14

10K 3.7K 1.7K
                                    

Besok ulangan mtk lisan, bingung+takut karena belum paham betul materinya T_T







Jangan tanya bagaimana terpukulnya Jihoon saat mengetahui kalau sahabatnya tiada akibat tabrak lari. Niat awalnya adalah memberi album foto masa kecil mereka yang disimpan Jihoon. Jihoon ingin memberikannya kepada Junkyu sekaligus nostalgia agar Junkyu tidak down dan melupakan sejenak masalah kakinya.

Tapi apa, dia melihat kerumunan orang di dekat Indoagustus, darah di aspal membuat perasaannya tak karuan. Dia melihat Soobin di antara kerumunan itu, karena itulah dia mendekat.

Korban tabrak lari, temannya sendiri, Kim Junkyu.

Soobin bilang, saksi mata sempat mendengar Junkyu menyebut nama Yoshinori. Jihoon tidak akan pernah mencurigai Yoshi, itu pasti ulah Jisung. Jisung sempat bermasalah dengan Junkyu, pasti dia pelakunya.

Hari ini pemakaman Junkyu, teman-temannya hadir, kecuali Jisung yang entah kemana. Tidak ada kabar sejak Jihoon menelponnya kemarin. Hyunjin datang dan berkata tidak tahu, padahal dia kan orang terakhir yang bertemu dengan Jisung.

Hyunjoon pulang lebih dulu, ada urusan katanya.

Yangyang melirik Hyunjin, dia merasa Hyunjin menyembunyikan sesuatu, terlihat dari gelagatnya yang gelisah. Dia sudah lama tidak bertemu teman-temannya, tapi sekalinya bertemu kenapa seperti ini...

"Ini kasus pembunuhan berencana, temen-temen kalian jadi korban, kalian mau diem sampai kapan?" Tanya Shotaro memecah keheningan.

"Orang asing jangan banyak omong," kesal Hyunjin. "Lo ngapain dateng kesini? Mau memperkeruh suasana? Cuma orang baru jangan merasa paling hebat."

Renjun─yang datang karena diajak Soobin─memperhatikan Hyunjin dengan saksama. Ah, jadi begini rasanya berada di dekat orang yang memiliki masalah dengan Bomin...

"Gue balik," pamit Soobin. Dia diminta ibunya pergi ke rumah tantenya di perbatasan kota bersama sang adik, dia harus pergi sekarang.

"Hati-hati, gak ada yang tau apa yang bakal terjadi di jalan," balas Sunwoo.

Haechan yang memang malas berkelahi juga pulang, tentu saja Jeno ikut dengannya. Tersisa Eric, Yangyang, Sanha, Hyunjin, Jihoon, Renjun, Yoshi, Shotaro, dan Sunwoo disini.

Jihoon mengambil nafas dalam-dalam, kemudian menarik kerah baju Hyunjin dengan kasar. "LO! LO PASTI SALAH SATU PELAKUNYA!"

"Lo tuli? Udah gue bilang, bukan gue yang tabrak Junkyu!"

"Iya bukan lo, tapi lo nyuruh orang kan?! Gak usah ngelak, gue tau lo itu benci sama kita semua! Lo itu pembohong!"

Hyunjin menepis tangan Jihoon, dia emosi. "Ada bukti gak? Gak ada kan?! Lo itu kerjaannya cuma emosi dan nuduh orang sembarangan supaya mereka semua percaya sama lo! Lo pelakunya, lo sengaja lakuin itu biar lo bisa bunuh kita semua!"

"Haha! Udah gila, buat apa gue bunuh kalian? Kalian temen gue," balas Jihoon seraya tertawa.

Hyunjin menunjuk Yoshi. "Dia yang paling jarang kumpul, dia yang seharusnya lo curigai! Apalagi si anak baru, kenapa lo malah nuduh gue?!"

"Heh, jadi orang gak usah bawa-bawa yang lain kalau debat, lo bisa gak pertanggung jawabin omongan lo?" Ucap Shotaro terpancing emosi.

Yangyang, Sanha, dan Eric hanya diam, mereka tidak mau memperkeruh suasana. Daripada kena semprot Jihoon.

"Liat aja nanti, kalau nanti ada kabar Jisung mati, pelakunya memang Hyunjin," julid Jihoon.

Hyunjin tak terima. "Gue tau lo benci Jisung, bukannya lo yang bakal dicurigai kalau Jisung mati?!"

"JANGAN ASAL NUDUH!"

"LO YANG DULUAN NUDUH!"

"ば か!!! Kita di pemakaman, gak usah bahas kematian! Kalian pikir hal kayak gitu bagus dibicarain?!" Bentak Yoshi tak tahan berdiri di dekat Jihoon dan Hyunjin yang hendak berkelahi.

"Jangan harap gue bakal bersikap baik ke lo." Hyunjin menatap Yoshi, apa-apaan orang itu, sok sekali menjadi penengah. "Lo aja gak pernah jujur, gimana lo bisa dipercaya? Ckck."

"Gue balik aja deh, capek gue," kata Eric lesu. Bertengkar saja terus, memangnya itu bisa memperbaiki keadaan.

"Kalian itu kemakan ego sendiri, kalian gak pernah mau denger dan liat sudut pandang orang lain. Yang kayak gini temenan? Kalau gue jadi kalian gak lagi deh ketemuan."

Sanha melotot. Gila, Renjun berani sekali berbicara seperti itu di depan Jihoon.

"Saking emosinya, kalian gak sadar kalau seseorang mantau kita dari jauh, rekam semua omongan dan gerak-gerik kalian," lanjut Renjun menunjuk ke pohon beringin di sebelah kiri, dua puluh langkah dari sana.

Mereka menoleh kesana, bertatapan dengan si perekam. Loh, itu kan Woobin!

Tiba-tiba, Sunwoo terkekeh dengan suara beratnya.

"Duh, boleh juga aktingnya."


























































Jinyoung dan Yonghee duduk santai di Kafe Vyxjw, menunggu Eric datang setelah menghadiri pemakaman Junkyu. Mereka berdua merasa kasihan, Eric dan teman-temannya mengalami hal tersebut dan tak tahu kapan berhentinya.

Tapi kalau boleh jujur nih, sebenarnya mereka melihat kecelakaan Felix beberapa hari yang lalu. Saat itu, mereka berdua berada di apotek. Baru saja keluar dari sana, mobil hitam melaju kencang menabrak Felix yang tengah menyebrang dalam kondisi emosi.

Mereka melihat seseorang berjalan tergesa-gesa dari sana, orang itu ekspresinya datar sekali sambil mengetik sesuatu di ponselnya. Mereka berdua tidak memperhatikan kemana orang itu pergi, mereka memilih menelpon ambulan sebelum pulang.

"Gue penasaran deh, kira-kira masalahnya Eric bakal selesai atau enggak ya..." kata Yonghee.

"Gak bakal selesai kalau mereka emosi. Denger curhatannya Eric gue ikut emosi," balas Jinyoung.

"Gue pingin bantu, siapa tau kemampuan gue dalam mencari tahu sesuatu berguna buat mereka. Sayangnya, gue cuma orang luar."

"Lebih baik gak usah ikut campur, nanti lo kena tuduh dan berakhir emosian kayak Seungmin."

Kring!

Bel berbunyi tanda pengunjung masuk. Yonghee yang kebetulan menghadap pintu langsung tahu siapa yang datang. Mereka berdua temannya Eric, tapi Yonghee lupa siapa namanya.

"Menurut lo, Jaemin pantes mati atau enggak?" Tanya yang lebih tinggi.

"Tergantung. Emangnya kenapa tanya-tanya?"

"Gak apa-apa, penasaran aja, gue cuma gregetan."

Beruntung indra pendengaran Yonghee berfungsi dengan baik, dia bisa menguping pembicaraan mereka.

"Lo tau Bae Jinyoung?" Tanya yang lebih pendek─berambut hitam dengan sedikit warna biru di bagian atas.

Yang disebut namanya mengernyitkan kening. Kenapa dia disebut-sebut?

"Tau, kenapa?"

"Denger-denger, dia tau sesuatu. Gimana? Mau hari ini atau besok?"






BRAK!






Tak hanya mereka berdua, Yonghee dan pengunjung kafe yang lain terkejut mendengar gebrakan meja yang dilakukan oleh Jinyoung.

Tak peduli tatapan orang-orang sekitar, Jinyoung berjalan menuju meja kedua orang itu. Tatapan sedingin es dia tunjukan, itu pertanda kalau dia tidak suka dan kesal.

"Maksud kalian hari ini atau besok apa Heo Hyunjoon, Choi Jongho?"

LI(E)AR | 00 Line ✓Where stories live. Discover now