Sekarang dia sendiri, gerimis turun dari langit tak lama setelah Yoshi pergi. Sirine polisi mulai terdengar, setelah ini Renjun harus menyiapkan diri untuk berhadapan dengan kedua orang tuanya.

Benar, Renjun telah memilih, dia akan kembali menjadi seorang detektif.




































































Yoonbin menyelesaikan tugasnya, yaitu menyembunyikan mayat Jongho di ruang bawah tanah rumahnya. Darah sudah dibersihkan, tidak tertinggal sedikitpun. Dengan begitu polisi tidak akan menemukan bukti apapun mengenai dirinya dan Jongho, dia aman.

Dia mengisi penuh peluru pistolnya, dia akan bekerja nanti malam, mungkin tengah malam. Target selanjutnya adalah Renjun, kemudian Yoshi, setelahnya adalah kedua teman Renjun.

Kalau Yangyang pasti sudah dibunuh Jinyoung, Sunwoo dan Jeno pun pasti sudah dibunuh Jungmo, dia hanya perlu membereskan sisanya. Ketawain dulu ah.

Berpura-pura menjadi korban sangat membantu rencana, meninggalkan ponselnya juga memperhalus aksinya. Haha, setelah ini dia dan anggotanya akan mendapat uang dengan jumlah yang cukup besar. Pekerjaan ini memang cocok untuknya.

"Pekerjaan lo memang bagus untuk keuangan, tapi gak bagus untuk hidup."

"Anjir!"

Yoonbin memegang dadanya, hampir melempar pistol yang dia pegang. Seseorang tiba-tiba muncul di sampingnya! Duduk di sofa yang sama tanpa terasa kehadirannya.

Kim Junkyu memegang dagu seolah-olah sedang berpikir, lalu terkikik geli. "Hihi, seprofesional apapun lo masih kalah sama gue, ayo sungkem."

Yoonbin tidak salah lihat kan? Kenapa Junkyu ada disini? Masih hidup?!

"Kyu, jangan gitu, kalau dia jantungan gue yang repot," kesal orang lain dari belakang sofa, oh, dia Jaemin!

"L-loh?! LOH?!" Yoonbin berdiri menjauhi keduanya. "Orang yang matinya karena dibunuh beneran gak tenang arwahnya... berarti gue bakal digentayangin?!"

"Maaf aja nih, kita berdua bukan hantu, tapi manusia.... ganteng." Setelahnya Jaemin menertawai dirinya karena mengucapkan hal itu. "Hahaha, kasian banget anak orang. Makanya, kalau berharap dalam hal buruk jangan ketinggian, kalau gak tercapai rasa sakitnya berkali-kali lipat dibanding orang yang berharap dalam hal baik."

"Orang kayak dia mana bisa ngerasain sakit, Jaem. Beda sama gue yang pernah sakit hati tapi berakhir bahagia." Eh, malah curhat si Junkyu.

"Tuh, dengerin apa kata temen gue. Mending lo ikut kita dan jangan membantah, emangnya lo mau dibunuh juga kayak si Jungmo?"

"Gue halusinasi nih..." Yoonbin berusaha untuk biasa saja. Tapi mereka berdua malah menunjukkan hal magis. Semakin terkejutlah dia.

"Kita gak bakal bawa lo ke kantor polisi kok, nanti biar Renjun yang urus. Oh ya, kita kesini cuma mau pamit, baik banget kan kita mau pamitan sama lo," jelas Junkyu. "Nah, lo juga gak bakal bisa kabur karena lo bakal tiduran di lantai. Immobulus!"

Bruk!

Yoonbin yang tadinya ingin maju menembak Junkyu langsung jatuh ke lantai karena tubuhnya menjadi kaku. Tawa Jaemin pecah, begitulah ketika penyihir menggunakan mantra untuk membekukan gerakan lawan, bila sedang bergerak akan jatuh. Efeknya tidak akan lama kok, badan Yoonbin akan normal kembali saat polisi tiba, sengaja dibuat seperti itu agar tidak menimbulkan kecurigaan.

"Kita pamit dulu ya. Gue gak bakal hapus ingatan lo tentang kita biar disangka gila sekalian," ucap Junkyu melambaikan tangan penuh ejekan.

Jaemin ikut melambaikan tangan. "Selamat tinggal, Bin. Junkyu, ayo pergi, kita harus bantuin Shotaro ngurusin masalahnya di dunia sana."

"Woi, janc*k!"

Junkyu mengurungkan niatnya untuk pergi, dia teringat sesuatu. "Oh ya, Bin, gue ada hadiah buat lo. Agak sakit sih, jadi tahan ya."






DUAGH!






Perut Yoonbin ditendang keras, saking kerasnya sampai empunya terbatuk-batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Junkyu tertawa psikopat, lalu pergi begitu saja disusul oleh Jaemin yang geleng-geleng kepala melihat kelakuan temannya.


















































































Bomin senyum-senyum sendiri di ruang rawatnya. Sunwoo ada bersamanya setelah kebingungan karena tidak mengingat apa yang terjadi sebelumnya.

Jaemin dan Junkyu sudah menghapus semua ingatan orang-orang satu rumah sakit juga polisi yang tadinya hendak mengusut kasus kematian Bomin. Tenang, ingatan Sunwoo, Jeno, Yangyang, dan Haechan juga dihapus mengenai itu.

Namun tidak dengan Bomin. Ingatan Bomin tentang Jaemin dan Junkyu sangat jelas alias tidak hilang. Loh? Kok bisa? Entahlah, Bomin juga tidak tahu. Dia akan tutup mulut soal itu, dia malah senang mempunyai ingatan tentang dua orang dari dunia lain.

Dalam dunia sihir, orang yang ingin dihapus ingatannya namun tetap bisa mengingat memang ada dan pernah terjadi. Kalau kalian menonton film Fantastic Beasts pasti tahu.

"Eh, lo ngerasa aneh gak? Kayaknya gue ngelakuin sesuatu deh sebelum disini, tapi apa ya?" Tanya Sunwoo garuk-garuk kepala.

"Perasaan lo aja kali," jawan Bomin berbohong. Dalam hati dia tertawa, lucu sekali melihat Sunwoo kebingungan.

Kasihannya...

"Eh, pelakunya udah ketangkep belum?"

Kata Junkyu sih pelakunya akan ditangkap, hanya saja Bomin tidak menjawab supaya Sunwoo tidak bertanya-tanya lagi.

"Bomin."

"Apaan?"

"Lo sadar gak sih?"

"Sadar apa?"

Sunwoo melupakan hal yang membuat dia bingung, dia harus membicarakan ini dengan Bomin karena ini cukup penting.

"Lo tau kalau yang mau bunuh kita itu pembunuh bayaran?"

"Tau... kenapa?"

"Nah!" Sunwoo menepuk tangannya sekali. "Lo kepikiran satu hal gak? Hal yang bikin mereka mau bunuh kita?"

"Enggak," jawab Bomin dengan polosnya. "Sun, gue baru bangun dari koma, gak usah tambah beban pikiran gue."

"Lo harus bantu gue mikir! Ini penting, Bomin!"

"Sepenting apa sih? Emangnya apa yang harus gue bantuin mikir?"

Tolong lah, Bomin butuh istirahat, kalau dia koma lagi kan tidak lucu. Yang ada Sunwoo disalahkan.

"Bomin, lo kepikiran gak?"

"Ya apa?!"

"Mereka yang mau bunuh kita kan pembunuh bayaran. 'Pembunuh bayaran'. Mereka dibayar untuk bunuh kita. Pertanyaannya, siapa klien mereka?"

LI(E)AR | 00 Line ✓Where stories live. Discover now