Proteck

320 26 0
                                    

Alarm erika berdering nyaring ke seluruh ruangan, erika dan raka menggeliat dalam tidur mereka masing masing. Tangan kanan erika menyambar jam tersebut dan menatapnya sekilas, fikirannya seakan berjalan lambat saat melihat jarum pendek pada jam weker berbentuk hati tersebut. Hingga beberapa saat kemudian ia mulai tersadar.

"Hampir jam 7" kelakar erika yang langsung mengejutkan raka.

"Hah?" Suara raka yang sudah merubah posisinya untuk duduk.

Mereka berdua pun buru buru masuk kedalam toilet bersamaan, kemudian saling terdiam memandang satu sama lain saat mereka sampai didepan pintu toilet.

"Ee.. kamu dulu, biar saya siapkan sarapan dulu" suara erika yang terdengar serak khas bangun tidur. Raka pun mengangguk pelan seakan setuju dengan saran erika.

Tak butuh waktu lama bagi raka untuk mandi, ia sudah keluar saat erika berkutat dengan masakannya.

"Udah selesai?" Tanya erika pada raka yang berdiri didepan erika. Raka kembali mengangguk pelan untuk menjawab pertanyaan erika. "Sarapannya juga sudah siap, kamu sarapan dulu baru, giliran saya mau mandi" ujar erika kemudian menuju kamar mandi. "Owh ya, di lemari ada baju almarhum ayah, dia juga punya badan yang sama kaya kamu" seru erika sebelum menutup pintu toilet.

Butuh waktu sedikit lama dari raka bagi erika untuk mandi, walaupun tak begitu lama seperti wanita pada umumnya.

"Loh kok belum dimakan?" Ujar erika saat melihat raka hanya duduk diam menatap makanannya.

"Nunggu kamu" jawab raka malu malu.

"Ya ampun sampe segitunya, nggak apa apa kok, orang saya juga udah mempersilahkan" ucap erika kemudian duduk didepan raka.

Meja makan erika hanya muat untuk dua orang, itupun jika tidak dipakai untuk menaruh laptop.

Mereka makan bagian mereka masing masing tanpa bersuara, sesekali mereka saling melirik satu sama lain kemudian menyunggingkan senyuman khas mereka.

"Apa kamu masih takut sama saya?" Suara raka membuat erika sulit menelan nasi goreng yang sedang berusaha ia kunyah. "Perlukah kita minta obat kerumah sakit buat kamu?" Imbuh raka.

Erika menatap raka lekat lekat, ada perasaan khawatir yang tergambar jelas dalam matanya.

"Nggak" jawab erika pasti. "Walaupun sekarang saya adalah korban, bukan lagi yang menyaksikan, tapi justru sekarang lebih baik dari sebelumnya" jujur erika. "Awalnya saya pikir, saya akan kembali trauma seperti dulu, namun sejak semalam fikiran saya itu tiba tiba entah kemana, saat saya tau kamu berusaha dengan keras untuk menahan itu walau saya tau itu pasti sangat sulit" lanjut erika. "Kamu dan dia sangat jauh berbeda, dan saya beruntung bisa bertemu dengan kamu (tersenyum tipis) bukan pria seperti dia" kepala erika tiba tiba menunduk " saya justru merasa bersalah padamu, karna saya kamu harus mengalami hal hal konyol yang memalukan, maaf" ujar erika tulus.

"Sama sekali bukan masalah, bertemu denganmu, mengenalmu memberikan saya pengalaman baru, mengajari saya bahwa ada dunia yang luas selain belajar dan bekerja. Terima kasih" ucap raka menepuk nepuk tangan erika pelan.

"Ohh.. jadi kamu anak rumahan huh?" Suara erika yang berubah ringan, tangannya membelai rambut raka lembut yang langsung membuat raka tersenyum lebar.

Mereka pun bersiap siap untuk pergi bekerja, raka tampak berbeda dengan baju milik ayah erika. Ayah erika dulu juga pekerja kantoran, sebagian besar pakaiannya adalah kemeja. Dan ukuran tubuh mereka pun hampir sama.

"Sekalian saya antar" tawar raka saat mereka keluar dari kosan erika.

" Nggak usah, hari ini ada jadwal tour, bisnya nanti lewat sini" tolak erika. "Kamu berangkat aja" imbuh erika saat melihat raka tetap dalam posisinya.

"Biar saya temenin nunggu bisnya" ucap raka yakin.

"Nggak usah, nanti kamu terlambat kekantor" jelas erika. "Saya nggak apa apa, saya udah biasa" lanjutnya.

"Saya tau, tapi saya mau memastikan kamu sampai naik bis" kekeh raka membuat erika hanya mengalah dan membiarkan raka menemaninya hingga bis milik tour jack terlihat.

"Bisnya udah datang, berangkatlah" pinta erika.

"Tunggu sampai kamu naik" jawab raka.

"Ya ampun raka, saya nggak apa apa, beneran deh" ucap erika tak habis pikir.

Bis pun berhenti tepat didepan raka dan erika, dengan segera erika menaiki bis tersebut.

"Saya sudah naik, silahkan kamu berangkat kerja, jangan salahkan saya kalo gaji kamu dipotong karna terlambat" ujar erika yang langsung membuat senyum lebar dibibir raka terlihat. Alih alih membalas gurauan erika, raka justru beralih pada sang pengemudi.

"Bang ati ati nyetirnya, saya titip erika" seru raka pada sang supir bis. Mata dan mulut erika seketika membulat sempurna melihat tingkah raka, ia bahkan melambaikan tangannya saat bis itu sudah mulai berjalan.

"Dasar anak kecil" gumam erika yang masih memperhatikan raka. Dia masih menatap bis hingga bis tersebut tak terlihat.

"Sekarang udah terang terangan nih?" Suara si pengemudi bis pada erika.

"Dari dulu juga terang terangan nggak sembunyi sembunyi" jawab erika asal.

Sweet Brondong (Tamat)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ