, atau lebih tepatnya Uzumaki Hinata tersenyum tipis menanggapi. Wanita itu segera menghampiri Gaara yang masih terduduk di tempatnya. Ia memasang wajah heran, tak menyangka jika ia bertemu dengan Gaara di jam segini.

"Ini masih terlalu pagi untuk minum kopi, Kazekage-sama," seloroh wanita itu. Gaara tersenyum samar, tidak menyalahkan Hinata sepenuhnya. Lagipula orang aneh mana yang tengah menikmati kopi kaleng di jam empat pagi seperti dirinya? Tentu saja tidak ada.

"Aa. Aku butuh sedikit kafein saat ini. Kau sendiri sedang apa berkeliaran di jam segini?"

"Ah itu, aku baru saja ke apotek di rumah sakit dan membeli obat untuk Naruto-kun. Dia demam tiba-tiba."

"Naruto?"

Gaara membulatkan mata setelah mendengarnya. Masih segar di ingatannya bagaimana raut penuh duka di wajah sahabat kuningnya itu. Pemuda itu menangis tanpa ragu di depan batu nisan yang bertuliskan nama sahabatnya. Beberapa gumaman yang ia lontarkan menambah suasana kelabu di pemakaman tadi sore. Kendati demikian, Gaara tetap tidak menyangka jika Naruto akan mengalami shock hingga membuatnya sakit seperti ini.

Namun dibandingkan itu, bayangan Sakura terlintas begitu saja di dalam benaknya. Mengingat jika keadaan Sakura tak berbeda jauh seperti Naruto saat berada di rumah sakit tadi, apakah Sakura juga mengalami hal yang sama? Apa gadis itu juga shock sampai sakit seperti Naruto saat ini?

"Bagaimana keadaannya?" tanya Gaara pada wanita di hadapannya. Hinata menatap sendu tanah yang tengah mereka pijaki. Wanita itu mengeratkan genggamannya pada plastik berisi obat, terlihat jelas jika ia sedang menguatkan dirinya.

"Naruto-kun sangat terpukul. Bagaimanapun, Sasuke-kun itu adalah sahabat Naruto-kun. Dia sudah menganggapnya seperti saudara. Tentu saja kepergiannya membuat Naruto-kun bersedih."

"Dia berulang kali mengingau, menyebut nama Sasuke-kun bahkan ayah dan ibunya. Bahkan suhu tubuhnya mendekati empat puluh satu derajat saat terakhir kali kuperiksa," sambung Hinata.

Gaara menudukkan kepala. Tentu saja ia mengerti bagaimana rasa sakitnya. Walau ia sendiri tidak akrab dengan Sasuke, pemuda itu juga turut bersedih. Kehilangan seorang teman adalah hal yang menyakitkan. Apalagi bagi Naruto, Sasuke begitu istimewa. Ia adalah saksi hidup bagaimana kerasnya Naruto untuk membawa Sasuke pulang, menariknya dari jalan kegelapan. Hal itu sudah cukup membuktikan bahwa si bungsu Uchiha itu memanglah sebegitu spesial bagi Naruto.

Cicatrize ✔️Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum