Part 11: Belum menyadari

612 26 2
                                    

Dariel ingin membayar semua kesalahannya pada Abelle dimasa lalu, dengan memberikan segalanya pada Abelle tanpa sepengetahuan Abelle. Bahkan sebuah apartemen mewah, mobil sport mewah diberikan pada Abelle, atas dasar fasilitas dari perusahaan. Namun sesungguhnya semua dari Dariel pribadi.

"Ketika Abelle sudah kembali dengan ingatannya, apa yang akan kau lakukan?" Tanya Eduard, sahabat lama Dariel.

"Apa yang akan aku lakukan..." Dariel merasa bimbang atas apa yang akan ia lakukan ke depannya. Bahkan untuk memikirkannya saja, membuat Dariel terbungkam. Ia tahu, Abelle akan sangat membencinya dan tidak ingin berada di sekitarnya lagi.

"Kau bahkan merampas segala hasil kerja kerasa Abelle selama bertahun-tahun. Dengan memberikannya kemewahan, tidak akan membuatnya bahagia. Justru Abelle akan semakin membencimu." Ketus Eduard.

"Mungkin inni terdengar egois, namun aku berharap Abelle selamanya seperti ini. menjadi seekor kelinci polos menggemaskan."

Mendengar ucapan dari Dariel, membuat Eduard tertawa lepas. "Dariel, sampai kapan kau akan menjadi seorang pecundang seperti ini? kekuasaanmu tidak akan pernah bisa membeli kebahagiaan maupun membayar penderitaan seseorang."

"Kita sudah mengenal Abelle cukup lama, dan Abelle adalah wanita pekerja keras. Saat ini Abelle pun sudah berhasil bekerjasama dengan salah satu perusahaan kecantikan ternama, kau bahkan tidak tahu, bukan?"

"Perusahaan kecantikan?" Dariel terlihat sangat terkejut.

"Saat pesta pernikahanku bersama Jennifer, kami menggunakan jasa make-up yang cukup ternama, dan kami melihat ada foto diri Abelle bersama para penata rias. Saat kami bertanya, mereka berkata bahwa Abelle adalah penata rias pendatang baru di perusahaan dan sangat berbakat."

"Ternyata, kelinciku tidak dapat kugenggam terlalu erat lagi." Ucap Dariel pasrah.

"Bagaimana mungkin kau tega merampas seluruh hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun,Tuan Dariel?"

"Aku hanya tidak ingin Abelle merasakan sakit, ketika berusaha untuk mengingat kembali. Itu sebabnya, aku menciptakan kisah baru yang akan memudahkan kehidupan Abelle."

"Ketika kau masih sangat ingin barmain-main, setidaknya kau jangan rampas kehidupan seseorang hanya karena keegoisanmu sendiri." Ketus Eduard.

"Aku sudah perhitungkan apa yang ku lakukan. Segaala risiko biarlah menjadi urusanku. Tugasmu, hasilkanlah anak-anak menggemaskan bersama Jennifer." Balas Dariel dengan nada mengejek.

"Baiklah, tapi ingatlah kata-kataku. Lalu, mengapa Mizou tidak pernah bergabung bersama kita?" Tanya Eduard heran.

"Sejak dulu, pilihan hidup kami bertolak belakang, dan oleh sebab itu Mizou memilih untuk tetap fokus ke jalan yang benar."

"Jika aku tidak salah, bukanlah Abelle menjadi asisten pribadi bagi Mizou?"

Hm.. Dariel membalas dengan senyuman kecut, terlihat ada sesuatu yang mengganjal dihatinya.

"Apa lagi yang kau rencakan pada kedua orang baik itu? Kau sungguh bajingan kecil, Dariel!"

"Tidak, aku hanya ingin membuat ending yang cukup baik."

Mendengar Dariel ingin ending yang cukup baik, Eduard hanya terbahak. Eduard seakan tidak pernah percaya akan ending baik menurut versi orang lain, karena versi Dariel tentu berbeda dan tidak sesuai espektasi, pikirnya.

***

Perusahaan 2nd H Group

Mizou memijat kepalanya, ketika menerima panggilan dari sang ibu.

Mrs. Zoel: "Sampai kapan kau akan seperti ini? apakah sampai ibu menua dan tidak dapat menimang cucu?" ucap Mrs. Zoel dari balik panggilan suara.

Mizou: "Bu, aku sedang sangat sibuk. Jika ibu meneleponku hanya untuk mengomel, maka..-"

Mrs. Zoel: "Mizou! Ibu tegaskan, ibu tidak akan kembali ke New York, sebelum kau menemukan calon menantu untukku!"

Huh! "Masih saja seperti biasa.." gumam Mizou. Menatap sebuah frame foto, foto dirinya bersama sang ibu.

Jika orang lain meletakan foto bersama seseorang yang istimewa, kekasih atau bahkan keluarga kecil. Maka Mizou pun melakukan hal yang sama, hanya saja itu foto dirinya bersama sang ibu. Tak ada hal yang jauh lebih berharga, dibandingkan seorang ibu yang sangat Mizou kasihi. Karena Mizou hanya memiliki ibunya, sebagai seorang anak tunggal di keluarga Zoel.

Knock... knock...

Abelle tiba dengan secangkir kopi panas dan juga sepotong cake keju.

"Permisi Tuan Mizou. Sebelum makan siang, nikmatilah makanan pembuka siang ini." Ucap Abelle, lalu meletakan di atas meja kerja Mizou.

"Terima kasih, Abelle." Ucap Mizou dengan ekspresi bahagia, namun berusaha ia tahan.

"Abelle, bagaimana dengan makanan penutup milikmu?" Tanya Mizou, saat Abelle akan melangkah pergi.

"Aku akan makan siang bersama para pegawai lainnya."

"Ah, baiklah." Mizou tersenyum tipis, ketika Abelle sudah tidak berada di hadapannya.

Mizou sudah mulai memperhatikan Abelle, hanya saja ia belum menyadari perasaannya yang mendalam pada Abelle. Terlebih lagi, tugasnya hanyalah untuk melindungi Abelle, seperti yang dikatakan Dariel padanya.

***

Terjerat NAFSU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang