Bab 15. Rumah dan Ibu

311 48 5
                                    

Tak pernah ia sangka akan melangkahkan kaki kembali di bangunan yang menjadi sumber masalahnya itu. Tanpa menggunakan jubah putih yang biasanya membalut tubuh, ia melangkah tegap sembari meyakinkan hati di sepanjang lorong Hogwarts yang nampak kosong. Untung saja ia tak sendiri, ada Snape yang turut berjalan di sampingnya, menuntun ia menuju ruangan Dumbledore.

"Kau siap?" Tanya Snape saat mereka sampai di depan pintu ruangan. Adara hanya mengangguk pelan, nampaknya masih terdapat rasa sesak di hatinya. Yah namun apa boleh buat, hidup harus tetap berjalan, kan?

Pintu berderit terbuka, seorang laki-laki tua berjanggut perak menyambut saat keduanya memasuki ruangan.

"Selamat datang, Adara. Tak ku sangka kita bertemu lagi secepat ini," ucap Dumbledore. Adara tersenyum tipis dan menunduk, asal memberikan respon sebagai bentuk sopan santun.

"Aku tentu menyayangkan kejadian yang menimpamu, Adara. Tapi kau juga harus ingat, Hogwarts akan dengan senang hati menerima kehadiran seorang perempuan hebat seperti dirimu."

"Terimakasih Profesor, anda terlalu memuji saya," balas Adara.

"Tentu saja aku mengatakan kebenaran. Nah, ku rasa kau tidak akan keberatan untuk mengajar di Hogwarts kan kalau begitu?"

Adara memalingkan wajah menuju profesor Dumbledore dengan cepat. "Maaf Profesor, saya... Mengajar? Anda tidak berfikir jika saya bisa mengajar kan, Profesor? " tanyanya penuh nada tak percaya. Lagi pula, ia memang tak pernah mengajar di sepanjang hidupnya, lebih sering membedah dan mengobati luka.

"Kau bisa. Kami membutuhkanmu," balas Profesor Dumbledore. Sirat harapan terpancar jelas dari balik kaca mata bulan sabit yang ia kenakan.

"Saya pikir saya akan membantu Madam Pomfrey di Hospital Wings," keluh Adara.

Memang sebenarnya itu harapannya. Tidak memiliki izin praktek tidak akan membuatnya berhenti dari dunia medis. Ia masih bisa mengobati murid-murid dan menjadi asisten Madam Pomfrey seperti saat ia menjadi healer magang dahulu.

"Tentu kau bisa membantu Poppy Pomfrey. Namun kami juga membutuhkan tenagamu untuk mengajar, Adara." Masih terdengar nada memohon dari deru suara milik Profesor Dumbledore.

Adara menimbang, ia bisa tinggal di Hogwarts namun ia harus mengajar, lalu ia bisa tidak mengajar, namun ia akan menjadi pengangguran. Keningnya berkerut membayangkan betapa mengerikannya mengajar di hadapan murid-murid, namun kemudian ia bergidik ngeri saat membayangkan ia akan menjadi gelandangan karena ia pengangguran.

"Memangnya, saya harus mengajar apa?"

Wajah Dumbledore seketika berbinar, "potion. Jadilah asisten Severus, Adara."

Adara mengangkat sebelah alisnya, "menjadi asistennya?" Ia melirik wajah datar milik Snape sekilas. "Kenapa?"

"Karena Severus harus melakukan banyak misi mulai saat ini," jawab Dumbledore. Adara semakin dalam mengerutkan kening, apa lagi yang kini Snape lakukan?

"Boleh saya tahu misi apa itu?" tanyanya. Meskipun Adara tau, Dumbledore tak akan mudah mengatakan misi apa itu.

Profesor Dumbledore nampak menghirup nafas panjang sejenak. Sekilas Adara tau, mungkin akan ada kejutan lain yang akan lelaki itu katakan padanya.

"Kau tau Pangeran Kegelapan sudah bangkit?"

Adara membulatkan mata. Benar juga, Snape masih menjadi bagian dari mereka. Itu artinya, Snape harus mengabdi kembali pada Voldemort.

"Apa misinya berkaitan dengan itu?" tanya Adara. Penuh harap ia menunggu Dumbledore untuk mengatakan tidak atau sekedar menggeleng, namun kenyataannya justru berlawanan.

Good Healer [Healer Adara]Where stories live. Discover now