1. Great Welcome

Începe de la început
                                    

Koridor sekolah tampak lengang. Bu Rani menyuruhnya datang lebih terlambat dari jam sekolah yang seharusnya.Zeevaya mencari kelas XI IS 6 di papan kelas, sesuai petunjuk Bu Rani kemarin ketika menyerahkan berkas pendaftaran. Gadis itu yakin akan ada setidaknya seseorang yang akan menyambutnya ketika ia masuk, mempersilakannya untuk duduk di bangku, lalu secara bergantian mereka akan bercerita panjang lebar tentang sekolah dan... masa depan. Meminjamkan buku dan memulai belajar bersama. Yaaa... Zeevaya selalu berani bermimpi.

Ia sudah cukup sering melakukannya jadi ia begitu yakin itu akan jadi perkenalan seperti biasanya. Kelas IX IS 6 sudah di depannya sekarang, ia hanya perlu masuk dan mengenalkan diri. Langkah pertama ia sudah disambut lemparan kertas yang menyasar ke mata kanannya. Ah mereka tidak sengaja, Zeevaya yakin. Karena guru sedang tidak di kelas sekarang, seperti siswa normal lainnya, akan ramai seperti ini pikir Zeevaya, jadi ia terus berjalan ke depan kelas sekalipun benar-benar tidak ada yang memperhatikannya sekarang.

Belum apa-apa impiannya tentang sambutan kecil sudah luntur di hadapan Zeevaya. Tidak apa-apa, itu bukan masalah bagi Zeevaya. Dengan sisa napasnya, Zeevaya memulai perkenalannya, "Halo, namaku Zeevaya, kalian bisa menyebutku Zeev." Fix tidak ada siapapun yang melirik gadis pemimpi tersebut. Tetap ada yang saling melempar, berkejaran, membaca buku, menggambar, bergosip, dan tidur.

"Mulai sekarang aku akan belajar dengan kalian."

Masih hening. Tidak! Bukan hening, keributan luar biasa sudah menenggelamkan suara Zeevaya, sepertinya ia perlu membuat perkenalan yang lebih lantang. Jadi ia mengulanginya lagi.

"Halo, namaku—"

"Ada siswi baru guys, gimana kalau kita dengarkan dulu?" celetuk siswa di bangku depan ujung kiri.

Berhasil. Mereka semua diam sekarang. Memperhatikan Zeevaya. Gadis itu tidak tersenyum, jika memaksakan senyum jelas itu juga hanya pura-pura.

Akhirnya untuk ketiga kalinya, "Halo, namaku Zeevaya, kalian bisa memanggilku Zeev." Tidak ada tanggapan.

"Mulai sekarang aku akan belajar dengan kalian."

Sudah, selesai.

Semua siswa saling melirik. "Aku tidak pandai, jika kalian butuh teman belajar, aku siap jadi teman kalian." Respons mereka masih sama seperti sebelumnya.

"Oya aku tidak suka makan bakso, jadi jangan memaksaku menelan benda bulat mirip mata manusia itu."

"Haha!"

Satu siswi menahan tawa, disusul teriakan yang lainnya, "Lalu, apa kau ingin makan rambut bersama ayam dan sayur di atasnya?"

Zeevaya berpikir sebentar, "Oh mi ayam? Yes itu tidak masalah untukku, jangan lupa kasih darah manusia dan cabai juga," jawab Zeevaya.

Sekarang mereka tertawa, meskipun hanya sebagian. Itu tidak cukup membuat Zeevaya disambut seseorang untuk menawarkan bangku, jadi ia butuh melirik kursi-kursi kosong di belakang. Meja kursi di kelas tersebut diatur untuk satu orang per bangku, jadi tidak saling berbagi.

Ada dua bangku kosong di baris paling belakang. Di sebelah kanan bangku dari seorang siswa yang sejak tadi tidur, dan satu lagi di sebelah kanannya lagi. Zeevaya berjalan menuju salah satu bangku di dekat siswa yang tidur tersebut. Belum juga sampai, siswa laki-laki itu bangun dan membuka matanya pelan.

Wow dia imut!

Jika Zeevaya tidak ingat bahwa dia anak baru, dia sudah pasti akan memulai menyapa siswa tersebut. Karena meskipun yang dilihatnya adalah wajah bangun tidur, siswa tersebut tampak ramah. Ia tahu dari cara siswa itu melirik Zeevaya. Setidaknya daripada siswa-siswi yang sudah sejak tadi tahu ia datang tapi tidak ada yang memperhatikannya sedikitpun. Selain pandai bermimpi, gadis itu juga pandai mengira-ngira.

Tapi ia tidak ingin sok kenal dan pura-pura dekat. Jadi ia bersikap senatural mungkin, tanpa dibuat-buat. Tidak lebih dari lima detik setelahnya, Zeevaya sudah duduk di kursi tersebut. Siswa yang baru bangun tidur itu masih memperhatikan Zeevaya dengan tatapan seperti ingin mengenal—mungkin, jadi gadis itu memutuskan untuk tersenyum. "Hai!" Sapaan yang begitu akward, pikir Zeevaya.

Tiba-tiba Brakkkk! meja di depan Zeevaya ditendang dengan kasar hingga menabrak meja di sebelah kirinya. Hampir saja jantung Zeevaya copot karena kaget. Zeevaya meliriknya. Dari kursinya, siswa itu dengan santainya menaikkan kedua kaki ke mejanya sendiri, menumpuk lengannya di dada.

"Jangan duduk di dekatku!" ujarnya pelan.


***

Hai, namaku Zeevaya, boleh dipanggil Zeev. Di pertemuan pertama sudah ada sambutan luar biasa, yang lebih terasa gila! (Zeevaya)

 Di pertemuan pertama sudah ada sambutan luar biasa, yang lebih terasa gila! (Zeevaya)

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Yeji as Zeevaya

Karya pertama di Wattpad! Terimakasih buat LFLC @letsfixlitclub sudah menjadi teman pertama di platform ini. Dengan kalian, aku jadi merasa punya 'teman bicara' di sini. Semoga klub ini terus ada dan terus membawa lebih banyak lagi teman untuk bergabung.

Blue DaysUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum