"Ya?"

"Minta bantuan Darren untuk tugasnya, besok dikumpulkan!"

Tanpa menunggu jawaban Zeevaya, Bu Rani melanjutkan bicaranya untuk mengakhiri kelas menuju jam istirahat pertama. Zeevaya mengerjap. Baru saja ia selesai bicara pada dirinya sendiri, tapi takdir tidak berpihak padanya—ia butuh orang lain.

Ketika gadis itu menoleh ke dua bangku di sebelah kirinya, Darren sudah menatapnya dengan senyuman yang membuat Zeevaya ingin sekali memukulnya.

Dua puluh menit kemudian, setelah mengumpulkan keterpaksaan, Zeevaya berjalan ke bangku Darren. Ia tidak sendirian, seorang siswi berambut ikal juga mendatangi siswa songong itu. Siswi berambut ikal itu menyodorkan minuman botol pada Darren, dan Darren mengucapkan terimakasih basa-basi.

Zeevaya melirik siswi tersebut, sedang tersenyum lalu pergi. Astaga! Dia pacarnya? Ingin sekali rasanya Zeevaya membungkus dua manusia di hadapannya itu dengan karung. Aneh saja, bisa-bisanya suka sama Darren. Terserah-lah ya, urusan-urusan mereka, pikir Zeevaya.

"Mana tu—"

"Tanya yang lain!"

Wow! Zeevaya berdecak kagum dengan kemampuan Darren dalam urusan menyebalkan. Tanpa menunggu lagi, Zeevaya memutarkan tubuhnya dan berbalik. Ia menyesal sudah mengumpulkan 'keterpaksaan' tadi. Sekarang, pandangannya mengedar pada bangku lain. Siapa lagi yang bisa membantunya? Aha... Siswa di pojok depan itu pasti mau membantunya. Gadis itu lalu berjalan ke bangku depan.

"Ada apa Zeev? Minta bantuan? Aku mau ke lapangan, ditunggu yang lain, nanti saja kubantu, KALAU MAU!" Ujar siswa itu, agak menekan nada suaranya di bagian akhir. Zeevaya menelan ludah. Malas menanggapi.

Gadis itu kembali ke bangkunya sambil menunduk lelah. Tiba-tiba sepasang kaki berdiri di depannya.

"Halaman 23 bagian atas," katanya, menimpuk buku diktat di atas kepala Zeevaya. Zeevaya menangkap buku tersebut supaya tidak jatuh.

"Minggir!" Bentaknya. Tidak salah lagi, Darren. Zeevaya mengangkat kepalanya dan benar manusia itu yang muncul.

"Malah bengong, minggir woy!" Bentaknya lagi.

Zeevaya buru-buru memberi jalan. Amit-amit tujuh turunan! Batin Zeevaya.

***

Puluhan menit Zeevaya terpaku pada tugasnya. Sebelum pulang, gadis itu sudah harus mengembalikan buku Diktat Darren. Ketika menyalin tulisan, tak sangaja ia mencoret lembaran tugasnya sendiri lantaran suara gaduh mengagetkannya. Diliriknya bangku depan di sebelah kanannya, Darren sedang menggulingkan kursi salah seorang siswa. Buat acara apalagi dia! Zeevaya memegang pelipisnya.

Sekarang gadis itu menyumpalkan headset ke kedua telinganya, membesarkan volume musik di ponselnya, dan kembali berkutat pada tugasnya. Belum juga 10 menit, sepatu melayang ke bangkunya, mencetak alas sepatu di buku yang baru Zeevaya salin. Matanya beralih ke depan, Darren sedang berkelahi! Dan para siswa mengerumuninya.

"Ya Tuhan demi apa!" Zeevaya memutar bola matanya.

Tanpa menggubris, gadis itu melanjutkan tugasnya, sekalipun alas kaki yang tercetak di buku Zeevaya susah dibersihkan.

Perlahan, kerumunan di kelas terurai, Darren dengan menenteng salah satu sepatunya berjalan ke bangku Zeevaya lalu memungut sepatu yang tadi sempat Zeevaya taruh di bawah mejanya.

Zeevaya melirik Darren, batang hidungnya lecet, rambut yang tadinya punya belahan sekarang tidak lagi, dasinya meleset ke mana-mana. Porak-poranda penampilannya. Tapi sungguh, ia masih punya tenaga untuk menggebrak lagi bangku Zeevaya sambil mengambil bukunya. Tanpa ketinggalan juga menatap tajam Zeevaya, seolah-olah besok Zeevaya akan berkelahi dengannya. Gadis itu memutar bola matanya lagi. Manusia ini ada masalah apa! 

Ada hal yang menyita Zeevaya selain kelakuan Darren sekarang, adalah notif pesan pribadi dari instagramnya. Matanya membola sekarang.

'Aku tahu siapa kamu.'

***


Mmm...sebenarnya terlalu berlebihan. Ini hanya permainan kecil. (Darren)

Jimin as Darren

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Jimin as Darren

Blue DaysWo Geschichten leben. Entdecke jetzt