"Ino-chan membicarakan hubunganmu dengan kazekage-sama, Sakura-chan. Jarak yang membentang di antara kalian sangat jauh, oleh karena itu Ino-chan berkata jika hubungan kalian sulit," jelas Hinata.

"Ah kau ini, Hinata. Bisa-bisanya kau selalu sabar menjelaskan banyak hal padanya."

Gerutuan Tenten membuat Sakura tak terima. Gadis itu melotot sementara Ino melemparkan kelopak bunga ke wajah Sakura seraya terkekeh lalu berkata, "Jangan pasang wajah seperti itu. Kau terlihat jelek."

Sakura mendelik tak senang, membuat ketiga sahabatnya tertawa. Setelahnya mereka kembali menyelesaikan pekerjaan mereka seraya bercanda ria. Tak jarang Sakura dan Tenten menjadi sasaran empuk Ino dan Hinata lantaran keduanya masih sendiri. Meski demikian, tak ada yang tersinggung. Mereka sudah terlampau akrab sehingga candaan seperti ini tidak akan membuat sakit hati, terlebih Sakura dan Tenten sendiri selalu punya kalimat yang bagus untuk dijadikan senjata dan membalas candaan Ino serta Hinata.

Tetapi di balik tawanya, ada hati yang tengah bimbang. Sakura membatin selama melihat Ino dan Tenten berdebat mengenai pakaian untuk pernikahan Hinata. Sejenak ingatannya kembali ke perkataan Hinata sebelumnya.

Hubungan, ya?

Jujur saja, Sakura hanya mengalir mengikuti arus seperti kata Tsunade. Ia hanya mengikuti bagaimana alur takdir membawanya bersama Gaara. Sejak surat pertama sampai ke tangan Sakura, mereka kerap mengirim dan menerima surat. Banyak sekali topik yang mereka tulis di kertas putih itu, membuat keduanya sama-sama meyakini jika kedekatan mereka sudah terlampau jauh dari yang mereka bayangkan

***

"Selamat datang di Konoha, Kazekage-sama."

"Tck, kau tidak menyambutku juga, hah?!"

"Hah? Aku kan sudah menyapamu tadi. Memangnya kau mau disambut bagaimana lagi?"

"Setidaknya berikan aku sambutan yang sedikit hangat, Tuan Cengeng. Kau ini pilih kasih denganku."

"Ck, merepotkan sekali kau ini."

Perdebatan sepasang anak Adam itu tak kunjung menyita perhatian sang Kazekage muda dari desa tetangga. Pikirannya hanya terfokus pada sosok merah muda yang sangat ia rindukan. Matanya menyusuri jalanan sekitar desa, berharap jika ia menemukan sosok itu di jalan atau di kedai-kedai sekitar sini.

"Kau lapar?"

Gaara menoleh ketika Kankuro bertanya. Pemuda itu mengernyitkan kening, mempertanyakan mengapa Kankuro berasumsi demikian.

"Itu, kau terus melihat ke arah kedai makan. Kupikir karena kau lapar."

"Lapar? Bukankah kita sudah makan tadi?"

Kini Temari ikut dalam pembicaraan. Gaara hanya mengendikkan bahu sebagai respon, tak berniat untuk menjelaskan maksud dari tindak tanduk sebelumnya.

Lagipula tidak mungkin juga kan jika ia berkata bahwa ia mencari Sakura?

Kini mereka telah sampai di Kantor Hokage. Seperti biasa, Gaara beserta kedua kakaknya melapor kepada Kakashi atas kunjungan mereka. Sebagai sahabat akrab dari Naruto, Gaara memutusan untuk datang tiga hari sebelum pernikahan berlangsung. Ia datang lebih awal dibandingkan para Kage lainnya. Namun itu tentu hanya alibi semata. Padahal ia ingin melihat gadis berambut musim semi itu lebih cepat.

Maklum, penyakit rindunya sudah tak mampu ia bendung lagi.

"Selamat datang, kazekage-sama. Nikmatilah waktumu dengan baik disini. Shikamaru akan-"

"Hei berhenti kau, bodoh!!"

BRAKK

"Argh! Ittai, ittai! Ini sangat sakit, dattebayo!"

Cicatrize ✔️Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz