Part 7: Dia hanya milikku!

1.4K 31 0
                                    

Dariel merasa tidak senang, saat Mizou berinisiatif untuk menghantarkan Abelle pergi bersama. Meskipun ingatan Abelle hilang sepenuhnya, namun bukan berarti Dariel benar-benar melepaskan Abelle.

"Dasar bajingan! Berani sekali berbuat seperti ini padaku!" Umpat Dariel kesal, dan menghempaskan tangan seorang wanita yang sedang merangkul dirinya.

"Tuanku! Lepaskan saja wanita hilang ingatan itu!" Seru wanita yang baru saja merangkulnya.

"Kau tidak tahu apa-apa, lebih baik jangan campuri urusanku!" Tegas Dariel.

"Apa lagi yang Tuan harapkan dari wanita itu! Bukankah melihatnya baik-baik saja sudah cukup? Tuan bisa mendapatkan banyak wanita, dan..-"

"Kau hanya jalang yang menjadi pamuasku di ranjang, jadi kau tidak layak turut campur. Lebih baik, kau pikirkan gaya apa lagi yang dapat kau lakukan untukku!" Ketus Dariel.

Wanita itu terbungkam saat menerima ucapan ketus dari Dariel.

"Hanya karena wanita itu kau berani membentakku dan merendahkanku seperti ini.. lihat! Apa yang bisa kuperbuat pada wanita sialan itu!" Gumamnya dengan hati yang sangat geram atas perlakuan maupun ucapan ketus dari Dariel.

***

Mizou sedang berada di satu mobil yang sama dengan Abelle.

"Mengapa mendadak seperti ini? seharusnya kau katakan jika kau memiliki kesibukan lain." Ucap Mizou lembut, sembari menyetir. Kali ini, Mizou hanya berdua bersama Abelle.

"Ah! Maafkan aku Tuan Mizou.. mereka menunda pertemuan kami.." sesal Abelle, sembari menunjukkan isi pesan dari klien barunya.

"Kau memulai bisnis kosmetik?" Tanya Mizou terkejut. Abelle pun membalasnya dengan anggukan.

"Benar Tuan. Tapi tuan tidak perlu cemas, aku pasti tetap memperhatikan pekerjaanku sebagai seorang asisten.

Mizou sedikit gugup, ia hanya tidak ingin Abelle kembali merasakan pahit kehidupan dimasa lalunya.

"Jika seperti itu, pergilah bersamaku." Mizou memutar arah setir mobil dan membawa Abelle menuju sebuah tempat.

"Tuan Mizou, apakah kita memiliki tugas baru?" tanya Abelle dengan wajah polosnya.

Mizou hanya tersenyum tulus, ia merasa Abelle tidak pernah berubah dan selalu menjadi seornag gadis lugu nan polos.

Mizou membawa Abelle menuju sebuah taman area jembatan panjang di kota New York.

***

"Tuan Mizou, kurasa ini bukan tempat yang tepat untuk melakukan diskusi, karena terlalu ramai." Ucap Abelle protes.

Mizou seketika terkekeh, lalu kembali menunjukan ekspresi wajah datarnya. "Ini adalah waktu terbaik untuk beristirahat. Bukankah kau juga kelelahan dengan pekerjaan hari ini?" ucap Mizou lalu mengajak Abelle untuk menyusuri area tersebut.

Mizou membeli beberapa kuliner di area jalanan tersebut, mengajak Abelle untuk makan bersama.

"Makanan di kantor terlalu membosankan, bukan?" Tanya Mizou.

"Yah, terkadang aku juga merasakan hal itu. Namun pekerjaan yang begitu padat membuatku terlalu fokus ke pekerjaan." Ucap Abelle sembari menikmati daging panggang yang Mizou beli untuknya.

Mizou mencuri pandang ke arah Abelle, ia bersyukur karena Abelle masih dapat merasakan ketenangan sejenak. Walaupun kondisi Abelle harus kehilangan seluruh memory lamanya, namun dengan melihat keadaan Abelle baik-baik saja sudah cukup baginya.

"Abelle, apa kau tidak berpikir untuk mencari seseorang yang dapat membawamu bepergian?"

"Seseorang? Seseorang seperti apakah yang Tuan Mizou maksud?" Abelle masih belum memahami maksud dari pertanyaan yang Mizou lontarkan pada dirinya.

Terjerat NAFSU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang