Sakura menelan ludah kasar. Ini yang dia mau dari tadi. Tentu saja dengan senang hati Sakura akan mengiyakan hal tersbeut. Namun tanpa diminta, tiba-tiba pikirannya melayang nakal. Sakura menggerutu dalam hati, apa gunanya jika mereka bersama lebih lama namun ujungnya mereka saling diam begini?

"Baiklah, Kazekage-sama. Anda ingin pergi kemana?"

Gaara langsung menghentikan langkah. Sakura yang menyadari hal itu juga melakuan hal yang sama. Gadis itu membalikkan tubuh, menatap sang Kazekage muda itu dengan tatapan heran.

"Arre? Apa ada sesuatu, Kazekage-sama?"

"Jangan memanggilku seperti itu, Sakura."

Wajah Gaara mendadak suram. Seketika bulu kuduk gadis itu berdiri, gugup bukan main ketika iris jade itu menatapnya intens. Sakura kembali meneguk ludahnya dengan kasar, berusaha menenangkan diri.

"Maafkan aku, Gaara-kun," cicit gadis itu.

Hening kembali menyapa keduanya. Baik Gaara maupun Sakura sama-sama membuang muka, tak berani menatap wajah satu sama lain. Bahkan terbesit dalam pikiran Sakura jika pemuda ini mendadak tak menyukainya. Maksudnya, apa ia telah melakukan kesalahan pada Gaara? Atau apakah ada kalimat dalam suratnya yanga aneh dan membuat Gaara merasa- jijik?

Demi Tuhan, Sakura tak tahan jika mereka terus-terusan begini.

"Ah, kenapa kita jadi canggung begini, ya?"

Entah keberanian dari mana ia dapatkan, Sakura justru berujar demikian. Hal itu sontak menarik perhatian Gaara. Pemuda itu menatap Sakura dengan serius namun sedetik kemudian, ia kembali membuang muka, menatap sungai di sampingnya dalam diam.

"Maafkan aku," lirih pemuda itu.

"Eh? Kenapa? Kau tidak salah apa-apa, Gaara-kun."

Menanggapi hal itu, Gaara memutar tubuhnya dengan cepat. Kini ia berhadapan dengan Sakura walau matanya tak menatap gadis itu. Sejenak Sakura memperhatikan rona merah yang menghiasi pipi pemimpin desa tetangga di depannya. Gadis itu tersentak kecil lalu mendekati wajah Gaara.

"Gaara-kun."

Gaara segera menatap Sakura ketika ia mendengar namanya meluncur dari bibir gadis itu. Betapa terkejutnya ia ketika wajah Sakura sangat dengan dekatnya. Barangkali hanya ada jarak lima belas sentimeter yang memisahkan mereka. Tanpa diduga, Sakura meletakkan tangannya di kening, pipi dan leher Gaara, membuat pemuda itu semakin memerah setelah kulitnya bersentuhan dengan kulit gadis itu dalam jarak sedekat ini.

"Emm, tidak panas. Tapi kenapa wajahmu memerah?"

Seseorang tolong selamatkan Gaara sekarang juga.

Wajah cantiknya terlalu dekat dengan Gaara. Gadis itu memandang ke atas dengan kepala yng dimiringkan. Ekspresi polos serta kedua alis yang tertaut membuat dirinya semakin menggemaskan. Apalagi dari jarak sedekat ini, Gaara dapat melihat dengan jelas betapa jernih emerald yang menghiasi mata gadis itu. Hidung yang kecil dan mancung serta bibir tipisnya membuat Gaara terhipnotis, tak dapat berkutik.

Sial, kenapa dia sangat menggemaskan?! 

"Sakura."

"Hm?"

"I-itu, a-aku, eer-"

Bodoh. Kenapa aku jadi gagap begini?

Batin Gaara menjerit dalam hati. Diam-diam ia merutuki diri lantaran mendadak menjadi bodoh di depan Sakura. Apalagi ia masih merasa hawa panas di pipinya. Tak bisa dibayangkan berapa memalukan dirinya sekarang.

Hanya Sakura, satu-satunya orang yang bisa meruntuhkan wibawa yang selama ini ia bangun dalam sikap dinginnya.

"Itu, maaf karena aku mendiamimu."

Akhirnya kalimat tersebut dapat terucap dengan benar, membuat Gaara menghela napas kecil karena tidak lagi tergagap seperti sebelumnya. Di depannya Sakura tertawa canggung. Gadis itu segera menarik tangannya dari kening Gaara lalu melambaikannya dengan santai. "Ei, kan sudah kukatakan jangan meminta maaf. Aku tau jika kau lelah-"

"Tidak, aku tidak lelah."

"Eh?"

Hembusan angin kembali menerpa keduanya. Helai rambut musim semi itu menutupi wajah ayu kunoichi hebat ini hingga menutupi separuhnya. Gaara menunduk, menatap gundukan tanah yang tengah ia pijak lalu berkata dengan lirih, "Bolehkah aku memelukmu, Sakura?"

Sepasang netra hijau jernih itu membola, tak menyangka pada sosok yang baru saja mengucapkan kalimat yang sulit ia percaya. Kini keadaan Gaara ikut menular ke Sakura. Semburat merah ikut menghiasi pipi gadis itu. Namun sedetik kemudian, seulas senyum tipis hadir tanpa disadari oleh pemuda itu, menjadi perpaduan yang manis dengan rona merah yang setia bersarang pada wajahnya.

Merasa jika Sakura tak merespon apapun, Gaara memberanikan diri untuk mendongak. Namun belum sempat ia mengangkat kepalanya dengan sempurna, ia merasa tubuhnya menghangat ketika terdapat kedua tangan yang melingkar di pinggangnya. Belum lagi, ia melihat kepala berambut merah muda itu bersandar nyaman di dadanya. Iris jade itu membulat sempurna. Tubuhnya mendadak membeku walau ia merasakan kehangatan menjalar di tubuhnya.

"Selamat datang kembali, Gaara-kun."

Ah, suara itu. Betapa merindu Gaara dibuatnya. Pemuda itu tersenyum tulus. Meski Sakura tak dapat melihatnya, percayalah jika wajah Gaara tengah terlukis raut bahagia di sana. Tanpa basa-basi, ia ikut melingkarkan kedua tangannya pada tubuh Sakura, membawa tubuh ramping itu mendekap semakin dalam, tak ingin menyisakan jarak sedikitpun di antara mereka. Gaara menyandarkan kepalanya dengan nyaman di bahu Sakura, menghirup aroma cherry yang selalu menguar dari tubuh gadis itu.

"Aku merindukanmu, Sakura. Aku sangat merindukanmu."

*

*

*

Tbc..

Asik double up nih nguehehe. Seperti biasa jangan lupa vote dan comment yaa sayangnya akuuu. Sampai ketemu di cahpter selanjutnya!!

Salam

Ilaa.

Cicatrize ✔️Where stories live. Discover now