"Ha'i, Kakashi-san."

Kakashi terkekeh kecil. Ia menepuk pundak sang Kazekage tersebut lalu berkata, "Setidaknya ini lebih baik."

Gaara memfokuskan dirinya menatap hamparan desa di depannya. Sinar mentari menyelimuti negeri yang terkenal subur ini. Dari sini, ia dapat melihat banyaknya pejalan kaki yang menyusuri jalanan. Ada yang singgah ke beberapa kedai atau sekedar lewat saja. Melihat bagaimana tawa para penduduk desa membuat kedua sudut bibir itu naik secara tak sadar, ikut bersyukur melihat mereka bisa tertawa lepas seperti itu.

"Perdamaian ini akan berlangsung lama, kan?" gumam pemuda itu. Kakashi sontak menoleh. Pria itu mengikuti arah pandangan Gaara kemudian mengangguk pasti.

"Kita telah mengorbankan banyak hal demi itu. Harusnya memang berlangsung lama."

Kini keduanya kembali terdiam. Masing-masing di antara mereka terfokus pada pikirannya. Hingga akhirnya Kakashi tersentak, merasa tak asing dengan perasaannya sekarang.

"Ini-"

Kakashi menoleh ke belakang. Benar saja, ia melihat sebuah portal berwarna indigo yang terbuka di belakangnya. Tentu saja ia tau portal milik siapa itu. Namun belum smpat ia menyuarakan rasa herannya, ia terkejut hebat ketika melihat seseorang yang terjatuh dari portal itu. Hal itu juga menarik perhatian Gaara. Respon pemuda itu tak jauh berbeda dari Kakashi yang kini berlari mendekati sosok berjubah hitam itu.

"Sasuke!"

***

"Iryo-nin! Tolong selamatkan dia!"

Rumah sakit langsung gaduh ketika Kakashi berteriak. Beberapa ninja medis yang lewat langsung membatin. Siapa yang tengah sakit sekarang? Mengapa sang Rokudaime Hokage rela repot-repot berlari memapah pria di sampingnya bersama sang Kazekage seperti itu?

"Mohon dibawa ke sini, Hokage-sama."

Tepat sekali Sakura baru saja menyelesaikan operasinya. Ia langsung menuju ke lobby ketika mendengar suara ribut Kakashi, guru sekaligus walinya. Ia beserta beberapa bawahannya datang membawa brankar agar lebih mudah membawa pemuda yang tengah tak sadarkan diri. Namun setelah melihat siapa yang baru saja diposisikan di atas brankar, membuat wanita berambut merah muda itu berteriak, terkejut bukan main.

"Sasuke-kun!"

"Kumohon untuk mengobatinya dulu, Sakura. Aku juga tidak tau apa yang tengah terjadi padanya. Kita bisa mencari tau nanti."

Sakura mengangguk tegas. Ia menatap salah seorang gadis di sisi kirinya lalu berkata, "Siapkan ruang operasi sekarang!"

Sakura serta rekannya segera membawa brankar itu menuju ruang ICU untuk menjalani pemeriksaan terlebih dahulu. Semuanya mendadak panik lantaran mereka bisa merasakan chakra Sasuke yang melemah, bahkan nyaris habis. Sakura memberi pertolongan pertama. Ia menyalurkan sejumlah chakra terlebih dahulu, setidaknya untuk memberi pasokan agar pemuda itu tidak benar-benar kehabisan chakra.

"S-sa-"

"Jangan berbicara apapun, Sasuke-kun. Aku akan menyelamatkanmu."

"C-c-cukup."

Sakura menulikan diri. Ia terus menyalurkan chakra itu sebelum beberapa alat penunjang hidup disiapkan. Dari sini, ia dapat mendengar suara gaduh dari luar yang diduga berasal dari Naruto. Sama seperti Sakura yang panik, pemuda kuning itu bahkan rela meninggalkan semangkuk ramen yang baru saja dihidangkan ketika mendengar kabar dari seorang ANBU jika Sasuke dalam keadaan kritis.

Kembali lagi pada ruang ICU, Sakura terus memacu aliran chakra pada tubuh Sasuke. Sejenak gadis itu membatin, bingung mengapa tubuh Sasuke seolah tidak merespon pengobatan yang ia berikan. Tak biasanya ia mendapati kasus yang seperti ini. Dengan cekatan, gadis itu mengubah metode pengobatannya. Ia menghentikan aliran chakra hijau tersebut kemudian menyentuh mata pria itu, memeriksan pupilnya dengan menggunakan senter kecil. Setelahnya ia membuka mulut Sasuke, mengambil sedikit liurnya unrtuk memastikan ini adalah ulah racun atau hal lain.

Cicatrize ✔️Where stories live. Discover now