Bab. 6. Naga Pengganggu Kencan

438 74 3
                                    

"Jadi, bagaimana kemajuan tesis mu, Healer Andrew?" tanya Adara.

Dia hanya basa-basi sebenarnya. Ia hanya tidak ingin Andrew membicarakan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Mengungkapkan perasaannya misal.

"Baik tentu saja. Wah aku harus berusaha keras dalam penelitian ku kali ini. Aku baru menyadari bahwa ujian kenaikan tingkat itu sangat sulit dan kau bahkan telah berhasil melakukannya sejak usia mu baru dua puluh delapan tahun. Wah, kau memang sangat hebat Adara," puji Andrew. Adara tersenyum singkat sembari memasukkan potongan daging kalkun yang berada di piringnya.

"Wah, ku rasa makin hari masakan rumah sakit semakin enak." Andrew menatap wanita cantik yang berada di depannya tersebut.

"Padahal jika kau mau, aku bisa mengajakmu makan malam romantis di restoran terkenal sambil menikmati pemandangan kota London," ucapnya. Adara meringis, sepertinya Andrew mulai melancarkan omong kosongnya.

"Tak perlu. Aku suka makanan rumah sakit," katanya. "Oh ayolah Adara. Apa kau tidak ingin menikmati malam romantis denganku seperti pasangan-pasangan lainnya?"

"Ah sudah satu jam sejak operasi ternyata. Aku harus melihat kondisi pasien sekaligus menemui penanggung jawabnya. Terimakasih traktiran mu, Healer Andrew," ucap Adara dan bergegas menjauh dari Andrew yang nampak kecewa di meja kantin.

Pasien masih belum sadar. Adara kembali memeriksa konsentrasi darah muggle yang menjadi pasiennya ini. dan benar saja, darahnya sangat susah untuk membeku. Maka diperkirakan, penyembuhan pasien ini akan berlangsung sangat lama.

Ia menggeser pintu, menemui Arthur Weasley yang berdiri di samping pintu. Nampaknya laki-laki itu tengah menunggu sang healer yang baru saja menyelesaikan pemeriksaan.

"Jadi kau penanggung jawabnya, Arthur?" tanya Adara.

"Seperti itulah. Muggle ini berada di bawah tanggung jawab departemenku. Belakangan ini kejadian toilet meledak memang banyak terjadi. Aku belum menemukan pelakunya hingga kejadian ini terjadi," jelasnya. Adara mengangguk mengerti.

"Bagaimana keadaannya?"

"Potongan porselen yang aku yakini berasal dari kloset yang meledak menancap di jantungnya. Pasien sudah kami operasi dan sekarang sedang berada di ruang perawatan. Kondisinya memang sempat kritis, namun kini sudah jauh lebih membaik. Tapi, Arthur, pasien ini mengalami penyakit hemofilia. Dalam dunia medis muggle penyakit ini menyebabkan darah pasien sukar untuk membeku hingga membuatnya lebih mudah terluka dan lebih sulit untuk sembuh," jelas Adara.

Arthur nampak mengusap wajahnya frustasi. "Baik, aku mengerti. Terimakasih Adara. Ku hanya berharap aku tidak akan dipecat setelah ini."

Adara menyandarkan tubuhnya pada kursinya yang nyaman. Ia meraih satu botol air, menjentikkan tongkatnya dan membuat air di dalam botol menjadi menghangat. Ia kemudian mengarahkan botol tersebut untuk mengurut leher belakangnya yang pegal akibat terlalu banyak menunduk.

Dibandingkan ruangan kecilnya di Hospital Wings, Adara tentu lebih menyukai ruangan besarnya di St. Mungo sebelum ia akhirnya tersadar bahwa ia memiliki tanggung jawab di sekolah sihir terbesar di Inggris tersebut. Ia menjulurkan tangannya, meraih kalender yang terletak di ujung meja kerja miliknya.

Dua puluh empat november masih lama, seharusnya ia masih bisa melakukan tugasnya di St. Mungo seperti biasa hingga dua minggu ke depan. Adara tersenyum, syukurlah.

Tiga hari dilalui Adara dengan membuka jadwal praktek dan memantau pasien mugglenya. Ia baru saja menyembuhkan seorang perempuan dengan bisul bernanah yang memenuhi tubuhnya akibat tidak sengaja memakan kudapan yang telah di manterai saat Perawat Kurt mengetuk pintu ruangan serba putih tersebut.

Good Healer [Healer Adara]Where stories live. Discover now