“Nil, liat bukunya Nalen juga, dong!”Harzan tiba-tiba datang sambil duduk dibangku milik Nalen dan merebut buku fisika yang sedang Nila pegang.
Nila menggeram kesal. “ISH! RUSUH BANGET SIH, LO! JADI KECORET KAN TULISAN GUE!”bentak Nila sambil melempar Harzan menggunakan pulpennya. Dengan segera Harzan langsung menghindar dan menampilkan senyum lebarnya.
“Ya maap. Abis gua juga lagi buru-buru ngerjain tugas fisika. Mana sebentar lagi bel masuk, kan gua takut gak keburu.”
“YA SAMA! GUA JUGA LAGI BURU-BURU, KAMPRET!”sahut Nila kesal.
“Lagian lo kenapa gak nyontek Meysha aja, sih? Dia kan juga pinter fisika,”ucap Harzan sembari menyalin jawaban dari buku Nalen.
Nila berdecak. “Ck! Gue juga udah minta, cuma anaknya aja pelit. Katanya gue disuruh usaha sendiri biar pinter.”jawab Nila. Sedangkan Harzan langsung tertawa puas.
“KECE!”Harzan berdecak kagum. Tidak dia sangka jika Meysha bisa berkata demikian. Padahal menurutnya, Meysha itu adalah anak yang kalem, penurut, dan tidak banyak tingkah. Tapi ternyata dibalik sikapnya itu, cara bicaranya bisa menusuk hati. Harzan kan jadi ikut tersindir.
Sedangkan Nila hanya merotasikan bola matanya malas sembari melanjutkan kegiatan menyalinnya. Namun saat hendak menulis, suatu kesialan datang menghampiri Nila.
“Sialan! Pulpen gue pake abis segala lagi!”umpat Nila frustasi sambil mengacak rambutnya. Harzan yang mendengar umpatan yang dilontarkan oleh Nila seketika kembali tertawa kencang.
“Hahaha, nasib anda sial sekali hari ini, kawan.”
“DIEM LO, KUNYUK!”
🌱
Bu Ayu menukikkan alisnya heran kala melihat tugas fisika milik Nila, Harzan, dan Nalen. Dia menduga, pasti mereka bertiga saling contek mencontek, dilihat dari jawaban mereka yang sama persis. Hanya berbeda titik dan koma saja.
Bu Ayu berdehem sebentar sebelum akhirnya bersuara. “Nila, Nalen, Harzan, ibu mau tanya,”ucap bu Ayu sambil menatap ketiga muridnya bergantian.
Harzan yang merasa namanya dipanggil langsung menampilkan wajah paniknya. Pasti bu Ayu sadar jika tugas miliknya, Nila dan Nalen jawabannya sama persis. Huft... Gurunya yang satu itu memang sangat teliti, sampai-sampai ingin Harzan lempar menggunakan pasir saja supaya mata nya kelilipan.
“Jawaban kalian sama. Sekarang ibu tanya, siapa nyontek siapa.” Nila dan Nalen saling tatap, sorot mata mereka mengisyaratkan “Ngaku gak, nih?”.
“Kalo ibu tanya tuh jawab! Jangan diem aja!”sentak bu Ayu.
“Saya sama Harzan nyontek Nalen bu.”jawab Nila jujur. Sedangkan Harzan langsung melotot kearah Nila sambil mulutnya berucap “Ngapa lo ngaku, bego?!”tanpa suara.
“Biar cepet”balas Nila juga tanpa suara.
“Yaampun bu, inikan cuma tugas bukan ulangan, jadi gak ada larangan buat nyontek, kan? Lagipula ibu kan ngasih tugasnya sama, pasti ya jawabannya pada sama lah bu, kecuali kalo ibu kasih tugas yang beda kesetiap murid. Nah, kalo jawaban saya, Nila sama Nalen sama, baru dipertanyakan.”imbuh Harzan menanggapi. Bu Ayu menatap Nila dan Harzan jengah. Benar juga apa yang dikatakan oleh muridnya itu.
“Ya emang gak ada larangan nyontek, tapi kalo begini terus, kapan kalian pahamnya?”
“Kapan-kapan.”jawab mereka kompak. Bu Ayu langsung melotot kearah mereka berdua. Menyadari bahwa sepertinya mereka telah melakukan kesalahan, keduanya langsung bungkam.
“Eh... Anu, Bu... Aduh, gak gitu maksudnya. Maksudnya tuh, gimana ya...,”ucap Harzan gelagapan. Takut Bu Ayu marah terus nilai tugasnya dikasih merah. Kan jadi percuma dirinya susah-susah mencontek pada Nalen.
Sedangkan Reysh, Jeylin, Nalen, dan Meysha hanya terkekeh pelan. Teman biadab memang. Teman sedang terkena masalah bukannya dibantu malah ditertawakan. Lihat saja, setelah ini Harzan akan balas dendam.
“Udah lah, gak usah banyak omong kamu.”jawab Bu Ayu ketus. Melihat wajah datar sang guru, Harzan dan Nila hanya bisa pasrah. Memang sepertinya nasib baik belum berpihak kepada mereka.
🌱
“Mey, beliin kakak seblak, dong. Kalo bisa bayarin.”Nila berkata sembari menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangan diatas meja.
Meysha menoleh dan menatap kakaknya dongkol. “Udah nyuruh, minta dibayarin lagi. Lagian si Nalen kemana, sih? Kenapa kakak gak nitip ke dia aja coba.”
“Yaelah dek, jangan pelit-pelit kenapa, berbaik hatilah sedikit. Kakak lagi males ke kantin, dan soal Nalen, tadi katanya dia mau ketemu sama kak Mark.”balas Nila dengan ekspresi wajah masam. Meysha menatap kakak nya heran. Tumben sekali kakaknya ini malas ke kantin. Biasanya jika sudah jam istirahat tempat yang akan ditujunya pertama kali adalah kantin.
“Tumben amat, kak? Dapet angin males ke kantin dari mana?”
Nila berdecak. “Gak tau lah, gara-gara pelajarannya Bu Ayu tadi kakak jadi badmood.”jawab Nila singkat. Selain badmood, dirinya juga mengantuk sekarang. Ingin rasanya ia pergi membolos ke UKS untuk menumpang tidur. Sepertinya ini akibat karena bangun terlalu pagi. Secara, Nila tidak pernah bangun sepagi itu, paling pagi mungkin jam setengah tujuh.
Meysha hanya mengangguk malas menanggapi jawaban kakaknya, ia memilih untuk segera pergi menuju kantin sebelum ramai. Ya... Walau memang pasti akan selalu ramai.
Namun, baru satu langkah Meysha berjalan, Nila sudah memanggilnya lagi.