Tak sampai di situ, Gaara mendaratkan jemarinya di kelopak mata Sakura. Ia kembali mengusap bagian bawah matanya- lebih tepatnya kantung mata yang sedikit tersamarkan oleh concealer. Meski demikian, Gaara tetap dapat melihat gurat lelah pada wajah gadisnya. Pemuda itu membatin, memikirkan seberat apa pekerjaan Sakura sebagai seorang ninja medis hingga ia terlihat begitu lelah saat ini.

Kini jemari itu beralih ke pipi gembilnya. Gaara menangkup pipi tersebut dengan tangannya, merasakan sensasi dingin pada permukaan kulitnya akibat tersapu angin malam. Pemuda itu tersenyum tipis. Ia mengusap pelan pipi itu, berharap mampu menghantarkan hangat padanya.

Terakhir, jemari panjang itu berhenti di sudut bibir gadis itu. Ibu jari Gaara mengusap lembut kedua bilah bibir itu, tanpa peduli jarinya akan lengket dengan pewarna bibir yang dikenakan oleh gadis itu. Sakura masih terdiam, membiarkan Gaara melakukan apapun pada wajahnya meski harus menahan degub jantungnya yang menggila sejak tadi.

Tanpa diduga, Gaara memajukan wajahnya. Pemuda itu menajamkan iris jade miliknya dalam diam. Jemari yang sebelumnya berada di birai gadis itu, kini berpindah ke dagunya, membawa wajah gadisnya mendongak hingga dua pasang iris itu bertemu. Sakura membulatkan mta sejenak namun akhirnya ia menyembunyikan kedua emerald jernih itu, tak sanggup akan tatapan intens yang membuat dirinya lemas.

Ketika jarak di antara mereka semakin menipis, Gaara tersenyum geli. Ia mempertemukan kening keduanya, membuat Sakura tersentak dengan hal ini. Ia membuka mata dan mendapati wajah pemuda yang telah mencuri hatinya yang kini tengah terpejam.

"Aku tidak bisa melakukannya tanpa ijin darimu."

Bisikan lirih itu mencubit hati Sakura. Gadis itu mengulas senyum, bersyukur karena Gaara tetap menunggu Sakura hingga sejauh ini. Kini giliran jemari gadis itu mendarat di pipi Gaara. Dengan cepat, ia berjinjit dan memberikan satu kecupan singkat kepada pemuda di depannya.

Cup

Kedua mata Gaara membelalak, melebar tanpa diminta. Ia terkejut ketika merasakan material kenyal itu menyentuh bibirnya dengan singkat. Pemuda itu mendapati wajah gadisnya yang sedikit memerah. Meski demikian, gadis itu tetap menahan segala rasa malunya untuk menatap Gaara dengan intens.

"Kau sudah mendapatkannya, Gaara-kun."

Gaara tak tau harus apa saat ini. Pikirannya mendadak kosong. Sedetik kemudian ia merasa tubuhnya menghangat. Tak hanya itu, tengkuknya di rengkuh oleh sepasang tangan dengan erat. Ya, Sakura memeluknya. Gadis itu menenggelamkan wajahnya di dada berbalut fabrik berwarna maroon tersebut, menetralkan panas yang menyerang wajahnya sejak tadi.

Sakura terdiam sejenak dalam posisi ini. Hingga akhirnya ia mengutarakan dua kata yang telah ia pikirkan maknanya semalam suntuk. Gadis itu telah bertekad. Benar, ini adalah saatnya untuk mengutarakan apa yang mengganjal dalam hatinya selama ini. Gaara telah menunggunya begitu lama, dan inilah saatnya untuk menjawab penantian serta usaha pemuda itu. Maka dengan jantung yang berdebar kencang, ia pun berucap diiringi desir angin malam.

"Aku menyukaimu."

Kini giliran jantung Gaara yang berdentum hebat. Pemuda itu mematung dalam posisinya. Entahlah, ia tak paham. Ia ingin memastikan hal itu benar setidaknya sekali lagi. Ia sangat senang, bahkan sampai tak mempercayai jika penantiannya selama ini terbalaskan.

"Aku tau, kau pasti tidak percaya. Tapi aku menyukaimu, Gaara-kun. Kau berhasil menarikku. Kau berhasil membuatku jatuh cinta padamu."

Ingin rasanya Gaara berteriak, memberitahu dunia bahwa ia telah menang. Ia berhasil mendapatkan cintanya. Ia berhasil merealisasikan perasaan yang telah ia simpan sejak mereka remaja. Dulu ia begitu malu untuk mengakui hal itu. Namun seiring dengan bertambahnya usia, semakin matang pula pemikirannya hingga ia bisa meyakinkan diri untuk mencoba. Meski butuh kesabaran selama beberapa waktu, namun nyatanya ia berhasil meraih apa yang menjadi impian semunya.

Cicatrize ✔️Where stories live. Discover now