Pamitan

290 24 0
                                    

"makasih tumpangannya" ucap erika saat mobil raka berhenti didepan kantor biro.

"Sama sama" balas raka dengan senyum yang masih menempel dibibirnya.

"Jangan lupa obatnya diminum" perintah erika dengan wajah serius, mereka sempat ke dokter sebelum raka mengantar erika.

"Siap bos" jawab raka sambil memberi hormat pada erika, erika yang gemas dengan tingkah raka pun mengusap pelan rambut raka, ia bahkan sampai berjinjit untuk bisa menggapai kepala raka.

"Anak baik" sahut erika. "Saya pergi dulu" sambung erika sebelum berlalu pergi.

Erika mulai terbiasa dengan sikap dan perhatian raka padanya, ia sudah tak memperdulikan semua kabar yang mengenai dirinya. Erika hanya akan menanggapi dengan senyuman seperti kata raka.

"Er,, ini orang yang ngambil foto loe sama pria itu" suara jack sambil menunjukan secarik kertas pada erika. Erika memperhatikan wajah wanita yang tertera dalam foto, senyumnya mengembang saat ia berhasil mengenali siapa si wanita tersebut. "Loe kenal?" Lanjut jack yang menyadari perubahan ekspresi erika.

"Kenal, dia teman SMA gue" jawab erika pasti.

"Owh ya. Dia katanya mau kesini jam 11 an" kata jack kemudian duduk disamping erika. Mendengar hal tersebut tentu ia sangat senang, sudah lama ia tak bertemu teman sebangkunya dulu. Dia adalah satu satunya teman erika saat sekolah yang rumahnya deket. Dia juga sama seperti erika yang kehilangan orang tua sejak kecil, hanya bedanya dia cuma kehilangan seorang ibu, ayahnya masih ada.

"Er.." seru seorang wanita dari kejauhan.

"Sebelum jam 11 dia udah datang" ujar erika pada jack yang kebingungan. Dia menunjukan jam tangannya pada jack.

"Aneh temen loe" ucap jack sambil menggelengkan kepala pelan kemudian berlalu meninggalkan erika bersama temannya.

"Apa kabar, kangen banget tau" seru wanita tersebut sambil memeluk erika erat.

"Baik, loe gimana? Pulang dari malaysia ko nggak ngomong ngomong" balas erika antusias.

"Baik juga. Gue nyari loe pas gue pulang, ehh malah gue liat loe sama pacar loe waktu itu, jadi yaa... Gue nggak mau ganggu acara loe" jelas wanita yang berambut pendek.

"Trus loe jadi paparazi buat gue" tembak erika.

"Nggak sengaja kali. Abis setiap gue ketemu loe pasti lagi pacaran" elaknya. "Dan nggak sengaja kekirim disosmet gue. Ehh malah banyak yang nanya" lanjut wanita itu.

"Nggak apa apa ( tersenyum simpul) sekarang loe jadi fotografer ra?" Tanya erika sambil memberikan wanita itu minuman dingin.

"Masih amatir sih" jawab wanita itu santai.

"Amatir tapi bagus yah.. kalo aja modelnya bukan gue eehhmm..." Ledek erika.

"Ya maaf" ucap wanita itu setelah tertawa. "Jadi kapan nikahnya" lanjutnya.

Erika tersenyum simpul kearah temannya, ia memutat bola matanya seakan tengah berfikir.

"Emm.. enaknya kapan ya?" Ujar erika dengan senyum lebarnya.

"Loe mah bercanda mulu"

"Lah loe kapan?" Tanya erika balik.

"Itu dia kenapa gue kesini, gue mau kenalin loe sama temen kuliah gue, nanti kalo loe bilang oke. Dia bakal nglamar gue"

"Kok gue? Kan loe yang mau jalanin"

"Erika, loe udah gue anggep saudara sendiri, jadi pendapat loe itu penting"

"Iya.. iya.. mana orangnya" jawab erika mengalah.

"Asyik.. nanti sore kita ketemu, bisa kan?"

Erika pun mengangguk menjawab permintaan ira. Mereka mulai membicarakan obrolan tentang kegiatan mereka setelah mereka saling berpisah. Dari dulu, mereka sudah terbiasa dengan satu sama lain, mereka juga terbiasa berbagi dalam berbagai hal, termasuk ayah ira yang menganggap erika seperti anaknya.

Kadang jika paman erika tak punya uang untuk membayar biaya sekolah, dengan senang hati ayah ira mau membantunya. Erika bahkan lebih sering menginap dirumah ira ketimbang pulang bersama pamannya.

"Boleh kenalin dong siapa dia?" Tanya ira disela sela percakapan mereka.

"Siapa?" Tanya erika tak mengerti.

"Nggak usah pura pura deh. Siapa" desak ira.

Erika hanya tersenyum melihat temannya yang penasaran. Dia juga ingin menceritakan tentang raka pada ira, tapi erika sendiri masih bingung, selama ini merek hanya dekat tanpa ada kalimat apapun dari raka. Tak mungkin bagi erika mengaku bahwa raka miliknya sedangkan tak pernah ada hubungan spesial diantara mereka.

Deru notifikasi dari ponsel erika membuyarkan lamunannya. Ia mengambil ponsel dan memperhatikan tulisan yang ada pada layar.

"Owh.. namanya raka?" Seru ira dengan senyum kemenangan, ia berhasil membaca siapa si pengirim pesan pada erika.

Raka
Ayah sakit jadi kemungkinan nanti sore saya pulang. Untuk kepastian sampai kapan saya belum tau.
Jaga dirimu baik baik.
Saya pasti kembali.

Erika terdiam membaca pesan raka, sebagian hati tak merelakan dia pergi jauh darinya, entah kenapa ia juga tidak tau. Tapi ia tak bisa berbuat banyak, ia bukan siapa siapa bagi raka, tak ada hak baginya untuk melarangnya pulang, apalagi ayahnya tengah sakit dan membutuhkannya.

Erika
Oke.
Hati hati, jaga dirimu juga, kamu juga pasien yang perlu istirahat dan minum obat.

Raka
Siap

Senyum berusaha erika tunjukan pada ira yang masih menunggunya. Perasaannya seakan gelisah tiba tiba, erika pun berusaha mengendalikan dirinya.

"Kalo pacar loe itu, siapa namanya?" Tanya erika berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Altan, altan ramaji" jawab ira cepat.

"Kaya apa orangnya coba" erika berusaha melihat isi ponsel ira.

Mereka masih bercerita tentang kekasih ira. Setengah hati erika mendengarkan penjelasan ira, bukan ia tak peduli pada temannya itu, tapi perasaannya yang gundah membuatnya tak fokus sepenuhnya.

🙏🙏 Maaf yaa.. belakangan agak lama nge post nya.. lagi sedikit ribet.. 😁

Makasih yang udah ngevote ya..

Sweet Brondong (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang