27. Kiara POV

1.8K 93 0
                                    

                 

  Seminggu sejak kejadian kemarin hubungan aku dan Tuan Bara menjadi renggang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

  Seminggu sejak kejadian kemarin hubungan aku dan Tuan Bara menjadi renggang. Apa Tuan Bara marah, kalau aku mengungkapkan perasaan lebih terhadapnya? Aku sedikit menyesali perbuatanku yang terlalu agresif dalam mengambil keputusan. Aku mengembuskan napas lelah, jujur aku tak suka dengan sikap cueknya Tuan Bara.

Aku rindu dengan sikap baik dan perhatiannya kepadaku. Aku mau dia kembali seperti dulu, walau kenyataan tidak seperti yang kita harapkan. Huhh ... aku masih saja berharap agar Tuan Bara mencintaiku.

Terlalu banyak melamun, aku sampai terkejut kalau disebelahku ada Fadil dengan senyuman yang tak pernah luntur di bibirnya. Temanku yang satu ini sangat-sangat perhatian kepadaku. Terlebih kalau aku ada masalah atau hal yang menyangkut mood-ku jadi hancur dia selalu ada di garda terdepan.

"Kamu kenapa, Ra?" tanyanya terdengar suara Fadil yang begitu lembut didengar.

Aku tidak mungkin menjelaskan atau memberitahu kepadanya, kalau aku ada masalah. Masalah dalam rumah tangga, aku meringis dalam hati saat bergumam 'masalah dalam rumah tangga.' Diumur segini sudah merasakan hal seperti ini.

"Ara, nggak apa-apa kok, Fadil," ucapku menggeleng cepat, agar Fadil tak menaruh curiga kepadaku.

Fadil tersenyum sembari mengacak rambutku. Ini kebiasaan Fadil ya selalu saja begitu, suka banget kayanya mengacak rambut panjangku.

"Tapi, kamu kaya capek gitu ya, Ra?" Fadil kalau sudah kepo, beuhh ... kaya gitu deh susah jelasinnya.

"Dikit." Ya memang aku akui, aku capek. Capek fisik dan batinku. Tetapi aku gak mau terlalu diumbar, malu yang sudah berpengalaman dalam hal seperti yang aku alami ini.

"Kamu jangan terlalu banyak pikiran, Ra. Gak baik juga, kamu kan masih muda," nasihat Fadil tetapi tetap ya pembawaan humornya selalu ada.

"Mikirin aku ya, makanya jadi seperti ini," lanjutnya cengengesan tak jelas itu. Hmm ... kan aku jadi ikut senyum juga. Iyain aja deh biar urusannya selesai.

"Kamu gak sibuk, hari ini?" tanyaku seraya mengayunkan kedua kakiku dibawah bangku taman sekolah.

"Sibuk, kan bentar lagi acara olimpiade matematika akan berlangsung," jawabnya sambil menatap lekat wajahku.

"Hmm, yaudah kalau Kak Fadil sibuk. Ngapain masih di sini?" tanyaku lagi.

Aku dengar ia berdecak kesal. "Bentar lagi, aku mau berduaan dulu sama kamu." Ya Tuhan ... Fadil bisa aja sih gombalnya. Eh? Btw ini gombal atau cuma akunya yang baper?

"Kasih aku semangat dong, biar aku ikut olimpiade matematika-nya lancar!" pinta Fadil seperti merengek kaya anak kecil. Duhh ... kok jadi aku yang gemas sama wajahnya.

"Iya semangat ya olimpiade-nya!" seruku bersemangat, tak lupa kusematkan senyuman di bibirku.

"Makasih, btw senyumnya manis terus sih. Kaya orangnya," tuh kan, Fadil jangan buat pipiku jadi merona gini dong. Aku kan jadi malu.

Lima menit lagi olimpiade matematika akan berlangsung. Aku habiskan waktu bersama Fadil di taman sekolah ini, sebelum Fadil mengikuti olimpiade matematika.

                              -_-

Akhirnya selama satu jam lebih, acara olimpiade tersebut telah selesai. Banyak dari para siswa-siswi bersorak gembira atas kemenangan dari Fadil Arkasa. Ya, Fadil membuat bangga sekolah lagi dengan kecerdasan yang dia punya. Banyak siswi yang mengucapkan selamat atas kemenangannya, mana siswi itu genit banget pake pegang-pegang tangan Fadil.

Aku pun mendatangi Fadil yang berada dikerumunan para siswa-siswi. Gak bisa kubiarkan kalau temanku itu di modusin sama cewek lain. Eh, bukan berarti aku cemburu ya.

Aku berdehem cukup keras, karena suara dari siswa-siswi di tempat ini sangat bising sekali. Seketika pandangan mereka tertuju kepadaku, terutama si Fadil menatapku dan tersenyum lebar. Aku pun membalas senyumannya yang memikat hati.

Dia pun mendekat padaku dan tiba-tiba saja, Fadil memeluk tubuhku begitu antusias. Hampir saja, aku mau tersungkur ke belakang, kalau gak dia tahan pakai tangannya.

"Selamat. Kamu menang lagi!" ucapku memberi selamat kepadanya. Dan posisi kami masih saling berpelukan.

"Sama-sama Ara. Ini berkat semangat dari kamu juga," balasnya seraya membelai lembut rambutku.

"Udah deh, lepasin pelukannya. Malu tau!" kesalku yang sedari tadi memelukku dengan erat.

Dia pun melepas pelukan itu. Aku terkekeh lucu, melihat wajah cemberut Fadil. Apa dia masih gak mau melepaskan pelukan tadi?

"Selamat ya, Bro. Atas kemenangannya!"

"Selamat ya, Kak Fadil. Chika ikut senang!"

"Ekhem ... selamat ya, Bro. Eh, ditemani sama pacar?"

Pujian, ucapan selamat dan ada juga yang menggoda kami berdua. Maksudnya apa coba? Aku kan udah lama juga temanan sama Fadil. Kenapa mereka pada heboh, ya? Hahaha ... ada-ada aja.

"Traktirannya mana, kamu udah menang ya?" Aku sengaja minta ditraktir sama Fadil. Enak aja dia udah menang, masa gak mau traktir teman sendiri sih.

"Harusnya aku yang minta ditraktir sama kamu, Ara!" sahutnya mencubit gemas kedua pipiku.

Aku sih mau-mau aja traktir Fadil. Cuma uangku lagi dikit, cukup buat jajan doang. Hiks, kok jadi curhat.

"Ara, kok kamu diam sih. Ngambek ya, gak ditraktir?" tanyanya seketika raut wajahnya berubah khawatir. Sudah tau aku lagi ngambek, pake ditanya lagi. Nyebelin!

"Gak!" sahutku sedikit ketus, biar akting minta ditraktir jadi.

"Yaudah, yuk. Kita makan-makan!" Fadil menarik pergelangan tanganku dan kami keluar dari tempat olimpiade tersebut. Duhh ... akhirnya ditraktir juga sama si ganteng Fadil.

    Kiara POV end ....

Part selanjutnya akan ada Bara POV.
    See you!:)

Married With CEOWhere stories live. Discover now