Bab. 18 Hampir

281 45 13
                                    

Keberadaan Umbridge benar-benar sukses membuat wajah Hogwarts muram seutuhnya. Tidak hanya bagi siswa, para pengajar pun dibuat pening dengan tindakannya yang tak pernah tidak menjengkelkan. Terlalu banyak dekrit pendidikan, terlalu banyak kendali, terlalu banyak inspeksi.

Inkuisitor Agung? Omong kosong! Dia hanya berupaya menyabotase Hogwarts.

Tidak hanya Hogwarts, Orde pun sama muramnya. Pergerakan mereka harus sangat hati-hati sementara kendali Voldemort terhadap Harry Potter terus saja membahayakan. Snape? Jangan tanya lagi seberapa sering ia harus meninggalkan Hogwarts dan meninggalkanku dengan setumpuk tugas anak-anak ini.

Umbrige benar-benar tak henti-hentinya membuat kekacauan. Setelah pemecatan Hagrid dan penyerangan yang dilakukannya pada McGonagall secara brutal, kini sekelompok besar anak datang berbondong-bondong ke hospital wings, membawa tangan mereka yang berdarah-darah dan berborok.

"Dia menggunakan pena setan. Bukankah itu mengerikan, Miss?" ucap salah seorang gadis Gryffindor. Aku mengangguk pelan, tak ingin menjawab lebih jauh. Bukannya tak berani, tapi aku harus menahan diri atau aku juga akan terkena masalah dan merepotkan Snape lebih jauh lagi.

"Nah selesai. Lebih baik kalian kembali dan beristirahat," kataku. Beruntungnya mereka mengangguk patuh dan berbondong-bondong kembali ke asrama masing-masing.

Aku memijit pelan pangkal hidungku, tak tahu jelas harus berbuat apa. Suara ketukan membuatku memalingkan diri. Seorang anak lagi datang dengan langkah lunglai dan terhuyung. Dia nampak lemas dengan mata memerah, aku tahu pasti dia tidak sakit, hanya mengantuk.

"Kau tidak bisa menjadikan kunjunganmu ke sini sebagai alasan untuk melarikan diri dari kelas, Draco," tegurku. Namun seakan tuli dia langsung menaiki salah satu nakas dan mulai memejamkan matanya.

Aku membuang nafas kasar. Seorang Malfoy pasti akan selalu menjadi Malfoy, arogan dan semaunya sendiri. Aku beringsut menjangkau tongkat yang tergeletak di meja, berniat melakukan pemeriksaan dasar meskipun tau tak akan ada hasil apa-apa. Yah, hanya formalitas.

"Sudah berapa lama kau tak tidur?"

Draco menggeliat pelan. Suaranya serak dan berat saat menjawabku dengan mata terpejam. "Dua malam penuh," katanya.

Aku meraih pergelangan tangannya, mengecek seberapa rendah tekanan darah penyihir kecil ini. "Kau bisa sakit. Apa yang kau lakukan?"

"Mengintai beberapa serangga dan menangkapnya. Dan tebak, aku berhasil." Dia terkekeh ringan setelahnya. "Si Potter dan teman-teman serangganya baru saja dari sini kan, Adara?"

Aku agak terkesiap. Bimbang harus terkejut pada kalimat mana, dia mengetahui tentang luka Potter atau dia memanggilku hanya dengan nama saja.

"Kau mengetahuinya?" tanyaku.

Draco membuka matanya yang nampak jelas enggan terbuka, menunjuk sebuah pin kecil yang terpasang pada jubah sebelah kiri. "Aku anggota tim inkuisitorial," ucapnya.

Aku jelas memutar mata jengah. Segala sesuatu yang berkaitan dengan si wanita kodok itu selalu memuakkan bagiku. "Kau tak perlu menjilat Umbridge untuk mendapatkan nilai baik, Malfoy."

Nampak jelas ekspresi terkejut pada wajah tampan di depanku, dan entah hanya perasaanku atau bukan, matanya terlihat tiba-tiba kembali segar. Dia menarik nafas panjang, nampak ingin menjelaskan banyak hal. Namun sekian detik kemudian dia justru menunduk, tak berani menatap mataku lebih jauh.

"Aku hanya ingin membalas Potter sialan itu, Miss." Dia kembali memanggilku dengan panggilan formal. Dan entah mengapa, rasanya aku sedikit, kecewa?

"Ingat majalah Quibbler bodoh yang tiba-tiba memuat berita tentang kebangkitan 'You-Know-Who'?" Aku mengangguk pelan, tak sabar menunggu kata selanjutnya.

Good Healer [Healer Adara]Where stories live. Discover now